Bab 2 : Pertemuan Kembali

Andra tiba di lokasi tempat penyuluhan akan dilakukan. Bersama rekan-rekan dokter serta relawan lain yang sudah mendaftar sebelumnya. Suatu tantangan bagi Andra untuk mengubah pandangan orang-orang di desa tentang kesehatan. Dengan pengalamannya yang sudah sering mengadakan penyuluhan dan bekerja sama dengan pemerintah setempat, membuat Andra merasa dengan segala pandangan yang ada.

Andra masih sangat ingat saat pertama kali melakukan penyuluhan. Dia dan timnya diusir dan dianggap sebagai orang mata duitan karena melakukan penyuluhan itu. Padahal, mereka ingin membantu warga desa untuk mendapatkan akses kesehatan yang sama. Namun, perjuangan Andra memang selalu membuahkan hasil. Para warga desa rutin memeriksakan kesehatan mereka. Bahkan, tak ada yang berpikiran buruk tentang bidan atau tenaga medis.

"Jadi ya ... bapak ibu sekalian ...." Andra menjelaskan soal alat kontrasepsi dan risiko wanita yang hamil di atas usia 35 tahun. Awalnya mereka sedikit menyanggah. Bahkan, mengatakan Andra mengada-ngada. Anda tahu sendiri bagaimana pandangan mereka. Apalagi, mereka membandingkannya dengan zaman dulu. Tak apa, dia sangat mengerti pandangan mereka.

Setelah selesai menyampaikan penyuluhan, Andra duduk bersama relawan lain sembari meneguk air mineralnya. Dia mempersilakan perwakilan dari pemerintahan untuk ikut melakukan penyuluhan terkait keluarga berencana. Memang program ini sedikit demi sedikit terealisasi. Namun, masih banyak yang punya anggapan jika makin banyak anak maka akan semakin banyak pula rezeki mereka.

"Pak, monggo dimakan," ujar salah satu relawan yang duduk di sampingnya. Andra hanya melempar senyum kemudian menawarkannya kembali.

Sementara itu, seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda dan memakai rompi lengkap khas relawan, membulatkan mata kala melihat sosok Andra. Tadinya, dia akan membagikan konsumsi pada orang-orang yang ada di sana. Namun, melihat Andra membuatnya memilih memutar balik arah langkahnya dan kembali ke posko yang ada di depan.

Gadis dengan mata bulat dan wajah bak boneka itu, bernama Tania Ayu. Dia seorang gadis berusia 25 tahun yang kini sedang bingung mencari pekerjaan. Dia merupakan seorang lulusan Ilmu Komunikasi. Namun, hingga saat ini dia masih belum menemukan pekerjaan yang dia rasa sepadan.

Dengan rasa kesal, Tania mencoba menghubungi temannya. Beberapa kali temannya tak kunjung mengangkat teleponnya. Hingga akhirnya telepon itu tersambung.

"Lu gak bilang ada Andra," kesal Tania dengan nada rendah. Sebenarnya dia ikut karena menggantikan temannya. Itu sebabnya dia sama sekali tak tahu soal siapa yang mengadakan acara itu. Dia terlalu senang mendapatkan uang hanya dengan pekerjaan yang ringan. Hingga dia lupa mencari tahu siapa saja yang terlibat dalam pekerjaan itu.

"Lu gak nanya, Tan. Udahlah, lagian kalian udah lama putus kali."

"Masalahnya ...." Tania mengerutkan dahi saat mendengar nada putus dari ponselnya. Segera dia berdecak dan meletakan ponselnya ke saku. Sudah telanjur ada di sana, mana mungkin dia melupakan tugasnya.

Tania dan Andra awalnya dipertemukan saat Tania pertama kali menjadi seorang relawan. Mungkin karena sifatnya yang ceria, Andra langsung tertarik pada gadis itu. Hanya berselang satu bulan, pria itu akhirnya mendekati Tania dan mendapatkan hatinya di bulan ke-5 perkenalan mereka.

Mereka sebenarnya berpisah bukan karena orang ketiga. Namun, karena mereka sama-sama merasa tak lagi sejalan. Tania yang ingin Andra selalu ada bersamanya sedangkan Andra yang disibukkan dengan segala macam praktik dan antek-anteknya. Hingga kemudian mereka memutuskan untuk berpisah.

Tania menggeleng dan mencoba untuk mengenyampingkan urusan pribadinya. Dia kemudian meraih topi yang ada di sana kemudian melangkah masuk sembari membawa beberapa nasi kotak. Dia membagikannya dengan hati-hati agar tak ketahuan. Rasanya mungkin akan sedikit canggung bila mereka bertemu lagi setelah sekian lama. Apalagi, Tania sadar betapa kekanakannya dirinya waktu itu.

Tiba saatnya Kinan harus memberikan nasi kotak itu pada Andra. Hatinya berdegup kencang bukan karena perasaan lama yang belum selesai. Namun, karena dirinya malu jika harus bertemu lagi dengan Andra setelah 5 tahun berlalu.

Tania memberikan nasi kotak itu sembari memalingkan wajah dan berusaha agar Andra tak melihat wajahnya. Namun, penyamarannya sia-sia karena seorang anak kecil tiba-tiba melepaskan topi yang sedang dia kenakan.

"Ah, sial pake kebuka segala lagi," gumam Tania dalam hati. Dia kemudian tertawa canggung sembari memberikan nasi kotak itu. Setelahnya, dia segera pergi dan memilih untuk tak memedulikan pria itu.

...***...

"Makasih, ya." Andra mengucap terima kasih pada setiap orang yang membantunya agar acara tersebut berjalan lancar. Matanya mencoba mencari keberadaan Tania karena setelah memberikan nasi kotak, gadis itu benar-benar menghilang.

Andra tak membenci Tania setelah hubungan mereka selesai. Bahkan, sebagai pria yang pertama kali menjalin hubungan, Tania adalah cinta pertamanya. Seperti kata pepatah, cinta pertama memang selalu punya tempat yang berbeda. Apalagi, sampai detik ini Andra merasa tak bisa mencari pengganti Tania. Sudah dapat dipastikan bagaimana peran Tania dalam hidup Andra 'kan?

Namun, ego menguasai pria itu. Meski perasaannya terkadang masih merindukan Tania, dia memilih untuk tak mengejar. Apalagi, sang mama mengatakan kalau ada baiknya dia melepaskan sesuatu yang dia inginkan. Bila dia mendapatkannya artinya itu merupakan takdirnya.

"Bro, apa kabar. Lama nih gak ketemu," sapa seorang pria dengan kemeja kotak-kotaknya. "Gimana kabar?"

"Baik. Lu gimana?"

"Gua jadi dokter umum di RSUD. Lu sendiri?"

"Dokter spesialis kandungan."

"Ternyata cita-cita yang lu tulis di balon pas ospek kesampean ya. Gua do'ain lancar-lancar deh semuanya. Kalo ada waktu bisa lah kita ngopi bareng," ujar Aksa diakhiri senyum dan dahi yang mengangkat. "Eh iya ... Tania?"

"Lu lupa? Gua udah putus sebelum beres koas."

Aksa memukul pelan dahinya. Benar juga. Dia lupa. "Duh sorry, gua lupa. Jadi gimana nih sekarang? Single atau double atau malahan triple?"

"Lu sendiri?"

"Gua OTW double nih," ujar Aksa diakhiri tawa. Namun, tawanya terhenti saat melihat wajah Andra yang nampak kebingungan. "Ada apa, Dra?"

"Ini ... Gua ada kasus yang gak bisa dipecahin. Udah gua coba banyak cara tapi gak berhasil. Pasangannya juga nolak buat pake IVF. Terus usia mereka juga udah gak muda," jelas Andra yang membuat Aksa mengangguk. Dia tentu mengerti mengapa wajah Andra bisa begitu bingung.

"Ini mungkin agak gimana gitu ya ... tapi, gua pernah nih liat soal ibu pengganti. Mungkin ada masalah sama reproduksi pasangan itu, makanya pake ibu pengganti. Emang ilegal sih, tapi ada yang berhasil katanya."

"Gua gak mau ngambil jalan pintas gitu."

"Gua ada agent yang pernah nawarin ke temen gua di RSUD. Semoga aja bisa bantu sih. Soalnya dalam keadaan darurat. Apalagi pasangannya udah gak muda 'kan? Coba aja dulu."

"Tapi itu ngerugiin sepihak, Sa."

"Ada aturan khusus jadi 2 pihak gak ada yang rugi. Gua pernah nemuin kontraknya dan pihak yang pengen punya bayi, ngasih kompensasi yang gede. Termasuk kalo misalkan si ibu penggantinya meninggal, nanti uangnya dikasih ke keluarganya."

"Apa pake ini aja ya? Tapi ini bener-bener melenceng dari aturan dan merugikan satu pihak," gumam Andra dalam hati. Dia akan mencoba jalan lain dulu. Jika dia tak bisa menemukannya, mungkin dia harus mencoba cara itu.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!