Bab 2 Prince Altair Danadyaksa

Prince menutup pintu mobilnya dengan kasar dan segera masuk ke dalam rumah. Yang pertama ia cari bukan ayah atau bundanya. Tapi, asisten rumah tangga yang bertugas mengurusnya saat bundanya tidak ada di rumah.

"Bu, tolong ambilkan jus jeruk!" pinta Prince yang langsung duduk di meja makan.

Seorang wanita berusia 50an tahun mendekat dan meletakkan segelas jus jeruk di depannya.

"Ini, Mas."

Wanita itu berbalik setelah melihat Prince tidak memberi perintah apapun lagi.

"Katakan padanya untuk melawan saat ditindas."

Ucapan Prince membuat asisten rumah tangganya itu berbalik. "Maksudnya apa, Mas?" Romlah tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Prince.

"Katakan pada anak Ibu kalau dia tidak perlu takut untuk melawan." Prince sengaja mengadukan hal ini pada Romlah karena ia sudah bosan melihat Ella terus saja mengalah.

"Semua murid di sekolah itu sama. Gak ada yang berbeda. Jadi, dia gak perlu takut, Bu."

"Di-dia diganggu lagi?" tanya Romlah yang merasa khawatir pada putrinya.

Ella memang tidak pernah cerita padanya kalau putrinya itu sering mengalami hal buruk saat di sekolah. Romlah hanya selalu mendengar cerita Prince yang selalu kesal pada Ella yang selalu diam saja saat diganggu.

"Dia tidak pernah cerita pada ibu, Mas."

Prince tersenyum miris. "Hanya karena mengejar beasiswa dia mengorbankan perasaannya."

Romlah merasa begitu terpukul. Menurutnya, apa yang Prince katakan memang benar, Ella terlalu memaksakan diri untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah.

"Dia takut dikeluarkan dari sekolah, padahal dimana pun ia sekolah, ayah akan tetap membiayai pendidikannya, Bu."

"Ella bukan gadis yang akan menerima pemberian orang lain tanpa memberikan balasan, Mas," jawab Romlah yang mengenal betul siapa putrinya.

"Ella pasti memikirkan nilai dan prestasinya yang tidak boleh merosot. Sesuai dengan apa yang sudah ia janjikan pada Bapak."

Ya, sebagai ucapan terima kasih atas niat Rion-ayahnya Prince, Ella menjanjikan bahwa prestasinya tidak akan turun. Ella berjanji akan belajar lebih giat lagi untuk meraih juara umum.

"Tapi, saya akan coba bicara padanya, Mas."

Prince Altair Danadyaksa, anak kedua dari pasangan Orion Danadyaksa dan Bintang Alkhaleena. Dia memang pendiam dan lebih tenang dalam menyikapi segala masalah. Tapi, kesabarannya ada batasnya. Ia paling tidak suka jika ada penindasan dan perlakuan tidak menyenangkan yang dilakukan didepannya.

"Ratu menghubungi bunda, Prince."

Prince seketika menatap wajah Bintang yang duduk tepat di depannya. Mereka baru saja selesai makan malam.

"Sepertinya bunda semakin akrab dengannya," balas Prince dengan nada dingin.

Bintang tersenyum kecil. "Bukan begitu, Nak. Dia hanya mengirimkan pesan chat kalau katanya kamu cuek padanya hari ini."

"Berlebihan," gumam Prince tak suka. Gadis itu selalu mencari perhatian dengan menghubungi bundanya.

"Kamu sama dia gak pacaran kan, Nak?" tanya Bintang.

"Ya gak lah, Bun!" balas Prince. "Mana mungkin aku pacaran sama dia."

"Prince, jangan kesal sama bunda, dong! Bunda kan cuma nanya." Rion membuat Prince diam.

"Sayang, aku sedang bicara dengannya. Biarkan saja kalau dia mau meluapkan kemarahannya. Aku mau lihat."

"Bunda, please! Ini yang terakhir kali bunda membahas Ratu."

"Abaikan saja chatnya. Dia bukan siapa-siapaku."

"Justru bunda senang kalau kamu belum pacaran dan gak memikirkan untuk pacaran dulu."

"Bereskan sekolah dulu, baru fikirkan pacaran."

"Aku gak akan kasih restu sebelum aku punya pacar." Queen akhirnya ikut bicara. Anak pertama yang sudah berusia 22 tahun itu bahkan belum punya pacar.

Prince tersenyum mengejek. "Siapa yang mau dengan gadis kaya dan smart seperti kakak, kak?"

"Cowok-cowok udah pada down duluan!"

Queen mengangguk pelan. "Kadang kaya juga gak menjamin kita bahagia, Prince."

"Kamu benar, saat kenalan sama cowok dan aku menyebut mana Danadyaksa, seketika mukanya langsung berubah."

"Belum apa-apa udah takut duluan," ucap Queen sambil tertawa.

"Huuust!" Bintang menengahi obrolan kedua anaknya itu. "Kalian gak boleh berfikir seperti itu. Harusnya kalian bersyukur karena hidup dalam kemudahan ."

"Kita gak kekurangan secara materi. Kita juga punya waktu untuk berkumpul."

"Ada banyak orang yang kehidupannya masih kekurangan, Nak. Harusnya kalian tahu itu!"

"Jodohin Queen sama CEO dong, ayah!" pinta Queen seperti orang yang kehilangan harapan.

Rion tertawa. "Yang lebih kaya dari kita banyak. Tapi, sumber kekayaan mereka tidak banyak orang tau."

"Sedangkan kita, perusahaan menggunakan nama Dandyaksa sehingga orang-orang tahunya kita adalah pemiliknya."

"Tapi kan memang kita pemiliknya, ayah!" sahut Queen tertawa.

"Iya, tapi kan masih ada hak orang lain disana."

"Siapa?"

"Ya siapa aja. Terserah ayah mau memberikan pada siapa." Rion tertawa membuat kedua anaknya kesal.

"Seandainya kalau kami berjodoh dengan seseorang yang tidak setara dengan kita, bagaimana ayah?"

Semua orang seketika menatap Prince yang bertanya dengan serius membuat mereka merasa curiga.

"Kenapa pertanyaan kamu kayak begitu, Prince? Kamu naksir cewek?" tanya Queen penasaran.

Prince kelabakan. "Ya, ya kan aku cuma nanya, Kak!" balasnya gugup. "Pertanyaanku gak salah, kan ayah?"

Rion menggeleng. "Gak salah, Prince."

"Yang menjadi syarat utama selain satu keyakinan adalah orang itu membuat kalian semakin dekat dengan keluarga dan menjadikan kalian orang yang lebih baik lagi."

"Tidak masalah dia miskin. Tidak masalah tidak punya rumah, asalkan mau bekerja dan tidak malas, terutama untuk kamu Queen."

"Ayah dan Opa tidak serta merta mendapat warisan dan ongkang-ongkang kaki di rumah."

"Kami juga memeras keringat dan bekerja siang malam untuk bisa memajukan perusahaan."

Sementara itu, di rumah Ella juga sedang terjadi perdebatan sengit antara ibu dan anak.

"Prince kesayangan ibu itu mengadu apa?" tanya Ella tak suka. Sejak dulu ia memang merasa ibunya begitu menyayangi Prince. Ella terkadang merasa cemburu karena memang sejak kecil Ibunya sudah bekerja disana dan mengurus Prince semantara dirinya tinggal di rumah bersama kakak laki-lakinya.

"Dia gak mengadukan apapun, Ella!" Marah Romlah karena Ella berkilah mengenai perlakuan Ratu padanya pagi tadi.

"Dia cuma kecewa karena kamu hanya diam saja saat disuruh-suruh."

"Bu, Aku bukan dia. Dia bisa melawan siapapun. Bahkan gak ada yang berani melawannya apalagi membuat masalah dengannya."

"Kalau aku seberani dia. Kalau aku menantang murid disana, yang ada aku yang akan dikeluarkan dari sekolah, Bu!"

"Sekarang, ibu istirahat aja. Gak perlu memikirkanku. Aku bisa mengatasi semua masalahku sendiri, Bu!" ucap Ella tegas.

"Ibu bekerja saja dan jangan dengarkan ocehan Prince lagi."

Ella masuk ke dalam kamarnya. Ia duduk di meja belajarnya. Mengacak rambutnya dan menenggelamkan wajahnya diantara kedua tangannya.

Apa selama ini Prince selalu mengadukan semua hal yang terjadi padaku di sekolah? Kenapa dia terlalu peduli? Dan Ibu, dia malah percaya omongan Prince begitu saja.

Prince, sebenarnya kamu mau apa? Menyuruhku melawan, kamu fikir punya pengaruh apa di sekolah?

Anak-anak lain tidak tahu kalau Ibu bekerja jadi ba-bu di rumah kamu saja aku sudah sangat bersyukur.

Terpopuler

Comments

Andi Syafaat

Andi Syafaat

lanjut

2023-03-02

2

Andi Syafaat

Andi Syafaat

aku tambahkan kopinya

2023-03-02

2

Andi Sayyid

Andi Sayyid

jangan takut Ella, lawan saja orang yang membully mu aku akan menambah kekuatanmu dengan suguhan kopi

2023-03-02

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!