Bab 4 : Pekerjaan Tak Masuk Akal

Tania sudah duduk di sebuah kafe yang dikirimkan oleh orang itu. Dengan rasa gugup dan takut, dia terus memandang sekitar. Baru setelah berada di sana, dia merasa keputusannya cukup bodoh. Seharusnya dia tak setuju saat pesan broadcast itu masuk ke ponselnya.

"Apa gua pulang aja ya?" gumam Tania sembari berniat untuk kabur dari sana. Namun, dia segera tersenyum canggung saat seorang pria menghampiri mejanya. Tentu, dengan terpaksa Tania kembali duduk.

"Tania, ya?"

"I-iya, pak," jawab Tania sembari memeluk tas yang dia bawa. Untung saja dia memilih meja yang berada di tengah-tengah. Jadi, dia bisa meminta bantuan seandainya sesuatu yang buruk menimpa. Lagi, dia merutuki diri soal kebodohan yang melampaui batas hanya karena jumlah uang yang ditawarkan.

"Saya langsung ke inti saja, ya." Pria itu mengeluarkan sebuah map dari tasnya kemudian memberikannya pada Tania. "Bisa dibaca dulu. Nanti jika ada yang tidak paham, tanyakan pada saya."

Tania masih waspada meski pria itu bersikap begitu ramah. Justru dia merasa ini adalah sebuah jebakan yang bisa saja membuatnya tiba-tiba menyerahkan segalanya. Namun, dia mencoba menepis segala pikiran buruk itu. Dia memilih membaca pekerjaan apa yang harus dia kerjakan untuk uang itu.

"Yang tertulis di sana cuma kasarannya. Kalo kamu dapet bonus, itu jadi milik kamu."

Tania menganga melihat jumlah uang yang dituliskan di sana. Dia bahkan sampai menghitung beberapa kali digit yang ada di sana dan hasilnya tak berubah. Perbulan dia bisa mendapatkan banyak uang dari berbagai rincian yang ada. Namun, saat membaca dengan baik apa isi dari dokumen tersebut, Tania merasa sedikit bingung.

"Ini ...."

"Mungkin ini kedengerannya agak gak lazim ya. Tapi ... Saya bisa jamin semua yang ada di dalam kontrak itu bener-bener buat kamu."

Tania menggaruk kepalanya. Dia benar-benar bingung dengan yang tertulis di sana. Dia hanya perlu mengandung anak seseorang atau pasangan kemudian mendapat banyak tunjangan dari mulai makanan, tempat tinggal, transportasi, hingga asuransi. Masalahnya, apa itu disebut pekerjaan? Dia jadi merasa sedang berada di dalam dunia fiksi.

Tania tersenyum kemudian memasukan kembali dokumen itu dan mengembalikannya. "Maaf, tapi ... Saya belum dan bahkan tidak tertarik untuk melakukannya."

"Saya bisa jamin semua yang tertulis di sana memang jadi milik mba."

Tania menghela napas. Jika itu di luar negeri, tak masalah. Bukan merendahkan, tetapi di lingkungannya saat ini masih sangat suka mengurusi hidup orang. Jangankan tiba-tiba hamil tanpa menikah. Tak kunjung mendapat pasangan saja jadi bahan omongan. Harus bagaimana nanti dia menghadapi dunia? Meskipun memang tawaran gaji pokoknya saja sudah sangat besar. Dia bisa melunasi biaya kuliah sang adik sampai lulus juga memberikan modal untuk usaha orang tuanya. Namun, kembali lagi ke awal, itu dirasa sedikit melanggar norma yang berlaku di masyarakat. Lalu, Tania takut ini hanya penipuan dan dia berakhir dijual. Dia sungguh ngeri jika itu terjadi.

Pria dengan beberapa helai rambut sudah memutih dan wajah dengan beberapa kerutan itu, tersenyum tenang. Seakan, mendapat penolakan saat pertama benar-benar sering dirasakannya. Dia menganggapnya wajar karena pekerjaan seperti bukan pekerjaan umum dan berisiko tinggi.

"Soal tempat tinggal, mba bisa pilih. Bisa jauh dari orang tua, keluarga, sanak saudara, dan teman-teman," ujar pria tersebut. Namun, pikiran negatif Tania masih belum sirna. Dia tetap berpikir ini mungkin sebuah penipuan.

"Maaf, pak, saya cuma ingin tau pekerjaan apa yang memberi gaji sebesar itu. Saya tidak menyangka ternyata pekerjaan seperti ini. Bagaimana jika ke depannya terjadi masalah?" tanya Tania dengan tenang meski dalam hatinya, dia sudah hampir berlari dari sana. Namun, dia masih memiliki sopan santun dan etika. Jadi, dia berusaha untuk mendengarkan dulu.

"Jika terjadi masalah, ada pasal yang memuat soal itu, kami selaku yang menaungi kalian semua, akan bertanggung jawab."

"Termasuk jika nyawa saya terancam?"

Pria itu tersenyum lalu mengangguk. "Kami sudah menyiapkan semuanya. Begitu mengumpulkan berkas yang dibutuhkan dan tanda tangan kontrak, kami akan mendaftarkan asuransi yang akan cair jika nyawa pekerja tiada."

Tania tersenyum. "Tapi maaf, pak, setelah mendengar penjelasannya, saya kurang berminat. Mungkin bapak bisa mencari orang lain."

"Atau begini saja. Kontraknya bisa dibawa pulang dulu untuk dibaca-baca. Lalu ...." Pria itu memberikan sebuah kartu nama bertuliskan 'Lukman' di sana. "Ini kartu nama saya. Jika ingin lihat langsung kantornya tidak apa-apa, silakan. Saya biasanya tidak ada di kantor. Nanti akan ada seseorang yang mengurus di sana."

Tania memandang kartu nama itu. Jika dilihat-lihat seperti sebuah perusahaan resmi. Namun, dia yakin tidak terdaftar di pusat karena jasa yang mereka tawarkan. Mana ada agensi yang khusus mengelola ibu pengganti seperti ini 'kan? Pasti akan langsung ditutup jika ketahuan.

"Saya harus ketemu sama seseorang, saya permisi dulu."

"Silakan, terima kasih atas waktunya."

Tania lagi-lagi menatap kartu nama itu. Dia berdecak kemudian memikirkan apa yang perlu dia lakukan sekarang. Masih ada banyak tagihan soal pendidikan sang adik. Apalagi, sang adik mengambil jurusan yang benar-benar menguras. Semua tabungannya benar-benar habis tak bersisa karena biaya pendaftaran.

"Apa gua ambil aja ya ini? Emang resikonya gede, tapi setara sih sama uang yang didapet. Gua cari tau dulu deh bener-bener, kalo ada yang mencurigakan, gak akan gua lanjut." Tania memasukan kartu nama itu di tasnya. Dia kemudian melangkah pergi meninggalkan kafe tersebut. Namun, saat akan mencapai pintu keluar, dia segera membulatkan mata dan bersembunyi di balik beberapa tanaman yang ada di sana.

"Ah, kenapa harus ada dia lagi sih?" gumam Tania saat matanya tak sengaja menatap sosok yang selama ini ingin dia hindari. Yap! Siapa lagi kalau bukan Andra?

Tania memalingkan wajah saat Andra melewatinya. Buru-buru dia keluar kafe tersebut dan menghela napas lega. "Bisa-bisanya gua ketemu dia 2 kali dalam seminggu ini. Untung gak papasan."

Tania merogoh sakunya kemudian menerima telepon dari Sonia. "Gua lagi di jalan nih, sebentar lagi sampe."

Sementara itu, Andra kini tengah menemui pemilik agensi yang sebelumnya dia temui. Dia dihubungi karena katanya pak Tanu ingin bertemu. Dia harap ada kabar baik soal kandidat calon ibu pengganti itu.

"Apa sudah ada, pak?"

Pak Tanu tersenyum kemudian meminta Andra untuk duduk lebih dulu. "Saya cuma mau ketemu sama nak Andra. Kebetulan saya ada di sekitar sini dan tadi saya ketemu orang yang tadinya mau, cuman dia keliatan agak takut. Mungkin takut dijual sama saya."

Andra terkekeh. Dia yakin pasti orang itu terkejut saat tahu pekerjaan apa yang perlu dia jalani. Bahkan awalnya dia pikir surogasi hanya ada dalam film. Ternyata pada kondisi tertentu hal itu bisa saja dilakukan.

"Mudah-mudahan aja orangnya mau ya. Cuman, saya sambil nyari yang lain karena yang tadi ketemu sama saya itu terlalu muda, resikonya agak tinggi."

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!