Nilam memberikan surat yang dibuat Vandam pada Marni beserta uang hasil dari Ia berjualan donat, Nilam berikan semua kecuali uang yang diberikan Vandam untuknya, Nilam menyimpannya didalam tas.
"Ck, jika kau ikut kegiatan ini kau tidak bisa menghasilkan uang untuk ku!" omel Marni.
Nilam tertunduk lesu, yang Ibu tirinya pikirkan hanyalah uang saja, sama sekali tidak memikirkan tentang kebahagiaan Nilam.
"Tapi kepala sekolah mengatakan jika itu wajib Bu."
Marni menghela nafas panjang, "Baiklah aku akan membiarkan mu pergi tapi aku tidak akan memberikan uang saku untukmu."
"Pergi kemana?" Riki yang baru saja datang ikut menimpali ucapan Ibunya.
"Aku ada kegiatan kemah disekolahan kak." jelas Nilam.
Riki mengangguk paham, Ia mengambil dompetnya lalu memberikan uang seratus ribu pada Nilam, "Ini uang saku mu."
Nilam menggelengkan kepalanya, "Tidak kak, ini terlalu banyak."
"Tidak apa apa Nilam, kau butuh ini untuk bersenang senang dengan temanmu." paksa Riki.
Mau tak mau Nilam menerima uang pemberian Riki meskipun ada perasaan bersalah karena sudah membohongi keluarganya.
"Terima kasih banyak kak." ucap Nilam yang langsung diangguki Riki.
Riki hanya menganggukan kepalanya lalu pergi ke kamarnya.
Marni yang masih ada disana dan melihat Nilam diberi uang tentu saja Ia tak terima.
Marni merebut uang seratus ribu milik Nilam lalu menukarnya dengan uang 20ribuan.
"Enak saja kau bisa menerima uang dari putraku." ucap Marni lalu pergi meninggalkan Nilam.
Nilam terlihat acuh, Ia tak lagi sedih ataupun kesal dengan perlakuan ibunya. Ia sudah sering diperlakukan seperti ini jadi rasanya sudah biasa saja untuknya.
Nilam pergi ke kamarnya untuk mempersiapkan apa saja yang akan Ia bawa untuk pergi bersama Vandam.
"Dia terlihat baik, sepertinya tidak mungkin macam macam denganku." ucap Nilam merasa percaya dengan Vandam.
Paginya Nilam berangkat lebih awal, Ia merasa sangat senang hingga tidak bisa tidur semalaman.
"Wah wah, yang mau kemah sudah bangun sepagi ini." celetuk Riki yang juga sudah bersiap untuk pergi bekerja.
Nilam tersenyum, "Aku belum pernah merasakan berkemah kak sampai membuatku membayangkan banyak hal dan tidak bisa tidur."
Riki tersenyum, "Aku mengerti, bersenang senanglah dengan teman temanmu, jangan lupa tetap jaga diri disana. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu."
Nilam mengangguk, "Baiklah kak."
Riki sempat mengelus kepala Nilam sebelum akhirnya pergi untuk berangkat kerja.
Nilam tersenyum, merasa bersyukur memiliki Riki yang begitu sayang padanya, sifanya berbeda jauh dengan Marni yang sangat kejam padanya.
Tepat pukul 7 pagi, Nilam berangkat dari rumah, Ia berjalan keluar gang dan sudah melihat mobil Vandam terparkir disana.
"Maafkan aku kak, apa Kakak menunggu lama?" tanya Nilam saat memasuki mobil.
"Tidak, aku juga baru saja sampai." balas Vandam melihat Nilam dari atas sampai bawah. Nilam mengenakan dress floral selutut yang membuatnya terlihat manis juga memperlihatkan kaki jenjangnya yang mulus.
Vandam merasa kali ini Ia tidak salah mangsa.
Vandam melajukan mobilnya, perjalanan kali ini sangat panjang. beberapa kali Vandam mampir ke rest area untuk istirahat dan makan bersama Nilam. Hingga setelah menempuh perjalanan selama 5 jam, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
"Kita akan menginap di villa ini." kata Vandam menghentikan mobilnya disebuah Villa.
"Baiklah kak.''
Vandam keluar di ikuti oleh Nilam. Vandam langsung merangkul Nilam mengajaknya masuk ke dalam.
Sejujurnya Nilam sedikit risih dengan perlakuam Vandam namun Nilam mencoba untuk membiasakan diri karena Ia pikir Vandam sama seperti Riki yang juga sering merangkulnya saat mereka sedang berjalan bersama.
"Aku akan berbicara dengan penjaga villa disini." kata Vandam yang langsung diangguki oleh Nilam.
Vandam menghampiri pria paruh baya yang ada disana, keduanya terlihat sedang membicarakan sesuatu.
Tak berapa lama, Vandam kembali menghampiri Nilam dengan raut wajah kecewa, "Hanya tersisa satu kamar disini, bagaimana?" tanya Vandam yang tentu saja membuat Nilam ikut bingung.
"Apa tidak ada Villa lain disekitar sini kak?"
Vandam menggelengkan kepalanya, "Villa lain juga sudah penuh karena ini musim liburan."
Nilam menghela nafas panjang, Ia diam belum memberikan jawaban karena Nilam juga bingung, rasanya tidak mungkin Ia sekamar dengan pria dewasa meskipun Vandam menganggapnya adik sendiri.
"Jika memang tidak mau, kita pulang saja." kata Vandam.
"Pulang kak?" Nilam terlihat ragu, tak mungkin Ia pulang lagi bisa bisa Ibunya tahu jika Ia berbohong.
"Ya pulang saja, mau bagaimana lagi sudah tidak ada kamar lain kecuali kau mau sekamar denganku." kata Vandam.
Nilam menundukan kepalanya, Ia memikirkan tawaran Vandam.
"Baiklah kak jika memang harus sekamar, tidak apa apa." kata Nilam akhirnya.
Vandam tersenyum, Ia meminta kunci pada Penjaga Villa dan mengajak Nilam masuk ke kamar.
Baru saja masuk, Nilam sudah terpukau dengan kamar Villa yang akan mereka tempati. Terlihat bagus, ada kolam renang juga ada tempat untuk bersantai dengan pemandangan air laut, meskipun jaraknya jauh namun terlihat sangat indah.
"Kau suka?" tanya Vandam.
Nilam mengangguk, "Rasanya seperti sedang berada didalam film kak."
Vandam tersenyum, "Istirahatlah sebentar, setelah ini kita akan jalan jalan ke pantai."
Nilam mengangguk setuju, Ia melihat ada satu ranjang dan sofa yang berukuran besar. Nilam memilih duduk di sofa yang muat dengan tubuhnya itu.
"Aku tidur disini saja, kakak tidur di ranjang itu." kata Nilam.
"No, kita akan tidur diranjang bersama."
Nilam menatap Vandam dengan tatapan takut,
"Lihatlah ranjang ini sangat besar, sangat muat untuk kita berdua."
Meskipun begitu Nilam tetap tidak setuju, Ia memilih tidur disofa saja.
"Biarkan aku tidur disini kak." pinta Nilam yang akhirnya diangguki oleh Vandam.
"Baiklah jika kau ingin begitu."
Keduanya beristirahat sebentar hingga akhirnya Vandam mengajak Nilam jalan jalan sore ke pinggir pantai sekaligus menunggu waktu makan malam.
"Sangat indah." ucap Nilam berkali kali.
Raut wajah Nilam memancarkan kebahagiaan, bibirnya melengkungkan senyuman membuatnya terlihat sangat cantik.
Vandam ingin, Vandam benar benar menginginkan Nilam.
"Aku benar benar sudah gila!" umpat Vandam dalam hati.
Niat Vandam mengajak Nilam ke villa karena ingin membuat Riki khawatir.
Ya rencananya Vandam akan menghubungi Riki jika sudah sampai di villa dan mengatakan jika Nilam sedang bersamanya saat ini, Vandam tak sabar melihat raut wajah Riki yang kesal bercanmpur khawatir namun kini Ia berubah pikiran, sepertinya Ia akan melakukan hal lain yang lebih menyenangkan bersama Nilam.
Puas berjalan jalan dipinggir pantai, Vandam mengajak Nilam memasuki sebuah restoran untuk makan malam.
Nilam terlihat makan dengan lahap.
"Apa kau tidak makan seminggu?" tanya Vandam membuat Nilam menunduk malu.
"Maafkan aku kak, rasanya sayang saja jika membiarkan makanan ini tidak disentuh." ungkap Nilam melihat Vandam hanya mengambil beberapa padahal memesan banyak makanan.
Vandam tersenyum, Ia tergoda dengan ucapan Nilam, "Ya sangat sayang jika tidak disentuh, kalau begitu habiskan makanannya, aku akan memesan lagi jika kau masih lapar."
Tanpa curiga dengan ucapan Vandam, Nilam kembali menikmati makanan yang ada dimeja.
Bersambung...
Jan lupa like vote dan komeenn yaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Yuli Astuti
vandam...... kamu nackal
2023-06-06
0
Eka Bundanedinar
rencanamu epic skali vadam tanpa kamu sadari mmbuat nilam bnci sekali sama kamu
2023-03-03
0
Inggri
vandam kamu jangan macam² sm nilam
2023-03-03
0