Bab 3 Penolong

"Kerjakan tugasku!"

"Dan jangan sampai Prince tahu!"

Ella memegang buku latihan milik Ratu yang sengaja diletakkan dengan kasar ke dadanya. Ia menghela nafas berat karena Ratu masih melakukan hal yang sama namun kali ini dilakukan tidak di depan Prince.

"Tugasku juga belum selesai," jawab Ella sambil memberikan kembali buku milik Ratu.

"Kamu jangan coba-coba membohongiku," gumam Ratu dengan merapatkan kedua bibirnya.

"Untuk apa aku berbohong. Aku memang belum menyelesaikannya."

Ratu marah dan wajahnya mulai memerah. Ia tak percaya kalau Ella yang pintar itu belum menyelesaikan tugasnya. Dan ia tak suka gadis itu tidak lagi mau menuruti perintahnya.fñ

Ia menarik Ella ke belakang gedung sekolah. "Kalian awasi situasi!" perintah Ratu pada kedua temannya yang bernama Lyla dan Cleo.

Ella mengikuti langkah kaki Ratu yang menarik ujung lengan bajunya. Setelah mereka berada di belakang gedung sekolah, Ratu melepaskannya begitu saja.

Ratu menggosokkan kedua tangannya seolah baru saja menyentuh benda yang menjadi kotor.

"Kamu jangan coba-coba membohongiku! Atau aku akan mempermalukanmu di depan murid-murid lain." Ratu mengancam dengan mendorong bahu Ella sehingga tubuhnya terhuyung ke belakang.

Ella memperbaiki letak kaca matanya dan poni yang menutupi keningnya. Untung saja rambutnya yang panjang itu ia kucir kuda sehingga tidak perlu khawatir akan terlihat berantakan.

"Periksa saja jika tidak percaya."

"Oh! Mulai berani ternyata!"

"Jangan besar kepala karena Prince membela kamu! Dia hanya kasihan." Ratu menatap remeh.

"Berikan buku latihan milikmu!" Ratu menengadahkan telapak tangannya di hadapan Ella.

Cuit! Cuit!

Mereka mencari suara siulan yang baru saja terdengar. Dan keduanya melihat seorang murid perempuan berjalan mendekat. Mulutnya terus bergerak karena mengunyah permen karet.

Ratu membulatkan matanya saat menyadari gadis itu adalah El Nara Putri Alvarendra. Yang tak lain dan tak bukan adalah sepupu Prince.

"Nara ..."

"Se-sedang apa kamu disini?" tanya Ratu sedikit gugup. Selama ini, Ratu selalu bersikap manis di depan keluarga Prince.

"Terserah padaku mau melakukan apa. Tidak ada urusannya denganmu." Nara berdiri di samping Ella. Ia melihat wajah Ratu yang terlihat panik.

"Kenapa mukanya panik, Kak?" tanya Nara sengaja membuat Ratu salah tingkah.

"Ya elaaaah! Santai aja kaliiiii!" Nara mendorong bahu Ratu sama seperti yang Ratu lakukan pada Ella tadi.

"Aku gak akan ngadu ke Pak Faisal, kok! Tenang saja!" Nara tersenyum licik. Ia menyebut nama kepala sekolah yang merupakan ayahnya Ratu.

"Lain kali, permalukan dia di depan umum!" bisik Nara sambil menyeringai.

Supaya aku bisa memberikan pelajaran paling berharga untuk tukang tindas seperti kamu. Lanjut Nara dalam hatinya.

"Kamu mendukungku?" tanya Ratu tak percaya. Dalam keluarga Prince, Nara adalah salah satu anak yang paling usil, jahil, tidak bisa diam dan akalnya sangat banyak.

Nara mengangguk. "Sekarang pergilah! Karena aku sedang janjian dengan Prince untuk bertemu di sini!"

Ratu membulatkan mata. Prince tidak boleh melihatnya bersama si Cinderella cupu ini di belakang sekolah atau pria pujaannya itu akan berburuk sangka padanya.

"P-Prince akan kesini?"

Nara mengangguk. "Cepat pergi!" Nara melihat jam tangannya. "Dia akan sampai beberapa menit lagi." Padahal Nara sedang berbohong. Untuk apa ia bertemu dengan Prince kalau dia bisa bertemu pria itu di rumahnya.

Ratu segera keluar dari tempat itu. Di belakang gedung sekolah itu terdapat taman kecil yang jarang di datangi murid-murid saat masih pagi begini. Karena biasanya jam-jam seperti ini murid-murid sedang berada di kelas, parkiran atau kantin sekolah.

Nara memanjangkan lehernya untuk memastikan kalau Ratu sudah menjauh.

Nara menatap tajam ke arah Ella yang menunduk. Nara tahu betul siapa Ella. Di sekolah ini, hanya dia dan Prince yang tahu siapa orang tua Ella sebenarnya.

Bahkan Ratu saja tidak tahu kalau ibunya Ella adalah salah satu asisten rumah tangga di rumah Prince.

"Susah banget buat ngelawan dia?" tanya Nara mengejek Ella.

"Sesekali balas, dong Kak!" ucapnya kesal. "Apa perlu ku ajarkan ilmu bela diri?" tanyanya.

Ella menggeleng. "Aku hanya tidak ingin."

"Terserah!" Nara berdecak kesal.

"Jika tidak bisa memu-kul dengan keras, tarik saja rambutnya yang seperti ekor kucing anggora itu." Nara mengajari Ella untuk menjadi pre-man sekolah.

"Aku bukan kamu, Nara!"

"Kita sama, Kak!"

"Beda Nara."

"Sama Kak. Aku memang keponakan Om Rion, tapi kakak ingin lihat berapa banyak surat cinta dari sekolah ini yang dikirimkan pada orang tuaku?"

Ella menahan senyumnya. Nara selalu membuat masalah, tapi dia tidak pernah dikeluarkan dari sekolah ini.

Nara pernah membuat sudut bibir murid laki-laki berdarah dengan kepalan tangannya hanya karena bersiul menggodanya yang saat itu sedang berjalan ke kantin.

Nara pernah menyiram murid yang sedang pacaran di belakang sekolah dengan air. Dan ada banyak kelakuan anti mainstream yang gadis itu lakukan.

"Tidak ingin, kan?"

"Mamaku saja sampai bosan keluar masuk ruangan kepala sekolah, kak. Papaku sampai tidak mau datang lagi."

"Tapi aku tidak menyesal karena aku merasa bahagia. Tidak ada yang berani menindasku dan berbuat semaunya padaku."

"Iya ... iya ..." jawab Ella malas menanggapi ocehan Nara.

"Datang ke rumahku sore ini. Akan ku ajari caranya memukul samsak!" Nara mengerling dan berlari meninggalkan Ella.

"Aku ke kelas dulu! Aku lupa kalau hari ini jadwal piketku."

Ella tertawa. Ia berjalan keluar dari tempat yang tidak terlalu luas itu karen terhimpit oleh gedung sekolah dan pagar pembatas.

Ella mundur selangkah saat tubuhnya hampir menabrak tubuh seorang murid laki-laki.

Ia tidak perlu melihat wajahnya karena name tag di seragam itu cukup membuatnya deg-degan.

Prince Altair Danadyaksa.

"Liat ke depan! Kamu gak akan menemukan uang koin di bawah sana, Cinderella."

"Atau sepatu kacamu hilang sebelah!" Prince tertawa kecil.

Ella menghela nafas. Ia menatap wajah Prince. Pemuda yang berhasil mendapat perhatian lebih dari ibunya bahkan disaat pria itu masih kecil dulu.

Prince tersenyum tanpa menunjukkan giginya. "Jangan takut menatap siapapun, karena semakin kamu percaya diri, maka semakin tidak ada yang berani berbuat sesukanya padamu."

Ella menggeser tubuh dan melangkahkan kakinya. Tapi, Prince ikut bergeser sehingga tubuh Ella kembali hampir menabrak tubuh pria itu.

"Kamu mau apa, Prince!"

"Berjanjilah untuk tidak bersikap seperti gadis lemah!"

Ella membuang muka. "Akan ku usahakan!"

"Terserah! Yang penting aku sudah memberi tahumu. Ratu semakin hari menjadi-jadi. Dan kamu semakin lemah."

"Kemarin tugas. Sekarang tugas lagi. Besok mungkin dia akan memintamu membersihkan sepatunya."

Tenyata Prince tahu apa yang Ratu lakukan padanya beberapa menit lalu.

"Dia tidak akan berani."

Prince menyeringai. "Dia bukan kamu, Ella."

Ratu bukan gadis yang bisa berfikir panjang untuk menimbang dan memikirkan resiko dari perbuatannya. Dia akan melakukan apa yang ada di otaknya saat itu juga.

Prince membiarkan Ella pergi untuk segera masuk ke dalam kelas. Jam pelajaran memang akan segera di mulai.

Prince tak akan kenal lelah untuk membuat Ella mengerti kalau diamnya gadis itu malah akan semakin membuatnya diperlakuan tidak baik.

Sekolah ini memang milik orang tuanya. Tapi, ia juga tidak bisa asal melaporkan perbuatan Ratu tanpa bukti.

Dan dia juga tidak membenarkan adanya perundung-an terhadap salah satu murid yang dilakukan oleh murid lainnya.

Terpopuler

Comments

Andi Muh.taufik Andi sayyid

Andi Muh.taufik Andi sayyid

.....

2023-03-04

0

Andi Sayyid

Andi Sayyid

lanjut

2023-03-03

2

Yayuk Bunda Idza

Yayuk Bunda Idza

keren....gaya Nara nolong Ella

2023-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!