Tinggi Darah

Keesokan harinya semua warga pada berkumpul di depan rumah Pak RT.

Arumi bersama Nining juga ikut untuk menyambut kedatangan dokter tampan itu.

"Yakin sekali kamu Rumi, kalau Dokter itu tampan. Siapa tahu dokter itu sudah tua namun masih bujang lapuk," ucap Nining yang asal ceplas-ceplos saja berkata.

"Eh sembarangan saja kamu, siapa tahu memang tampan. aku sih mikirnya seperti itu," jawab Arumi.

"Kalau dia tampan pun tidak mungkin suka juga dengan kamu. Sedangkan dia kan Dokter, orang kota, mana suka dengan gadis kampungan seperti kita," jelas Nining.

Tidak lama setelah itu muncullah mobil yang sangat mewah berhenti di depan Balai Desa. para warga pada berkerumunan untuk menyambut kedatangan Dokter, yang jarang sekali datang ke desa terpencil ini.

Saat Teguh keluar dari mobil dan terlihat warga desa pada antusias menyambut kedatangannya. "Selamat siang maaf membuat kalian semua pada menunggu lama," sapa Teguh dengan sangat ramah.

Warga terkejut dan sangat antusias saat melihat Dokter yang sangat tampan, dan baik hati, tidak sombong, dan juga ramah kepada penduduk.

"Tidak apa-apa Pak Dokter," jawab semua warga kepada dokter tampan itu.

"Perkenalkan nama saya Teguh Mahendra. Kalian bisa memanggil saya dengan Dokter Teguh. saya di sini akan menatap 1 bulan untuk melihat kondisi kesehatan para warga. Jika ada warga yang memiliki keluhan kesehatan, datanglah di jadwal yang akan saya tentukan nanti, kalian bisa hadir," jelas Teguh.

Setelah menyampaikan kata-kata untuk para warga. akhirnya Teguh diantar oleh Pak Sobri yang menjabat sebagai Pak RT saat ini. "Maaf Pak Teguh, jalanannya sangat susah, jika musim penghujan akan sangat licin," ucap Pak Sobri.

"Tidak apa-apa Pak Sobri, saya mengerti," jawab Teguh dengan apa adanya.

"Tuh kan kamu nih tidak mengerti sih, Dokternya tampan sekali, masih muda lagi," ucap Arumi yang di sepanjang perjalanan menceritakan Dokter Teguh.

"Iya tapi dia tidak mungkin juga menyukaimu Rumi! Sadar diri deh bangun dari tidurmu," jawab Nining.

"Kalau aku bisa mendapatkannya bagaimana? Ayo mau taruhan kah sama aku?" Ajak Rumi kepada Nining.

"Tidaklah taruhan pakai apa? Buang-buang uang saja, aku tak punya," jawab Nining.

Tak sengaja saat di perjalanan mereka berselisihan dengan Dokter Teguh. "Ya ampun tampan sekali Dokter Teguh," sapa Rumi kepada Dokter Teguh.

"Is kamu ini Rumi, memalukan sekali," bisik Nining yang masih terdengar di telinga Teguh, dan juga Pak Sobri.

Teguh tak menjawab ucapan Rumi namun hanya dibalas dengan senyuman ramahnya. karena memang sikap Teguh apa adanya, baik, dan ramah, kepada semua pasien dan juga sekitarnya.

"Rumi Nanti ajak bapakmu untuk konsultasi kepada pak Dokter! Saya dengar Bapakmu sakitnya sangat parah sekali," ucap  pak Sobri kepada Rumi.

"Iya pak nanti akan saya bawa tapi saya bingung apakah harus menggunakan gerobak untuk mengangkat bapak?"

"Kan ada Doni yang bisa membawa bapakmu," jawab Pak Sobri.

"Apakah sakit ayahnya sangat parah?" tanya Teguh kepada Pak Sobri.

"Sudah sekitar satu minggu lebih tidak bangun dari kasur. Hanya berbaring, namun jika duduk sebentar saja kepalanya terasa sangat pusing," jelas Arumi.

"Biarkan saya saja nanti yang akan menemui ke rumahnya. Bapak bisa tolong saya nanti untuk memberitahukan di mana tempat tinggalnya," ucap Teguh kepada Pak Sobri.

Baik Dokter, nanti sore atau malam akan saya antar ke rumah Rumi."

Rumi sangat senang sekali saat mendengar jika Dokter Teguh ingin berkunjung ke rumahnya.

"Rumi, Nining, kalau begitu kami permisi dulu," ucap Pak Sobri kepada dua gadis desa itu.

"Baik Pak, terima kasih," jawab Nining dan Rumi bersamaan.

Setelah Pak Sobri dan Dokter Teguh kembali melanjutkan jalannya. Rumi sangat kegirangan bahwa malam ini Dokter Teguh akan datang ke rumahnya.

"Ih beruntung sekali kamu Rumi, Dokter Teguh mau mampir ke rumahmu. Wah aku juga mau ditemui Dokter Teguh ke rumah," ucap yang juga ikut-ikutan bersikap seperti Rumi.

"Eh mana bisa begitu Nining? Emak, Bapakmu, kan sakitnya tidak seperti bapakku yang tidak bisa jalan," jawab Rumi.

"Bilang saja juga mereka tidak bisa jalan. Dokter Teguh pasti bisa ke rumahku," jawab Nining yang tertawa terbahak-bahak.

"Ehhh jangan ketawa seperti itu! Dokter Teguh ogah," ucap Rumi, yang membuat Nining semakin kesal dan terjadilah mereka berdua berlari saling kejar-kejaran.

Karena sore pak Sobri tidak bisa mengantarkan Dokter Teguh untuk ke rumah Rumi. Akhirnya Pak Sobri, bersama dengan Dokter Teguh berangkat pada malam hari.

Jalanan yang terlihat sangat sepi, tidak ada lampu-lampu yang menerangi setiap jalan. Sehingga Pak Sobri hanya menggunakan senter nya.

"Kenapa bisa Pak, desa ini tidak ada sumber listrik? Sehingga rumah warga pada gelap disaat malam hari," tanya Teguh kepada Pak Sobri.

"Saya sudah memberi usul kepada pemerintah, namun alasannya tetap sama. Jika listrik tidak sampai ke desa ini," jawab Pak RT kepada Dokter Teguh.

"Kasihan sekali Pak, bagaimana jika saat tengah malam ada warga yang ingin melahirkan, atau sakit parah? Pasti akan sangat susah sekali memberikan pertolongan cepat," ucap Teguh.

Hingga tak terasa Dokter Teguh bersama dengan Pak RT, akhirnya sampai di kediaman Rumi. "Assalamu Alaikum," ucap Pak RT kepada pemilik rumah tersebut.

Tidak lama setelah itu, pintu rumah terbuka dan muncullah sosok gadis yang ditemui Teguh tadi siang.

"Wa Alaikum Salam, masuk Pak, Dokter," jawab Rumi, yang mempersilahkan Dokter Teguh bersama dengan pak RT masuk kedalam rumah nya.

Terlihat jelas jika didalam rumah itu sangat gelap dan hanya diterangi oleh lampu pelita.

Rumah yang sederhana, hanya memiliki satu buah kamar. Hal itu dapat Teguh lihat dengan jelas.

"Bapakmu dimana Rumi?" Tanya Pak RT kepada Arumi.

"Bapak ada di kamar Pak, ayo silahkan masuk kedalam," ucap Rumi kepada pak RT dan Dokter Teguh.

Saat Teguh masuk kedalam kamar yang tidak terlalu besar, dibanding dengan kamarnya sendiri. Teguh melihat ada sepasang suami, istri, yang terbaring lemah diatas kasur yang sudah lusuh.

"Ibu, tiba-tiba terjatuh sore tadi Dok, sama persis seperti sakitnya Bapak," ucap Rumi, kepada Dokter Teguh.

"Saya periksa dulu," jawab Dokter Teguh, yang menghampiri dua pasang suami, istri itu.

Saat Teguh mulai memeriksa. Teguh mendapatkan penyebab penyakit sepasang suami, istri ini jadi terbaring lemah.

"Sebelum Ibu terjatuh, Ibu sempat makan sesuatu?" Tanya Teguh kepada Bu Surti.

"Saya tidak memakan apa-apa Pak Dokter, hanya saja beberapa hari ini kepala saya sangat pusing, dan badan saya terasa sangat lemas," jawab Surti, apa adanya.

"Kalau boleh saya tahu apa menu makanan yang kalian sediakan setiap harinya?" Tanya Dokter Teguh, kepada Arumi.

Pandangan Mata Arumi langsung tertuju menatap Mata Dokter Teguh, yang terlihat damai dan sangat teduh. Seperti tidak ada beban pikiran, sehingga membuat siapa saja yang memandang ingin berlama-lama memandang wajah tampan itu.

"Nasi, sayur, sama ikan asin," jawab Arumi.

"Apakah setiap hari menu seperti itu disediakan?" Tanya Dokter Teguh.

"Iya Dokter, karena kami kesulitan pergi kepasar untuk membeli ikan. Makan pakai nasi pun kami sudah sangat bersyukur bisa makan. Mencari ikan di sungai sudah tidak bisa lagi Dokter, karena keseringan diambil secara paksa oleh warga menggunakan alat," jelas Arumi.

Seiring bertambahnya usia, organ dan pembuluh darah di dalam tubuh akan mengalami perubahan, termasuk ginjal dan pembuluh darah. Perubahan pada ginjal akan berdampak pada penurunan fungsi organ tersebut, sehingga mengganggu keseimbangan garam dan cairan dalam tubuh.

Sementara itu, perubahan pada pembuluh darah akibat penuaan bisa menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi kaku. Kedua kondisi tersebut menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Itulah mengapa orang yang berusia lebih dari 35 tahun lebih berisiko mengalami darah tinggi.

"Jadi Ibu sama Bapak saya kena darah tinggi Dokter?" Tanya Arumi, yang masih kebingungan dengan penjelasan dari Dokter.

Dengan cepat Pak Sobri menjelaskan kepada Dokter Teguh, dan mengatakan jika Arumi tidak memiliki kecerdasan otak, sehingga sulit merespon penjelasan dari orang lain.

Teguh mengerti kenapa dari tadi pertanyaan dari Arumi itu-itu saja. Ternyata Teguh baru mengetahui jika Arumi tidak memiliki kecerdasan otak.

"Intinya saja jika Ibu sama Bapak tidak ingin sakit seperti ini lagi, saya minta sedikit kurangi mengkonsumsi makanan yang asin-asin, berlemak, dan terlalu berminyak," jelas Dokter Teguh.

Malam semakin larut, setelah Dokter Teguh memberikan obat kepada Arumi untuk Bapak dan Ibu nya. Dokter Teguh bersama dengan Pak Sobri berpamitan untuk segera pulang kerumah mereka masing-masing.

Dokter Teguh juga menyarankan untuk Arumi dan adik nya memperiksakan kesehatan di balai desa, yang akan diadakan pemeriksaan warga besok lusa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!