(Bukan) Sekedar Ibu Pengganti

(Bukan) Sekedar Ibu Pengganti

Bab 1 : Mencari Solusi

Seorang pria dengan sneli nampak sangat serius memberikan konsultasi pada pasangan yang sudah menjadi pasiennya sejak 2 tahun belakangan. Pria dengan mata selalu membentuk bulan sabit saat tersenyum itu, memang terlihat masih muda untuk ukuran seorang dokter spesialis. Namun, jangan ragukan soal kemampuannya. Dia sangat kompeten sebagai seorang dokter spesialis kandungan. Sudah banyak pasangan yang berhasil mendapat momongan setelah melakukan konsultasi dan menjalani program kehamilan atas rekomendasinya.

Andra Pratama Kusuma. Dia dikenal sebagai dokter yang sangat ramah dan dermawan. Terkadang dia tak menerima bayaran dari keluarga yang memang tak punya uang. Dia juga membantu keluarga yang kesulitan membawa pulang bayi mereka karena belum membayar administrasi.

Terlahir dari keluarga kaya dengan sang ayah yang merupakan pemilik rumah sakit besar di daerah Jakarta. Juga, sang ibu yang memiliki klinik kecantikan di daerah Yogyakarta, tempat kelahirannya. Jangan lupakan sang kakak yang kini berhasil mendapat perizinan untuk rumah sakit jantungnya. Itulah yang membuat Andra terbiasa untuk membantu sekitar. Apalagi, sejak SMA dia memang aktif mengikuti volunteer-volunteer dalam kegiatan kemanusiaan.

"Sabar ya, bu, mungkin ibu bisa lebih banyak mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung asam folat. Bapak juga jangan lupa jaga makanannya," jelas Andra untuk mengakhiri sesi konsultasi hari ini. Sebenarnya dia cukup sedih karena pasangan tersebut tak kunjung mendapat keturunan dengan usia mereka yang semakin tua. Sebentar lagi istrinya juga menginjak 35 tahun dan tentu saja risikonya benar-benar tinggi.

"Dari pemeriksaan semuanya normal. Mungkin saya akan meresepkan beberapa vitamin dan jangan lupa untuk beristirahat yang cukup."

...***...

Andra masih melamun meski kakinya kini melangkah menuju kantin rumah sakit. Setelah harinya disibukkan dengan banyaknya persalinan serta konsultasi, dia akhirnya bisa menyantap makanan meski sudah cukup malam.

"Dra, gimana?" tanya seorang pria dengan tinggi sama dengan Andra. Namanya Mamat. Pria yang 10 tahun lebih tua dari Andra itu, memang tampak muda karena sering tersenyum. Dia sendiri merupakan seorang dokter spesialis anak yang sangat tertarik pada dokter spesialis muda seperti Andra.

Andra menaikan kedua bahunya. Dia kemudian membeli nasi beserta lauknya karena sudah terlampau lapar sejak tadi. Dia hanya sempat meminum jus yang dibuatkan oleh sang ibu sebelum berangkat tadi.

"Udahlah, Dra, mending lepas tangan."

Andra berhenti saat mengisi piringnya dengan lauk sayuran. Dia kemudian menatap Mamat dengan wajah datar. Dia juga ingin melakukannya. Namun, menyerah malah akan membuatnya merasa lebih bersalah nantinya. Sudah dia lakukan berbagai cara. Jika sampai pasiennya menginjak usia 35 tahun, dia akan mengatakannya dengan berat hati bahwa mereka mungkin takkan punya keturunan.

"Atau gini ... surogasi," ujar Mamat yang kemudian membuat Andra panik. Bagaimana tidak? praktek itu terasa cukup merugikan satu pihak. Kemudian, dari yang dia tahu surogasi belum ada regulasi hukumnya. Dia tak mau mengambil risiko sebesar itu untuk membantu pasiennya. Memang dengan begitu masalahnya mungkin bisa secepatnya selesai. Namun, dia takut itu malah akan jadi bumerang yang merusak kariernya nanti.

"Kang, jangan bercanda gitu deh."

Mamat tertawa melihat bagaimana Andra memasang wajah panik. Lagipula, dia hanya bercanda. Dia tahu itu melanggar kode etik mereka. Apalagi, praktik surogasi itu dianggap membahayakan ibu pengganti. "Santai, bro. Saya juga tau itu gak boleh."

"Kayaknya memang belum ada jalannya aja. Mudah-mudahan mereka bisa cepet punya keturunan. Saya udah nawarin bayi tabung tanpa mikirin biaya, tapi mereka nolak," jelas Andra sembari berjalan menuju sebuah meja kosong.

"Mungkin mereka merasa gak enak. Soalnya bayi tabung, kan, lumayan. Wajar sih kalo mereka nolak."

Andra mengangguk kemudian memasukan sesendok nasi ke mulutnya. Namun, baru mengunyah sebentar, ponselnya sudah berbunyi. Dia segera mengangkat telepon tersebut karena sudah dipastikan itu adalah kondisi darurat.

Andra meneguk air mineral kemudian beranjak meninggalkan makanannya yang baru dimakan satu suap. Baginya, keselamatan pasien jauh lebih penting. Apalagi, dia mendengar dari dokter koas bahwa pasien yang baru datang adalah ibu hamil yang menjadi korban kecelakaan. Mereka harus melakukan operasi segera karena sang ibu diketahui sudah tak bernyawa saat tiba di sana.

Mamat hanya bisa menggeleng kemudian melanjutkan makan siang yang sudah tertunda menjadi makan malam itu. Dia harap setelah ini Andra bisa makan meski hanya sedikit.

...***...

Andra mencari ponselnya yang sejak tadi berdering. Hari ini kebetulan sekali dia tak ada jadwal di rumah sakit. Jadi, dia bisa berangkat lebih siang atau bahkan tak pergi ke tempat kerjanya.

Andra ingin tidur lebih lama. Namun, dia memaksakan diri untuk bangun kemudian melakukan sedikit peregangan. Bukan liburan atau apa. Andra lebih suka menghabiskan waktu liburnya untuk riset atau berolahraga agar tubuhnya tetap sehat. Terkadang dia juga menemui profesor Johnny untuk mendiskusikan beberapa kasus. Termasuk kasus yang saat ini belum bisa dia pecahkan yaitu soal program hamil yang seakan sama sekali tak berhasil.

Andra menghela napas saat mendapat balasan dari profesor Johnny yang tak bisa menemuinya hari ini karena ada urusan. Alhasil, Andra mau tak mau harus mencari kegiatan lain yang lebih bermanfaat.

"Astaga! Untung prof lagi sibuk. Hari ini ada kegiatan ngunjungin desa." Andra segera beranjak dari tempat tidur. Dia langsung membersihkan diri karena jam sudah menunjukan pukul 8. Terlalu sibuk membuatnya lupa soal kegiatan kemanusiaan yang sudah dia lakukan bersama organisasi yang dia bentuk saat masih berkuliah.

Andra sudah keluar kamar dengan pakaian rapi. kemeja lengan pendek berwarna coklat yang memperlihatkan bisepnya serta celana kain panjang berwarna hitam dia padukan dengan cukup apik. Dengan wajahnya yang tampan, pakaian apa pun sepertinya akan cocok-cocok saja.

"Bi, Andra buru-buru. Kalo mama tanya, bilang aja Andra udah sarapan. Nanti Andra makan ini di jalan." Andra memang sudah menginjak usia 32 tahun, di mata sang mama dia tetaplah anak kecil. Maklum, Andra adalah anak bungsu di keluarganya. Maka tak heran dia masih dimarahi jika melewatkan sarapan bahkan wajib membawa bekal jika berangkat bekerja.

Andra meletakan tasnya di kursi samping kemudi. Selanjutnya, dia segera melajukan mobil hitamnya agar tak terlalu terlambat dan membuat teman-temannya yang lain menunggu. Sembari mengemudi, Andra memilih memutar musik untuk menemani perjalanannya.

Tiba-tiba Andra terpikirkan soal surogasi. Dia merasa itu mungkin bisa jadi solusi untuk kasusnya saat ini. Risikonya memang besar dan cukup merugikan bagi pihak ibu pengganti. Namun, rasanya praktik itu bisa dilakukan jika darurat.

"Ah, kenapa malah mikirin itu? Itu malah nambal masalah dengan masalah."

Andra semalam sempat membaca soal surogasi. Beberapa memang menganggap itu melanggar kode etik. Apalagi, berpotensi merugikan baik bagi ibu pengganti maupun bagi bayinya. Namun, beberapa juga ada yang mengaku menggunakannya karena alasan tertentu. Termasuk rahimnya yang tidak cukup kuat untuk mengandung atau karena hal lain.

"Di Indonesia kayaknya emang ilegal. Itu sama aja ngelanggar HAM. Apalagi, seorang perempuan harus hamil anak dari orang lain yang mau tak mau harus diberikan setelah lahir. Itu juga ngelanggar etika."

...^^^...^^^...****************...^^^...^^^...

Terpopuler

Comments

Mommy_Ge

Mommy_Ge

syuka cerita nya 🥰

2023-03-15

0

Marlina Palembang

Marlina Palembang

Thor......i am coming

2023-03-13

1

Devii Arga

Devii Arga

aku sudah mampir ya kaka

2023-03-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!