Bukan Pangeran Dan Cinderella

Bukan Pangeran Dan Cinderella

Bab 1 Cinderella

"Ellaaaaaaaaa!" Teriakan itu begitu memekakan telinga.

"Astaga, Ibu!" pekik seorang gadis yang merasa terkejut. Gadis itu masih meringkuk diatas ranjang dan menutup telinga dengan bantal.

Masih jam 4 pagi, tapi Ibunya sudah membangunkan Ella dengan suara 8 oktav yang menembus sampai ke rumah tetangga.

"Dimana tutup bapper-ware yang warna biru, Ella? Yang kemarin ibu bawa. Ibu harus kembalikan." Suara itu masih terdengar keras meski tak sekeras tadi.

Ella seketika terduduk di atas ranjang. Ia menepuk keningnya setelah berdiam diri selama 5 detik untuk mengingat dimana ia meletakkan tutup benda keramat yang selalu menjadi sumber masalah diantara ia dan ibunya.

"Mamp**s! Dimana aku meninggalkannya?" gumam Ella dengan mata sayup.

"Dimana Ella? Ibu harus kembalikan."

Ella segera melompat dari atas ranjangnya. Ia membuka pintu depan rumahnya dan berjongkok di depan kursi teras. Ia melihat ke arah kolong kursi dengan menundukkan kepalanya.

"Huuh! Untung saja masih ada di sini." Ia menghembuskan nafas lega karena benda yang ia cari bisa ia temukan.

Ella mengambil benda tipis berwarna biru dan berbentuk persegi itu. Kemarin malam, Ibunya membawa ayam panggang dari rumah majikannya. Dan Ella makan di teras. Ia mengunakan tutup itu untuk meletakkan tulang ayam untuk makanan kucing.

Selesai makan, Ella meletakkannya di kolong kursi agar tulang ayam itu bisa segera dieksekusi oleh si Bricko, kucing jantan yang biasa wira-wiri di depan rumahnya.

"Ada, Bu!" Teriak Ella sambil berlari.

"Nih!" Ella memberikan benda itu pada ibunya.

"Kalau hilang, gaji ibu bisa di potong, La!"

Ella mencebikkan bibirnya. "Katanya bos ibu baik banget, tapi kok malah potong gaji ibu cuma perkara tutup bapperware doang!"

Benda itu hanya kotak untuk menyimpan makanan. Harganya juga terbilang murah versi orang kaya seperti majikan ibunya.

Kalau bagi mereka, dari pada untuk membeli wadah seperti itu, lebih baik uangnya digunakan untuk biaya hidup yang lain.

"Tapi ini sudah yang ke sepuluh, Ella!"

"Lihat mereka! Sungguh naas karena tidak punya pasangan lagi akibat ulah kamu!"

Romlah menunjuk tumpukan kotak yang tidak ada tutupnya, atau tutup yang tidak ada kotaknya di rak piring.

Sebenarnya majikannya itu tidak mempermasalahkan hal tersebut, hanya saja ia yang merasa tidak enak hati karena terlalu sering tidak mengembalikannya dengan alasan tutupnya sudah hilang.

Ella nyengir kuda. Ia memang tidak pernah menghitung berapa banyak kotak bekal yang hilang akibat ulahnya.

Ibunya suka sekali membawa makanan dari rumah majikannya dan Ella sering sekali membagikan pada anak-anak yang bermain bola di lapangan samping rumahnya.

Terakhir kali, Ella ingat, tutup bapper-ware tertinggal di halaman belakang sekolah karena ia juga sering membawa bekal dan memakannya disana.

"Ibu mau berangkat kerja, kan?" tanya Ella agar masalah ini tidak berlanjut lagi.

"Belum. Ibu masih harus memasak sarapan untuk kamu."

"Gak usah repot-repot, Bu. Ella bisa beli di warung depan. Ibu duduk aja dulu sambil menunggu jam 5."

"Ella tidur lagi, Bu," pamitnya.

Romlah memang biasanya pergi bekerja dari jam 5 pagi dan pulang setelah makan malam. Ia tidak menginap di rumah majikannya karena tidak bisa meninggalkan Ella sendirian di rumah.

Anak pertamanya sudah menikah dan tinggal di luar kota sementara suaminya sudah meninggal sejak Ella masih berusia 5 tahun.

"Jangan lupa, cuci baju dan sapu lantai, La."

"Beres, Ibu. Biasanya juga begitu!"

Ella, nama lengkapnya adalah Putri Cinderella. Bukan seperti cerita dongeng yang hidup bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya, tapi Ella hanya hidup berdua dengan ibunya.

Ella punya Abang bernama Gatot Prakoso. Entah mengapa Romlah- ibunya mendapat ide untuk memberi nama pada mereka dengan memakai nama tokoh dalam sebuah cerita dongeng.

Yang pasti, Ella selalu protes dengan namanya yang tidak sesuai dengan jati dirinya. Ia juga tidak ingin menjadi gadis miskin yang kelak akan dicari dan dipersunting oleh pangeran karena ia meninggalkan sebelah sepatu kacanya.

Ella hanyalah seorang siswa SMA yang akan lulus tahun ini. Ia hanya beruntung karena mendapatkan beasiswa untuk bisa bersekolah di SMA Cahaya Bangsa yang hampir seluruh siswanya adalah anak orang kaya.

Saat tiba di sekolah, Ella mendapati sebuah buku latihan matematika milik seorang terletak diatas mejanya.

"Ratu Admajaya," gumamnya saat membaca nama pemilik buku itu.

"Kerjakan soal nomor 3 dan 5!" perintah gadis bernama Ratu yang kerap kali membuat Ella repot. Ratu selalu meminta Ella dengan sedikit memaksa agar mau mengerjakan sebagian tugas yang tidak bisa gadis itu cari jawabannya.

"Mau tidak?" tanya murid yang sedang berdiri disampingnya dengan melipat tangan di dada.

Ella mengangguk. "Akan ku kerjakan. Tunggu saja di kursi kamu."

Ella memberikan buku milik Ratu beberapa menit kemudian. Ia berjalan ke meja Ratu, tepatnya dua meja di belakang mejanya.

"Hei, Cinderella!"

Ella melihat ke asal suara. Seorang pria berseragam rapi dan duduk di meja paling pojok tengah menatapnya tak suka.

"Mulai besok, kamu tidak perlu mengerjakan tugasnya!"

Ratu seketika mendengus kesal. Murid bernama Prince itu merupakan murid paling disegani karena merupakan putra pemilik sekolah ini.

"Dia tidak keberatan, Prince!" balas Ratu dengan nada manja. Gadis itu memang menaruh hati pada laki-laki bernama Prince itu.

"Lagi pula, salahnya juga yang tidak mau ku ajak belajar bersama. Jika dia mau, dia pasti bisa mengajariku!"

"Padahal aku juga menawarinya untuk menjadi guru privatku, Prince. Dia kan pasti sangat butuh uang karena gaji ibunya pasti tidak akan cukup untuk biaya hidup mereka."

Ella memutar bola matanya. Entah kapan Ratu mengajaknya belajar bersama.

Sok manis! Seandainya dia bukan anak dari orang yang berpengaruh di sekolah ini, mungkin aku tidak akan mau menuruti perintahnya. Sayangnya, dia adalah anak kepala sekolah yang bisa dengan mudah membuatku hengkang dari sekolah ini hanya karena sebuah masalah kecil.

"Hei, Cinderella!" Prince tidak menanggapi pandangam genit yang Ratu tunjukkan padanya. Ia malah kembali memanggil Ella yang sudah duduk di kursinya.

"Apa lagi, Prince!" Ella kesal.

Prince memang bukan temannya. Mereka bahkan jarang bicara. Bukan karena pria itu sombong, tapi ia yang lebih memilih untuk tidak punya teman akrab. Baginya, di kelas ini tidak ada murid yang memiliki kasta setara dengannya.

"Jika sekali lagi aku melihatnya. Maka aku akan bertindak!"

"Dibu-lly, tapi tidak melawan!" gumam Prince yang tampak kesal.

Ratu memang sering merundungnya, menghinanya secara halus hanya untuk menunjukkan kalau Ella berbeda dari murid lainnya.

Bukan tidak bisa melawan, Ella hanya tidak ingin. Karena melawan berarti memancing keributan dan akan membuatnya tersandung masalah.

Tinggal satu semester lagi. Aku harus bisa bersabar agar beasiswa untuk kuliah masih bisa ku dapatkan.

Ella hanya ingin mengubah nasib keluarganya. Bersekolah setinggi mungkin dengan memanfaatkan prestasinya. Setidaknya ia bisa menjadi sarjana dan medapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Ia lelah dihina, ia lelah dipandang rendah karena pekerjaan ibunya hanyalah seorang asiaten rumah tangga.

Terpopuler

Comments

Elviza mela

Elviza mela

wahh ternyata ada cerita baru ttg anaknya rion dan bintang... maaf baru mampir dan baca... udah lama gak singgah ke Nt 😆😆😆

2023-03-24

0

Ni sya ♡

Ni sya ♡

Kakak Othor, boleh folback gak? biar bisa berbagi inspirasi😢

2023-03-16

0

Andi Muh.taufik Andi sayyid

Andi Muh.taufik Andi sayyid

......

2023-03-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!