03

Saat ini Vandam sedang mendapatkan cuti dari Arga untuk liburan. Awalnya Vandam berencana liburan keluar negeri namun karena sempat bertemu dengan Riki membuat Vandam mengurungkan niatnya pergi keluar negeri dan memilih pulang ke kota masa remajannya itu.

Vandam berencana mengajak Riki untuk mengelilingi kota sekaligus bernostalgia bersama namun mengetahui pengkhianatan Riki membuat Vandam kecewa dan malas bertemu dengan Riki lagi.

Siang ini Vandam berjalan jalan mengelilingi kota kelahirannya tanpa tujuan yang jelas. Ia benar benar sangat bosan dan tak tahu lagi harus melakukan apa.

Vandam menghentikan mobilnya didepan taman kota. Ia ingin keluar namun karena cuaca diluar sangat panas, Vandam memilih berada didalam mobil. Melihat orang orang berlalu lalang ditaman hingga matanya tak sengaja melihat seseorang yang tak asing untuknya.

"Bukankah itu Nilam." gumam Vandam melihat adik dari temannya sedang berjalan mengelilingi taman sambil menawarkan kue donat buatannya.

Vandam tersenyum dan segera keluar dari mobil untuk menghampiri Nilam.

"Aku mau beli donatnya." pinta Vandam membuat Nilam berbalik dan langsung terkejut melihat Vandam.

"Bukankah kau..." Nilam tampak sedang mengingat pria tampan yang berdiri didepannya itu. Nilam akhirnya ingat jika pria itu adalah Vandam teman Kak Riki yang tak menyisakan makan siang untuknya.

"Apa aku tidak boleh membeli donatnya?" tanya Vandam saat Nilam tak segera membuka box berisi donat yang masih banyak.

"Boleh tapi Kakak harus membayar donat ini."

Vandam tergelak mendengar ucapan Nilam, "Apa aku terlihat seperti preman yang hanya ingin makan gratisan?"

Nilam menggelengkan kepalanya, "Bukan begitu kak, tapi Kakak ini temannya Kak Riki jadi aku takut kalau Kak Vandam hanya meminta gratisan." ungkap Nilam, Ia tak ingin pulang membawa uang kurang yang berakhir mendapatkan omelan dari Ibunya.

"Berikan aku 1, aku ingin mencobanya lebih dulu." pinta Vandam.

Nilam mengangguk lalu memberikan 1 biji donatnya, "Harganya 2000."

Vandam sempat tertawa lagi dan kini Ia mulai mencicipi donat buatan Nilam.

"Enak..." puji Vandam.

"Mana uangnya?" tagih Nilam.

Lagi lagi Vandam dibuat tertawa oleh ucapan Nilam, "Donatmu masih berapa?"

"Apa kakak ingin membeli semuanya?" tanya Nilam penuh harap.

Vandam mengangguk membuat Nilam tersenyum senang dan langsung menghitung donat yang tersisa dibox miliknya.

"Ada 40 kak jadi semuanya 80ribu."

Vandam tersenyum lalu mengulurkan 5 lembar uang seratus ribuan pada Nilam.

Nilam mengerutkan keningnya, "Hanya 80ribu kak, itu terlalu banyak."

"Ambil saja semua untukmu."

Nilam menggelengkan kepalanya, "Tidak kak, hanya 80ribu jangan melebihkan sebanyak itu."

Vandam berdecak, "Biasanya orang lain akan senang jika mendapatkan uang seperti ini tapi kenapa kau malah menolak!" heran Vandam.

"Maafkan aku kak, tapi aku tidak bisa menerima uang lebihmu itu."

Vandam menghela nafas panjang, "Jika memang tidak bisa, aku tidak jadi membeli donatmu!"

Mata Nilam lamgsung saja melotot mendengar Vandam ingin membatalkan membeli donatnya padahal Ia sudah merasa senang karena bisa pulang lebih awal.

"Bagaimana?"

Nilam akhirnya menerima 5 lembar uang seratus ribuan itu.

"Jangan berikan semua pada Ibumu, kau juga harus menyimpannya untukmu sendiri."

"Tapi kak..."

"Sudah jangan banyak protes lagi, turuti apa yang ku ucapkan." pinta Vandam.

Nilam akhirnya mengangguki permintaan Vandam.

"Setelah ini kau mau kemana?" tanya Vandam.

"Pulang kak."

"Ikutlah denganku," ajak Vandam.

"Kemana kak?"

"Kemana pun kau ingin pergi."

Nilam terlihat sedang berpikir, "Tapi aku takut minta izin pada Ibuku kak."

Vandam tersenyum, "Itu hal yang mudah, apa kau ingin pergi menginap bersamaku?"

Nilam terkejut dengan ajakan Vandam, sedetik kemudian Nilam langsung menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak berani kak, aku takut Ibu tahu dan marah."

"Aku akan membuatkan surat izin palsu dari sekolahan, kau bisa memberikan pada Ibumu dan kita bisa pergi."

Nilam hanya diam, Ia belum pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya, membohongi ibunya hanya karena ingin pergi ke suatu tempat.

"Kau ingin kemana? Ke pantai?" tebak Vandam.

Ya, aku sangat ingin kesana kak, batin Nilam ingin mengatakan itu namun Ia tidak memiliki nyali.

"Ikutlah bersamaku." ajak Vandam menarik tangan Nilam dan membawanya masuk ke mobilnya.

"Kita mau kemana kak?" tanya Nilam.

Vandam tak menjawab, Ia melajukan mobilnya meninggalkan taman.

Nilam pun memilih diam, menikmati betapa enaknya naik mobil ber Ac seperti ini karena memang kali pertamanya Nilam naik mobil.

Vandam menghentikan mobilnya ditempat fotocopy, membuat Nilam keheranan dengan apa yang ingin Vandam lakukan.

Vandam membuka laptopnya lalu mengetikan sesuatu disana, "Apa nama sekolahmu?"

"Smk Nusa bangsa kak."

Vandam kembali mengetikan sesuatu lalu Ia keluar dari mobil dan memasuki tempat foto copy.

Vandam kembali memberikan secarik kertas untuk Nilam.

Mata Nilam langsung saja melotot membaca isi kertas yang tak lain adalah permintaan izin untuk pergi berkemah selama 5 hari.

"Ini palsu kak, aku takut ketahuan."

Vandam tersenyum, "Tidak akan, berikan saja pada Ibumu dan Ia akan percaya."

"Tapi aku takut kak." ucap Nilam dengan bibir bergetar.

"Jangan takut, bukankah kau ingin pergi ke pantai? Aku akan mengajakmu ke luar kota, kita akan ke pantai dan bersenang senang disana."

Nilam terlihat diam memikirkan tawaran Vandam.

"Ayolah jangan terlalu lama berpikir, sesekali kau harus seperti ini. Apa kau tidak bosan waktu liburan harus kau gunakan untuk menjual donat?"

Nilam tertunduk, Sejujurnya Ia juga bosan apalagi jika mengingat teman temannya pergi ke suatu tempat saat liburan, Nilam juga ingin seperti temannya namun apalah daya, Nilam tidak akan pernah bisa.

"Jika memang tidak mau, aku akan mengantarmu pulang." kata Vandam kembali melajukan mobilnya.

Raut wajah Nilam terlihat kecewa, bukan karena Vandam namun karena dirinya sendiri yang tak berani mengambil keputusan.

Keduanya sama sama diam hingga akhirnya saat akan sampai di gang masuk rumah, Nilam memberikan keputusannya, "Aku mau kak, aku akan memberikan surat itu pada Ibu."

Vandam tersenyum lebar mendengar jawaban Nilam, "Kau memilih keputusan yang benar Nilam."

"Rasanya aku juga ingin seperti teman temanku yang bisa pergi ke suatu tempat saat liburan."

Vandam mengangguk paham, "Bawalah beberapa baju karena kita akan menginap, aku akan menjemputmu besok pagi disini."

Nilam membuka pintu mobil, Ia berniat keluar namun Ia malah kembali menatap Vandam, "Kenapa kau baik padaku kak?"

Vandam tersenyum, "Kau adiknya Riki yang artinya kau juga adik ku."

"Tapi kenapa Kakak tidak minta izin pada Ibuku sendiri jika memang ingin mengajak ku pergi?"

Vandam berdecak, "Apa kau yakin Ibumu akan mengizinkan?"

Nilam menggelengkan kepalanya, "Tidak kak, pasti Ibu tidak akan membiarkan aku bersenang senang." balas Nilam dengan sedih.

"Dan aku membuatnya seperti ini agar kau bisa pergi."

Nilam tersenyum, "Terima kasih banyak kak."

Nilam segera keluar dari mobil sementara Vandam tersenyum senang.

"Aku tidak menyangka semua akan semudah ini."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

kan" niat jahat vadam dimulai

2023-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!