Because Is You
"Qianzi!!!!!!!!"
Suara teriakan Raisa terdengar menggelegar di dalam ruangan keras. Sejak tadi dia berteriak memanggil nama sahabat nya yang selalu saja mengusili nya.
"Qia, Lo kenapa sih ketagihan banget ganggu gue!" erang Raisa frustasi.
Bukan nya berhenti, Qia malah tertawa dan semakin mengganggu Raisa.
Qianzi Gunawan, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana. Penampilan nya biasa saja, tapi dia terlihat sangat elegan.
Qia sekarang menduduki kelas 3 SMA jurusan IPA. Dia sangat pintar, pemegang juara satu umum di sekolahnya.
Menjahili Raisa Anwar merupakan hobi nya. Bukan hanya Raisa saja, tapi dia juga suka menjahili Rea.
Namun, Rea tidak terlalu banyak merespon. Dia hanya membiarkan Qia mengganggunya hingga dia merasa capek sendiri.
"Gue heran deh, kenapa bisa sih Lo ketagihan mengganggu gue!" erang Raisa lagi, dia memukul tangan Qia yang saat ini sedang menggulung rambut nya.
"Ih Raisa, siapa juga yang ketagihan. Yang ada tu, Lo ketagihan nyebut nama gue!" balas Qia tidak terima.
"He, emang Lo pikir gue lihat setan, nyebut nyebut!"
"Kesambet baru tahu rasa Lo!" dengus Qia kesal.
"Dih, siapa yang di ganggu. Siapa yang merajuk" cibir Raisa.
Rea tertawa, begitu juga dengan Dinda. Mereka berempat sedang membentuk lingkaran di meja Rea.
"Oh iya Qia, bagaimana hubungan Lo sama Kenzi. Gue denger denger kalian semakin dekat. Apa benar?" tanya Dinda.
Qia bergidik bahu, sejujurnya dia tidak terlalu memperdulikan tentang hubungan nya.
"Gue gak tahu" jawab Qia enteng
"Loh, kenapa begitu Qia? Lo gak boleh acuh seperti itu. Kenzi itu pacar Lo. Jadi Lo gak usah sok cuek sama dia!" omel Rea, dan itu di benarkan oleh Dinda.
"Bagaimana lagi, sejujurnya aku tidak terlalu memikirkan nyam Dia selalu baik kepada ku, tapi aku tidak bermaksud memanfaatkan dia. Aku juga tidak memaksa nya melakukan itu" tutur Qia.
"Lalu, mengapa kau menerima nya hm? jika tidak suka, mengapa di terima?"
Qia memutar bola matanya nya malas, jika sudah seperti ini. Ibu ibu seperti Rea dan Dinda tidak akan berhenti mengomel.
"Ya Bu, ada apa????"
"Sebentar yah guys, ada Bu guru yang memanggil " ucap Qia berbohong, dia mencari alasan untuk kabur dari kedua sahabatnya.
Di antara ketiga sahabatnya, hanya Raisa yang diam ketika mereka bertiga membahas soal Kenzi.
"Dasar bocah itu, lagi di nasehatin aja dia kabur.. Huh awas aja dia nanti" gumam Rea menggerutu.
"Sabar Rea, nanti kita kasih pelajaran" sahut Dinda mengusap punggung Rea.
"Sudah jelas dia emang begitu" ujar Raisa, dia akhirnya membuka suara juga.
Diantara mereka berempat, Rea yang paling tua, setelah itu Raisa dan Dinda. Barulah Qianzi yang paling muda. Semua teman nya hanya berjarak beberapa bulan saja. Sedangkan Qianzi, berjarak 1 tahun dari ketiga sahabatnya.
Qia berjalan di lorong kelas, dia tidak sengaja bertemu dengan Kenzi.
"Hai sayang" sapa Kenzi tersenyum manis. Dia langsung mengiringi kekasihnya.
"Hai" balas Qia.
"Mau kemana?"
"Ke kantin" jawab Qia jujur.
"Yuk aku temenin" tawar Kenzi.
Qia mengangguk, di memperbolehkan Kenzi menemaninya ke kantin. Selain itu, di juga akan mendapat jajanan gratis.
"Ayo sayang, mau beli yang mana. Ambil aja. Biar aku yang bayar."
Nah kan, seperti yang Qia duga. Kekasihnya ini sangat baik dan perhatian. Dia selalu mau membelikan apapun yang Qia inginkan.
"Boleh deh, aku mau" jawab Qia.
Semenjak jadian dengan Kenzi, Qia jadi terbiasa tidak menggunakan kata Lo Gue sama Pria ini. Dia membedakan gaya bahasa dengan Kenzi dengan gaya bahasa berbicara dengan teman laki-laki nya yang lain.
Hal ini tentu membuat Kenzi merasa jadi teristimewa di mata Qia.
Setelah membeli beberapa makanan, Qia dan Kenzi pergi meninggalkan kantin.
"Terimakasih yah sayang, entah bagaimana aku merasa takut sekarang" lirih Qia membuat Kenzi menghentikan langkahnya.
Pria itu menatap Qia lekat, senyum manis terbit di bibirnya.
"Kenapa kamu berpikir begitu? aku tidak memaksa mu untuk jatuh hati terlalu dalam kepadaku secepat ini. Lagi pula, memilih jatuh hati dengan sangat cepat dan dalam kepada mu adalah pilihan ku"
"Kenzi, gaya bahasa mu ini membuat aku tidak berdaya" lenguh Qia semakin khawatir. Di takut mengecewakan pria ini karena tidak bisa membalas cintanya.
"Sudah lah, jangan di pikirkan. Jalani saja, hingga kita berdua bosan dan lelah dengan hubungan ini. Sepakat?" Kenzi mengulurkan tangan nya pada Qia.
"Sepakat" balas Qia menyambut uluran tangan Kenzi,lalu tersenyum bersama.
"Semoga Lo gak sakit jika suatu hari nanti kita tidak bersama" bayi Qia.
"Ayo kita ke kelas kamu. Sebentar lagi bel pasti akan berbunyi" peringat Kenzi.
"Ah iya" balas Qia.
Kenzi mengantar Qia hingga di depan kelas nya. Teman teman sekelas Qia menyoraki mereka berdua ketika mereka berdiri di depan kelas.
"Ciee...Di anterin ayang nih" goda salah satu teman pria Qia.
"Apaan sih" Qia menunduk malu, sedangkan Kenzi. Dia malah tersenyum senang, semakin banyak yang menggoda pacarnya, dan membuatnya malu. Maka, Kenzi akan merasa sangat senang. Dia suka melihat Qia malu karena dirinya.
"Sudah, pergilah. Aku bisa gila karena mereka!" ujar Qia mendorong Kenzi malu malu.
"Wahhh Aku kamu....Sayang, pergi lah...Aku malu..Hahahaha..."
Qia semakin malu, teman teman nya semakin menggoda nya. Tanpa melihat kearah Kenzi lagi, Qia langsung masuk ke dalam kelas nya.
"Hei Qia, apa Lo sudah siap mendapat ceramah lagi?" sambut Dinda.
"Benar, dia datang lebih cepat dari pada bel berbunyi " sahut Rea.
"Apaan sih kalian, Gue tu baru aja beli jajan ini. Kalian tahu siapa yang membelikan ini?"
Rea dan Dinda saling melempar pandangan, mereka mengulum senyum.
"Pasti Kenzi!!!" ucap mereka bersamaan.
"Ih kok kalian bisa tahu sih, padahal gue gak ngasih tahu!!" gumam Qia heran.
"Yaelah Qia, kita lihat kali Kenzi anterin Lo ke kelas. Dia aja masih berdiri di depan tuh" ujar Rea melirik ke luar jendela.
Qia menoleh, melihat pacar nya berdiri di depan kelas sedang mengobrol dengan teman sekelasnya.
"Huh, dia paling suka membuat gue malu" lirihnya.
Qia membagikan jajanan yang dia beli itu pada Rea, Dinda, dan Raisa.
"Ini buat Lo" ucap Qia pada Raisa.
"Terimakasih " balas Raisa datar.
Melihat sikap Raisa yang berubah drastis sejak tadi, membuat Qia penasaran. Dia mendekati Rea dan Dinda. Mencari tahu apa yang telah terjadi pada gadis itu.
"Mengapa dia jadi diam? bukan kah tadi dia banyak bicara?" tanya Qia penasaran.
Rea dan Dinda menoleh, lalu kembali menatap pada Qia lagi. Mereka bergidik bahu pertanda tidak tahu.
"Sejak Lo keluar tadi, dia sudah seperti itu" jawab Rea.
"Benar" sahut Dinda seraya menikmati jajanan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments