Bab 5 Masalah Besar

Hujan gerimis yang turun sejak subuh tak menghentikan langkah kaki Ella untuk pergi ke sekolah.

Ella memilih naik bus dan turun di halte yang letaknya di seberang sekolah. Ella memakai payung yang ia bawa dari rumah dan perlahan melangkahkan kakinya masuk ke gerbang sekolah.

Ella tidak menyadari para murid terus menatapnya. Ella dengan santai berjalan menuju kelasnya. Ia memilih untuk menutup payung dan berjalan di teras-teras kelas agar sepatunya tidak semakin kotor akibat terkena percikan air hujan.

Apa ada yang salah denganku? Mengapa mereka menatapku seperti itu? batin Ella yang membenarkan letak kaca matanya.

Ella mulai risih saat menyadari murid-murid menatapnya sambil berbisik-bisik.

Ella mempercepat langkah untuk sampai ke kelasnya. Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat seorang murid memanggilnya.

"Kak Ella ...."

Ella berbalik dan terlihat seorang murid perempuan berpenampilan tak jauh berbeda darinya. Ia mengenal gadis berkaca mata yang berada satu angkatan dibawahnya itu.

"Ya. Ada apa Siti?" tanyanya pada murid yang juga mendapat beasiswa sepertinya. Tapi, bedanya Siti adalah gadis yatim piyatu yang menumpang dengan bibinya.

Siti menunjukkan layar ponselnya. Mata Ella membulat sempurna saat melihat fotonya yang telah diedit diunggah oleh sebuah akun fake dengan menandai beberapa akun murid di sekolah ini.

Banyak komentar negatif, tapi ada juga yang membelanya. Foto yang di upload satu jam yang lalu itu ramai di perbincangkan.

Ella menghela nafas berat. Ia mengembalikan ponsel milik Siti. Ia memang belum membuka media sosialnya pagi ini. Ia terlambat bangun karena udara pagi ini begitu dingin.

"Terima kasih, Siti." Ella tersenyum tipis. "Aku duluan, ya."

Ella enggan menanggapinya. Ia harus berfikir jernih. Ia harus menahan emosi agar tidak terjadi kesalahan fatal jika ia gegabah menagatasi masalah ini.

Siti mengangguk. "Kakak tidak kenapa-kenapa, kan?"

Ella menggeleng. "Jangan khawatir. Aku baik-baik saja, kok."

Ella lanjut berjalan menuju kelasnya. Ia menahan sesak di dada tapi air matanya tidak menetes sedikitpun.

Yang tertulis memang fakta, tapi begitu dibesar-besarkan. Ia memang terbiasa dihina, tapi kali ini lebih terasa seperti fitnah.

"Bukan aku!"

"Kamu apa-apaan, Prince!"

"Bukan aku pelakunya! Aku bersumpah, Prince!"

Ella mendengar suara Ratu berteriak menyebut nama Prince. Ia segera mengedarkan pandangannya dan tampak Prince sedang menarik paksa tangan Ratu. Mereka menuruni anak tangga dengan cepat.

"Kamu mau apa, Prince? Mengapa menyeretku seperti ini?"

Prince menatap Ratu penuh kebencian. Ia melepaskan tangan Ratu sehingga gadis itu hampir terjatuh.

"Prince ..." Ratu terkejut karena pria itu begitu tega padanya. Ia diseret hingga ke tengah lapangan. Jam pelajaran masih 15 menit lagi, dan sudah pasti aksi Prince menjadi tontonan para murid.

"Kalian dengar!" Teriak Prince. "Hari ini, detik ini juga, kesabaranku sudah terkikis habis karena sikap dan tingkahnya," ucap Prince dengan keras agar murid-murid bisa mendengar suaranya.

"Selama ini, dia selalu bersikap buruk pada seseorang. Dia menghina, memaksa bahkan main fisik."

"Dialah orang yang membuat unggahan mengenai Cinderella." Prince menunjuk Ratu.

"Dia yang membuat akun fake dan memancing kalian untuk ikut berkomentar negatif.

Prince menatap Ratu yang terkejut atas tuduhannya. Pria itu menyeringai, tak peduli rintik hujan membasahi wajahnya.

Ella terdiam di tempatnya. Jaraknya hanya sekitar 10 meter dari posisi Prince dan Ratu. Ia tidak ingin melakukan apapun karena ia masih syok mendengar tuduhan Prince terhadap Ratu.

"Kenapa?"

"Terkejut karena aku mengetahuinya lebih cepat dari yang kamu duga, hem?"

"Kamu tidak bisa menuduhku tanpa bukti, Prince!" teriak Ratu.

"Lagi pula apa untungnya bagiku melakukan semua ini?" Ratu berkilah.

"Apa untungnya? Tanya saja pada dirimu sendiri."

"Prince! Ratu! Apa yang kalian lakukan?Hentikan semua ini dan kembalilah ke dalam kelas." Terdengar suara seorang guru yang menggema di seluruh kawasan sekolah karena berbicara menggunakan microfon di meja piket guru.

Prince hanya mengangkat tangannya ke udara sebagai syarat bahwa ia tidak akan berhenti sebelum urusannya selesai.

"Coba katakan apa yang kamu tulis di unggahan itu?" pinta Prince.

Ratu menggeleng tanda tak ingin mengatakannya.

"Baik, biar aku yang mengatakannya."

"Cinderella, gadis cupu, anak pembantu di rumah pemilik sekolah, yang mendapat beasiswa karena belas kasihan, kini malah mengejar putra tunggal pemilik sekolah tersebut."

Prince tertawa. "Tidak sekalian, kamu unggah juga fotoku?"

"Kamu mikir gak, sebelum menulisnya lalu mengunggahnya ke sosial media?"

"Pasti tidak," tebak Prince sambil tertawa.

"Baiklah, akan ku luruskan! Dengar baik-baik, terutama kalian yang memberi komentar negatif yang akan ku kejar siapa-siapa saja orangnya." Prince menatap sekeliling dimana hampir semua murid juga menatapnya.

Seketika beberapa murid menghapus komentar mereka di dunia maya itu. Mereka tidak ingin berurusan dengan Prince.

Prince menatap Ratu, jarak mereka cukup dekat.

"Pertama, bukankah beasiswa memang diberikan pada murid berprestasi yang tidak mampu?"

"Kalau diberikan kepada murid bod*h dan kaya, itu namanya sedekah sia-sia," ucap Prince sambil tersenyum miring.

"Kedua, apa masalahnya jika dia hanya anak pemban-tu? Apa ada aturan tertulis yang melarang anak seorang pemban-tu untuk bersekolah disini?"

"Ketiga, jangan pernah mengganggunya lagi, karena dia adalah pacarku!"

Semua murid terkejut dan langsung berbisik-bisik. Prince yang kaya, cool, dikagumi murid-murid perempuan malah berpacaran dengan Cinderella cupu.

"Prince ...." Ratu tidak bisa berkata-kata lagi.

"Tapi, aku sudah menyukaimu sejak lama," ucap Ratu lirih. Tidak banyak yang bisa mendengar, tapi Ella mendengar pengakuan Ratu tersebut.

Prince berjalan mendekat. "Aku tahu. Tapi, sedikitpun aku tidak menaruh hatiku padamu."

"Kamu sanggup menyakiti hatiku, Prince!" Ratu menatap mata Prince tanpa berkedip. Wajah dan seluruh seragamnya sudah basah.

"Dia tidak pantas untukmu. Aku yang pantas, Prince! Hanya aku!" teriak Ratu seperti orang frustasi.

"Hanya Ratu, bukan Cinderella cupu dan miskin sepertinya."

Prince semakin mendekat. "Kamu salah."

"Pangeran memang harus berpasangan dengan Putri, bukan Ratu," ucap Prince pelan. Ia berbalik dan berjalan menjauh dari gadis itu.

Ella tidak mengerti drama apa yang terjadi pagi ini. Ia dipermalukan di dunia maya hingga dunia nyata. Dan belum selesai satu masalah, Prince malah mengatakan bahwa ia adalah pacar dari pria itu.

Ella memejamkan mata sejenak. Ia benar-benar stres menghadapi masalah ini. Apa lagi, masalah ini pasti akan membawanya masuk ke ruang BK.

Ella merasakan jantunganya berdebar saat Prince berjalan mendekati dirinya. Dada kekar pria itu tercetak jelas karena seragamnya yang basah.

Prince terlihat sempurna dengan rambut yang basah dan cara berjalannya yang tegap. Wajah tampannya tetap terlihat dengan jelas meski rintik hujan semakin deras.

Prince mengambil payung di tangan Ella. Ia membuka payung itu dan segera menggandeng tangan Ella. Mereka berjalan beriringan menuju ruang kelas.

Semua mata menuju kearah mereka berdua. Ada yang merasa patah hati karena Prince si pria dingin telah memiliki kekasih.

Ada yang merasa kagum karena Prince tidak menjadikan fisik sebagai syarat nomor satu untuk menjadi kekasihnya.

Ada pula yang nyinyir dan mengatakan kalau Ella menggunakan pelet. Siapa lagi jika bukan kedua teman Ratu.

Ada yang tidak peduli, seperti Nara contohnya. Gadis itu bersandar di tepi balkon menonton aksi sepupunya itu. Ia malah meminta temannya untuk merekam aksi Prince dan meminta rekaman itu untuk ia tunjukkan di depan keluarganya sebagai bahan lelucon.

Bagi Nara, Prince terlalu gil*. Mengakui Ella sebagai pacarnya sama saja menempatkan gadis itu seperti apel yang siap terkena anak panah.

Ratu tidak akan tinggal diam. Pihak sekolah pasti akan mempermasalahkan hal ini. Baik Prince atau Ratu bukan murid sembarangan, tapi keduanya tidak bisa memberi contoh yang baik. Belum lagi Ella, si penerima beasiswa yang malah berpacaran di semester akhir ini. Padahal tidak sampai 3 bulan lagi mereka akan menghadapi ujian akhir.

"Prince, please, tarik kata-kata kamu tadi. Aku tidak ingin mendapat masalah baru, Prince!" Ella tak membuat Prince menghentikan langkahnya.

"Tidak usah takut karena aku akan selalu melindungimu dari masalah apapun."

Terpopuler

Comments

Andi Sayyid

Andi Sayyid

lanjuuuut

2023-03-05

3

Andi Syafaat

Andi Syafaat

lanjuuuuut

2023-03-05

3

Andi Muh.taufik Andi sayyid

Andi Muh.taufik Andi sayyid

......
...

2023-03-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!