Qia tiba di rumah, Kenzi mengantarnya tepat di depan pintu rumahnya. Karena pintu rumah tertutup, jadi Kenzi tidak berpamitan dengan keluarga Qia.
"Hati hati yah"
"Oke sayang"
Setelah memastikan Kenzi pergi, Qia pun berbalik masuk ke dalam rumah.
"Aku pulang!!!"
Qia langsung masuk ke kamar nya, berganti pakaian kemudian keluar kembali dan pergi menuju ke dapur.
Gadis itu merasa sangat lapar setelah hujan hujan bersama pacar tadi.
Setelah selesai makan, Qia kembali masuk ke kamarnya. Dia berniat ingin tidur setelah perut kenyang.
Beginilah sifat asli gadis ini, di saat para gadis seusia nya menghabiskan masa muda dengan bermain bersama teman teman yang lain, nongkrong sana sini membuat warna di masa mudanya. Atau malah sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan.
Berbeda dengan mereka semua, Qia malah memilih untuk tidur Berjam jam di kamar nya di bandingkan keluyuran bersama teman teman nya.
Orang rumah pada heran dengan tingkah bocah ini. Bukan hanya suka tidur, dia juga suka diem ketika keluarganya menyudutkan dirinya.
"Udah makan?"
"Udah Bu"
"Terus, mau kemana lagi?"
"Tidur lah Bu, mau kemana lagi?" jawab Qia enteng.
"Tidur?? pulang sekolah makan, lalu tidur?? enak kali hidup mu yah. Kaya gak ada beban aja" Ibu Qia mulai ceramah, dan Qia yakin ini gak akan Sebentar.
"Yaelah Bu, namanya juga anak sekolahan. Kalo gak sekolah, yah tidur!" balas Qia.
"Ngejawab aja kamu yah, udah pandai melawan kamu yah???"
"Bukan ngelawan Bu-"
Qia tidak di beri kesempatan untuk membela diri. Ini lah yang terjadi ketika ibu nya mulai berceramah.
"Lihat kakak kamu, pulang sekolah dia kerja. Meskipun tidak bisa bantu orang tua, setidaknya dia bisa memenuhi kebutuhan nya sendiri.
Lihat kamu, tidur dan tidur terus. Mau jadi apa kamu dengan tidur terus. Jadi istri saja kamu tidak bisa tidur terus, perlu masak dan perlu melakukan hal hal yang penting."
Fyu..
Qia menarik nafas dalam, berusaha menenangkan dirinya agar tidak membantah ibunya. Dia cukup mendengarkan, lalu mengabaikan jika ibu nya selesai berceramah.
Di balas pun, percuma. Hal itu tidak akan membuat Omelan itu akan berhenti.
Cukup lama Qia diam mendengarkan ocehan ibu nya, pada akhirnya ibu nya pun mengalah dan berhenti bicara.
"Dasar bocah tengil!" dengus Bu Laras.
Qia tersenyum, dia masuk ke dalam kamar, mengunci pintu, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Huhh...Indahnya dunia Qianzi"
Qia tersenyum menatap langit langit kamar nya. Dia merasa jengah dengan hidupnya, dia merasa sedih dengan hidup nya. Tapi, dia tetap tersenyum menjalani kesunyian dan kejenuhan itu.
Di dalam keluarga nya Qia selalu di banding bandingkan dengan kakak dan juga Abang Abang nya. Dia terlihat seperti tidak berguna.
Dalam hitungan menit, Qia pun akhirnya tertidur pulas. Seakan tanpa beban dia tidur sangat nyenyak, mengabaikan ponsel nya yang sejak tadi berdering, ada beberapa pesan juga yang masuk dari Kenzi.
...----------------...
Malam ini adalah malam Minggu, tapi Qia malah asik asikan tidur. Jika dia tidak bisa di ajak jalan, setidaknya dia menerima panggilan telfon dari Kenzi.
Sementara di taman depan rumah nya. Kenzi malah uring uringan tidak menelfon dengan Qia. Teman teman nya datang ke rumah nya. Tapi, pria itu malah sibuk menghubungi kekasihnya yang sedang tidur.
"Lo kenapa sih Ken?" tanya Bima.
Kenzi menoleh, Hyuga dan Bima juga menatap kearahnya.
Fyuu...
"Kalian tahu gak sih, Qia tidak menerima panggilan dari gue. Padahal kan malam ini malam Minggu!"
"Yaelah Ken, samperin aja tu bocah. Biar Lo tahu dia lagi apa" Bima
"Sekalian tu, ajak malam mingguan" celetuk Hyuga.
Kenzi menggeleng, dia tidak bisa melakukan hal itu.
"Lo berdua kaya gak tahu bokap nyokap Qia aja. Mana bisa pacar gue keluar tanpa ada keperluan." lenguh Kenzi galau. Dia benar benar galau ketika Qia tidak membalas panggilan atau pesan nya.
"Yaudah sabar aja, gue tahu Qia itu cewe setia. Lo tenang aja"
"Tau ih, bener tu apa kata Bima" sahut Hyuga.
"Lo berdua itu jomblo, gak tahu gimana rasanya galau."
"Idih, selepeh ni bocah. Tunjukkin Ga" seru Bima menepuk bahu Hyuga yang langsung berdiri dan bersiap untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan ketika masih jomblo.
"Kita emang jomblo mas bro. Tapi, kita jomblo berkualitas. Bukan kaleng kaleng. Soal Galau??? aduhhh kita lebih galau" ujar Hyuga dengan ekspresi dramatis.
"Alah, bacot lu bedua"
"Ih gak percaya Bim, gak tahu ni bocah seberapa menyedihkan menjadi jomblo abadi itu seperti apa"
"Bener tuh kata hyuga" sahut Bima.
Kenzi tidak mendengarkan mereka, dia kembali fokus pada layar ponselnya. Menunggu balasan dari sang pacar yang tidak ia ketahui sedang tidur.
Brak!!! Brak!!!
Qia terperanjat, dia melompat dari atas ranjang nya karena terkejut.
Seseorang telah menggebrak pintu kamarnya.
Qia membuka pintu dan mendapati wajah mengerikan ibu nya.
"Ibu...Ada apa?"
"Ada apa ada apa, kamu gak lihat, sekarang udah jam berapa ha? gak lihat???"
"emang udah jam berapa?" tanya Qia polos. Dia mengucek ngucek matanya sambil melirik kearah jam dinding.
"Oo baru jam 7 Bu"
"Baru kamu bilang??? ni anak aku atau anak siapa sih!!!
Mandi cepat! bantu ibu siapin makan malam!" suruh Bu Laras mendorong Qia kembali masuk ke kamar nya.
Qia mendengus malas, dia kembali masuk ke dalam kamar nya, mengambil handuk dan segera mandi.
Setelah selesai mandi, Qia pergi ke dapur. Di sana sudah ada kakak dan juga Abang nya yang tengah duduk di meja makan.
"Kebo, udah bangun?" ledek Firman, kakak paling tua Qia.
"Apaan sih, jangan mancing deh!"
"Sudah sudah, Qia giling ini yah, jangan pake blender!" titah ibu.
"Eh Bu, masa aku ngulek, gak bisa Bu. Ka Fie aja!" tolak Qia. Dia paling anti ngulek dan menggoreng ikan. Pokoknya yang berkaitan dengan masakan yang membuat minyak muncrat, itu paling Qia hindari.
"Eh masa gue sih. Gue tuh capek Qia"
"Capek apapun lah itu, pokoknya gue gak mau!" kekeuh Qia menolak.
"Udah udah, Fie kerjain aja. Kalo lo biarkan Qia yang kerjain. Entar masakan nya jadi asin" lerai Firman bijak. Dia paling bisa membuat Qia tersenyum bahagia. Meskipun diiringi dengan hinaan.
"Nah tu dengerin apa kata kak Fir"
Plok.
Qia mengusap bibir nya yang baru saja di tepok Firman. Rasa perih dan panas mulai merayap di sekitaran bibirnya.
"Udah berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue begitu!"
"Lah kenapa, aku kan sopan manggil Lo dengan embel embel Kaka" Qia masih belum ngeh. Dia juga heran mengapa kakak nya ini selalu melarangnya memanggil seperti itu.
Sedangkan File malah tertawa terbahak bahak mendengarnya.
"Qia, coba den gue tanya sama Lo. Orang yang menyekutukan Allah di sebut apa?"
"Sirik!" jawab Qia polos.
"Eh bukan orang melawan agamanya di sebut?"
"Kafir!" jawab Qia cepat. Tapi, dia masih belum paham maksud kakak kedua nya itu.
"Hubungan apa?" tanya Qia polos menghentikan tawa Fie. Hal lucu malah terasa jadi garing.
"Gue ragu, Lo juara kelas karena pintar" decak Fie.
"Qia, coba deh Lo ulang jawaban Lo tadi apa, terus Lo manggil Firman seperti apa" ucap Fie mulai gemas.
Laras yang mendengar pembicaraan putra dan putrinya hanya tersenyum geli di belakang.
"Kak Fir...Sama Kafir... hubung....," Mata Qia membulat besar, menutup mulutnya menahan tawa yang hendak meledak setelah paham mengapa kakak nya selalu melarangnya memanggil dengan panggilan itu.
"Udah paham?" tanya Fie. Qia mengangguk.
"Tapi udah basi, gak lucu lagi" dengus Fie seraya membawa cabe merah ke dapur dan mulai menguleknya hingga halus
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments