02

Nilam keluar dari kamarnya setelah dirasa Marni dan kakaknya selesai makan siang.

Ia mengambil piring dan bersiap mengambil makanan namun saat membuka tudung saji, Nilam dibuat terkejut karena tak ada apapun disana.

Hanya tersisa sedikit nasi dan sepotong tempe goreng.

"Astaga mereka rakus sekali sampai tidak memikirkan aku." ucap Nilam merasa kesal dan marah namun Ia sadar tidak bisa melakukan apapun saat ini.

Nilam akhirnya mengambil semua makanan sisa yang sangat sedikit lalu mulai menikmatinya.

"Aku masih lapar tapi tidak ada yang bisa ku makan." keluh Nilam setelah menghabiskan makanannya.

Nilam beranjak dari meja makan, Ia segera mencuci piring lalu memilih tidur agar Ia tidak merasakan lapar lagi.

Sementara di ruang tamu, Vandam dan Riki yang sudah merasa kenyang terlihat menyulut rokok mereka dan kembali mengobrol.

"Kau dan adikmu terlihat tak mirip?" tanya Arga.

Riki tertawa, "Tentu saja karena dia bukan anak ibuku. Waktu itu Ibuku menikah dengan Ayah Nilam jadi kami pindah kerumah ini dan sekarang Ayahnya sudah meninggal, kami tetap tinggal disini untuk merawatnya." ungkap Riki.

Riki tengah asyik membicarakan tentang Nilam hingga keduanya dikejutkan dengan suara pintu rumah yang diketuk dari luar. Riki segera berajak dari duduknya untuk membuka pintu.

"Surprise..." suara seorang gadis membuat Vandam penasaran dengan siapa yang datang.

Vandam menatap ke arah pintu dan melihat Riki tengah dipeluk oleh gadis yang baru saja datang.

"Bagaimana bisa kau datang kemari tanpa memberitahuku." protes Riki.

"Sudah ku bilang ini surprise." Balas gadis itu.

Vandam merasa suara gadis itu terlihat tak asing untuknya, Ia pun ikut berdiri dan melihat siapa yang datang.

Dan Vandam dibuat terkejut saat melihat gadis yang berdiri didepan Riki sambil tersenyum lebar, memperlihatkan kebahagiaannya.

Anjani... gadis itu adalah Anjani. Satu satunya gadis yang membuat Vandam jatuh cinta untuk pertama kalinya. Meski begitu, Vandam tidak pernah mengungkapkan perasaannya, Ia memendam perasaannya dan hanya menceritakan pada Riki.

Namun sekarang, Riki berhasil memiliki gadis itu.

Riki terlihat gugup, seperti sudah tertangkap basah melakukan sesuatu.

"Bukanlah dia Vandam?" tanya Anjani menatap ke arah Vandam yang berdiri dibelakang Riki.

"Apa kau masih mengingatku?" tanya Vandam berjalan mendekat lalu mengulurkan tangannya pada Anjani.

"Tentu saja aku masih ingat, dulu kalian berdua selalu pergi kemanapun bersama. Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Anjani masih ramah seperti dulu.

"Aku sangat baik." balas Vandam sesekali menatap ke arah Riki yang tidak berani menatap ke arahnya.

"Ku dengar kau bekerja dikota, apa mobil yang ada didepan itu milikmu?"

Vandam mengangguk,

"Kau sangat hebat Vandam." puji Anjani.

"Sudah sudah, sebaiknya kita duduk disofa." ajak Riki terlihat cemburu mengetahui kekaguman kekasihnya pada Vandam.

Mereka bertiga akhirnya bernostalgia bersama sesekali Anjani mencuri pandang ke arah Vandam yang terlihat acuh.

"Sepertinya aku harus pulang sekarang." pamit Vandam setelah Ia merasa bosan berada dirumah Riki.

"Kenapa buru buru?" tanya Anjani seolah masih tak ingin Vandam pergi.

"Jika kau ingin pulang, aku akan mengantarmu ke depan." kata Riki langsung beranjak dari duduknya.

Vandam mengangguk paham, Ia mengikuti langkah kaki Riki keluar dari rumah.

"Maafkan aku..." ucap Riki saat Vandam akan memasuki mobil.

"Maaf untuk?" Vandam tak mengerti maksud Riki.

"Maaf karena aku bersama dengan Anjani padahal aku tahu kau sangat menyukai Anjani, aku tidak bisa menahan diriku." ungkap Riki merasa bersalah.

Vandam tersenyum lalu menepuk bahu Riki, "Itu hanya cinta monyet, jangan dipikirkan. Lagipula sekarang aku sudah tidak mencintai gadis itu lagi. Nikmatilah harimu bersamanya. Santai saja."

Riki ikut tersenyum dan sorot matanya terlihat lega, "Terimakasih sudah mau mengerti."

Vandam mengangguk, "Aku akan pulang sekarang."

Riki akhirnya membiarkan Vandam memasuki mobil dan kembali masuk ke dalam rumah.

Vandam tersenyum sinis melihat punggung Riki yang berjalan memasuki rumahnya.

Vandam ingat betul beberapa bulan yang lalu saat tak sengaja bertemu dengan Riki diluar kota, Ia sempat menanyakan kabar Anjani karena setelah lulus smp, Vandam melanjutkan sekolah dikota jadi Ia kehilangan kontak dengan Riki dan teman temannya yang lain.

Waktu itu Riki mengatakan jika Ia sudah tidak pernah bertemu dengan Anjani lagi.

Vandam tersenyum karena Ia merasa sudah dibohongi oleh sahabatnya sendiri.

"Dasar pengkhianat!"

...****************...

"Aku masih tidak menyangka, sekarang Vandam terlihat keren dan sukses." puji Anjani berkali kali membuat Riki kesal.

"Apa kau menyukai Vandam?"

"Tentu saja tidak sayang, jangan marah." kata Anjani lalu memeluk Riki.

Riki hanya diam, mendadak Ia memikirkan tentang Vandam yang pasti terkejut mengetahui fakta jika saat ini Ia menjalin kasih dengan Anjani yang Riki tahu jika Anjani adalah gadis yang disukai oleh Vandam.

Ada perasaan sedikit bersalah pada Vandam karena Ia merebut Anjani dari Vandam namun Riki tidak bisa menahan diri waktu itu jika Ia juga menyukai Anjani dan lagi Riki mendapatkan kesempatan untuk menjadi kekasih Anjani, tentu saja Riki tidak akan menyia nyiakan kesempatan emas itu.

Sore harinya...

Nilam baru saja bangun dari tidurnya namun Ia masih merasa lapar.

Nilam bergegas pergi kedapur untuk melihat apakah ibunya sudah belanja untuk makan malam atau belum namun didapur Nilam tak menemukan apapun.

"Apa Ibu belum pulang?" heran Nilam.

Nilam mengelilingi rumah untuk mencari Ibunya barangkali masih ada dirumah namun nihil, rumahnya kosong tidak ada Ibunya maupun Kak Riki.

"Kemana mereka?" batin Nilam.

Nilam akhirnya memilih mengerjakan pekerjaan lain sambil menunggu Ibu dan Kakaknya pulang. Hingga Nilam selesai mencuci baju dan mengepel lantai, Ibu dan Kakaknya masih juga belum pulang.

Pukul 9 malam barulah Ibu dan kakaknya pulang kerumah.

Marni terlihat membawa kantong plastik besar yang langsung membuat Nilam tersenyum senang.

Nilam pikir kantong plastik itu berisi bahan makanan untuk makan malam namun ternyata hanya berisi bahan untuk membuat donat.

"Apa kita tidak masak makan malam bu?" tanya Nilam.

"Tidak, aku dan Riki sudah makan malam diluar." balas Marni dengan santainya lalu pergi meninggalkan Nilam.

"Lalu bagaimana dengan aku?" batin Nilam menunduk sedih.

Riki yang masih berada disana terlihat menghela nafas panjang, memandang wajah sedih Nilam sejenak lalu ikut pergi meninggalkan Nilam.

Nilam mengelus perutnya yang sangat lapar. Tidak ada yang bisa Nilam lakukan saat ini, Ia akhirnya mengambil gelas yang di isi dengan gula lalu diseduh air hangat.

Nilam meminum air gula itu hingga habis karena setelah ini Ia masih harus bekerja membuat donat yang akan Ia jual besok disekolahan.

Nilam membuat donat sedikit santai mengingat tubuhnya yang lemas karena kurang makan.

Tiba tiba Riki datang dan memberikan sesuatu pada Nilam.

"Nasi goreng, makanlah di kamarmu agar Ibu tidak melihat." kata Riki lalu meninggalkan Nilam yang tersenyum senang karena akhirnya Ia bisa makan malam ini.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Eni Al Fatih

Eni Al Fatih

kok ada ya...orang kejam kayak gituu

2023-03-03

0

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

awal mula vadam balas dendam padahal nilam g tau apa"

2023-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!