Ketulusan Cinta Dari Gadis Desa

Ketulusan Cinta Dari Gadis Desa

Arumi Ningrum

"Kamu jadi berangkat lusa sayang?" Tanya Clara Evania.

"Iya sayang, harus bagaimana lagi? Ini sudah menjadi tanggung jawabku," Jawab Teguh Mahendra.

Teguh Mahendra lelaki tampan, berbadan tinggi dan tegak, memiliki wajah yang siapa saja melihatnya tidak pernah ada kata bosan. Berumur 35 tahun, yang berprofesi sebagai Dokter umum.

Teguh memiliki kekasih yang tak lama lagi akan dinikahi. Hubungannya sudah lama, bahkan semua keluarga sudah mengetahui hubungan mereka.

Rencananya pernikahan mereka berdua akan diselenggarakan. Namun karena Teguh yang harus bertugas ke pedesaan terpencil, mau tak mau harus menunda pernikahan mereka dulu.

"Jaga dirimu baik-baik disini sayang! Jangan nakal," ucap Teguh, yang memberi nasehat kepada Clara.

"Ya kamu tenang saja sayang, aku bisa menjaga diriku saat kamu jauh disana," jawab Clara, yang mencoba memberi pengertian kepada Teguh.

Hubungan mereka berdua selalu terlihat baik-baik saja, mereka juga jarang sekali bertengkar, bahkan salah paham. Namun mereka tidak pernah menyadari jika hubungan itu tidak akan selamanya indah tanpa ada bumbu-bumbu pertengkaran.

Setelah Teguh selesai menyimpan semua pakaiannya ke dalam koper, yang akan digunakan selama satu bulan berada di desa terpencil itu. Teguh mengajak Clara untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, karena memang hobi Clara suka shopping dan membeli pakaian semua bermerek.

Sesampainya di pusat perbelanjaan, dengan sangat gembira seperti anak kecil. Clara membeli pakaian, sepatu, tas, dan perlengkapan make up.

Namun karena Teguh sangat mencintai Clara, sehingga tidak pernah berpikir bahwa itu semua namanya pemborosan.

"Sayang belanjain aku yang banyak ya, nantikan kamu pergi lama meninggalkan aku," pinta Clara, kepada Teguh.

"Pilihlah sesuka hatimu sayang! Apa Sih yang tidak," jawab Teguh.

Tiba-tiba saat Teguh dan Clara, sedang asik memilih barang-barang kesukaan Clara. Tiba-tiba datanglah seorang wanita cantik yang berprofesi sama seperti Teguh. "Hei Dokter Teguh," sapa Dinda, kepada Teguh.

"Hai juga Dokter Dinda, sendirian Dok?" Tanya Teguh.

"Selalu saja suka mengejek aku mentang-mentang kamu sudah memiliki kekasih," jawab Dinda yang merengut karena Teguh suka sekali mengejek dirinya.

"Hei Dokter Dinda," sapa Clara kepada Dinda.

"Hei juga Clara, senang banget sih," ucap Dinda.

"Iya dong itu harus," jawab Clara.

Sebenarnya Clara tidak terlalu menyukai Dinda, namun hal itu tidak pernah Clara Perlihatkan. Bagi Clara Dinda terlalu manja kepada kekasihnya walaupun Teguh tidak pernah merespon sedikitpun.

"Jangan terlalu banyak membeli sesuatu nanti mubazir loh!" Ucap Dinda yang mengefek Clara, yang suka membeli barang-barang sesuka hati. namun tidak pernah memikirkan bagaimana susahnya Teguh bekerja.

"Tidak apa-apa dokter Dinda, saya merasa senang jika kekasih saya juga ikut senang. Karena saya kerja juga buat dia nantinya," jawab Teguh, yang memang benar tidak merasa keberatan dengan sikap Clara yang terlalu menghambur-hamburkan uang.

"Setidaknya kan bisa belajar hemat dan harus memiliki tabungan yang cukup. berumah tangga itu tidak mudah," ucap Dinda yang sudah sangat mengetahui tentang berumah tangga walaupun dirinya sampai saat ini belum juga pernah menikah.

Dinda bukanlah orang kaya. Namun karena kepintarannya bisa mendapatkan beasiswa untuk sekolah kedokteran. Hal itu membuat Dinda sedikit perhitungan tentang masalah keuangan, karena Dinda tahu bagaimana sulitnya mencari uang.

"Nanti dia juga bisa belajar untuk menghemat uang Dokter Dinda, jika sudah berumah tangga."

Dinda tidak ingin terlalu mengurusi tentang hubungan orang. Dinda memutuskan untuk segera berpamitan kepada Teguh dan juga Clara. "Ya sudah bersenang-senanglah kalian, aku pamit dulu karena sebentar lagi jadwal masuk ku akan tiba."

"Hati-hati di Jalan Dokter Dinda," ucap Teguh.

***

Di sebuah desa terpencil seorang gadis yang sedang mencuci di pinggir sungai. Setiap harinya seperti inilah kegiatan Arumi yang tidak sekolah karena masalah keuangan.

Sebab itu Arumi tidak sepintar gadis pada umumnya. Arumi tidak bisa membaca menulis bahkan bisa dibilang buta huruf.

"Arumi.. Arumi.. Bagaimana bapakmu? Masih sakit?" Tanya Nining sahabat baik Arumi.

"Iya nih bapak masih sakit, biasa mungkin sudah tua. minum obat dari warung pun juga seperti itu saja tidak ada perkembangannya," jawab Arumi.

"Aku dengar besok lusa ada seorang dokter yang dari kota akan bertamu ke desa kita. Dia akan memberikan pengobatan gratis."

"Wah benarkah itu Ning? Aku pasti akan membawa bapak ke sana."

"Iya nanti dokter itu akan bertamu ke rumah para penduduk, dia juga akan memberikan nasehat untuk kesehatan para warga," jawab Nining.

"Wah Dokter itu tampan nggak ya?" Tanya Arumi yang hanya bercanda kepada Nining.

"Aduh kita sebagai gadis desa harusnya sadar diri! Bagaikan Bumi dan Langit jika kita bersanding dengan mereka yang memiliki jabatan tinggi," jelas Nining.

"Namanya juga jodoh tidak perlu khawatir! Dokter Juga manusia, jadi bedanya sama kita hanya saja keadaan," jawab Arumi.

Seperti itulah perdebatan kedua sahabat itu setiap harinya. bertemu di sungai untuk mencuci pakaian mereka. Namun Arumi berbeda dengan Nining, karena Nining pernah bersekolah sampai kelas 2 SD jadi sedikit bisa membaca dan berhitung.

Arumi Ningrum, seorang gadis Desa yang memiliki banyak kekurangan. Hanya saja Arumi memiliki wajah paras cantik, dan polos.

Arumi berumur 19 tahun, dan memiliki seorang adik laki-laki, yang saat ini duduk di bangku SD.

Dengan kesederhanaannya, Arumi setiap harinya membantu sang Ibu mengurus rumah, dan berjualan kue basah keliling kampung.

Arumi juga sering dibohongi warga, karena Arumi tidak pandai membaca dan berhitung.

"Doni, mau tidak ajarin kakak menulis, membaca, dan berhitung," ucap Arumi kepada Doni.

"Tumben sekali kak Arumi mau belajar?" Tanya Doni yang merasa kebingungan.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin pintar saja tanpa harus bersekolah," jawab Arumi, yang membuat Ibu nya meneteskan air mata.

Ibu nya merasa menyesal tidak dapat membuat Arumi seperti gadis seusianya. keluarga ini hanya berharap kepada Doni, yang kelak akan merubah keadaan keluarga menjadi lebih baik.

Sedangkan Bapak Arumi, hanya petani yang sering meminjam ladang warga untuk mengais rejeki, dan akan berbagi hasil kepada pemiliknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!