Bab 5

Semenjak malam itu, di mana Qia dan Rendi mulai chattingan. Semenjak itu lah mereka mulai dekat. Meskipun hanya di WhatsApp saja, tapi Qia mulai merasa nyaman dan terbiasa. Bahkan dia lebih sering chatting dengan Rendi di bandingkan dengan Kenzi yang notabene nya adalah kekasihnya.

Qia merasa sangat galau, dia merasa bersalah pada kedua pria ini. Namun, dia juga tidak bisa menahan dirinya atas apa yang terjadi.

Memang Rendi tidak mengungkapkan apa apa, tapi dia memberikan perhatian yang Qia inginkan, tidak terlalu over seperti Kenzi.

Namun, kini semua kenyamanan itu telah hilang. Rendi menanyakan pada Qia soal Kenzi.

Qia tentu harus menjawab jujur dan mengatakan bahwa dia berpacaran dengan Kenzi.

Sejak saat itu, seakan menghilang dari permukaan bumi. Rendi tak lagi menghubungi Qia, dia tak lagi memberikan kabar apapun, pesan apapun.

Pria tampan itu hanya memberikan senyum manis ketika tak sengaja berpapasan dengan Qia.

"Dorrrr!!!!!"

"Ayah!!!!" Qia terpekik memanggil ayah nya secara spontan. Jantung nya terasa akan terlepas dari tempat nya.

"Ihhhh Raisa, Lo apa apaan sih. Kalo gue serangan jantung gimana huh?"

"Yee salah lo sendiri yang sejak tadi bengong gitu" balas Rea sewot.

"Tau ih Qia, kenapa sih. Lo ada masalah?"tanya Dinda.

"Gak papa, gue kepikiran bentar lagi ujian kelulusan tapi gue belum ada persiapan" Jawab Qia setengah berbohong, karena bukan itu pokok utama yang dia pikirkan.

"Yaelah Qia, Lo kecepatan mikirin nya. Masih ada 1 bulan lagi."

"Rea, 1 bulan itu tidak terlalu panjang. Buat Ulangan aja Lo ketar ketir kan. Apalagi ujian kelulusan. Lo mau, gak lulus masuk universitas?" tanya Qia, kedua sahabatnya langsung menggeleng pelan.

Apa yang Qia katakan memang benar, tapi apalah daya otak mereka masih di isi dengan main dan main.

"Yaudah deh iya, kita bakalan kerja keras sebelum ujian. Tapi, biarkan lah hari ini kita terbebas dari pembicaraan itu. Gue merasa sedang di intai oleh malaikat mau sekarang " ujar Dinda.

Qia dan Rea tersenyum, tentu saja mereka akan bersenang senang hari ini. Apalagi berita dari ketua kelas sangat membuat mereka bahagia.

Qia mengedarkan pandangannya, sejak tadi dia tidak melihat Raisa.

"Guys, kemana Raisa?"

Rea dan Dinda bergidik bahu, mereka juga tidak tahu kemana bocah itu.

"Kenapa kalian tidak tahu? harusnya kalian tahu dong!"

"Aduh Qia, Lo kaya gak tahu Raisa aja. Dia tu suka ngilang. Apalagi akhir-akhir ini gue merasa dia sedikit aneh" sahut Dinda.

"Gue juga merasa begitu" sambung Rea.

"Aneh bagaimana?"

Qia menjadi penasaran dengan Sahabat nya satu itu. Sebelum nya dia juga merasa aneh, tapi dia memiliki sedikit kecurigaan pada Raisa.

"Kalian ngomongin apa?"

Mereka bertiga menoleh ke belakang, menatap Raisa yang baru saja masuk ke dalam kelas dan menghampiri mereka.

"Kita lagi ngomongin Lo. Kita merasa lo sedikit berbeda Raisa" ujar Rea.

Raisa tersenyum, dia duduk di antara Rea dan Qia.

"Gue berubah? apa iya? tapi mengapa kalian batu mengatakan ini sama gue?"

Qia tertegun, menatap Raisa dari samping. Gaya bicara Raisa juga sudah berbeda, sedikit sinis dan tajam.

"Raisa, apa gue gak salah mendengar nada bicara Lo?" tanya Qia.

Raisa menoleh, menatap Qia dengan senyum miring nya.

"Kenapa Qia? apa Lo merasa gue berubah besar? setelah Lo berubah hanya karena seorang pria?"

"What??"

Rea dan Dinda ikut terkejut, Raisa berbicara omong kosong. Sejak beberapa hari ini Raisa yang berubah. Namun, dia malah menuduh Qia.

"Apa maksud Lo Raisa, gue berubah karena Kenzi?"

"Yah. itu lah jawaban nya. Lo tahu bukan, gue suka sama Kenzi sejak awal masuk. Gue udah ceritain itu sama Lo. Tapi, apa Lo tiba-tiba dekat sama dia dan sekarang sudah jadian kan."

Qia tercengang, dia tidak tahu Raisa akan seperti ini

"Tunggu Raisa, kapan lo memberitahu gue soal itu?"

CK.

Raisa berdiri dari duduk nya, menatap Qia dengan tatapan muak.

"Lo lupa atau pura pura lupa agar terlihat benar di mata semua orang Qia? "

"Raisa tolong, gue gak ngerti apa yang Lo maksud!"

"Tentu saja Lo tidak akan mengerti, oh bukan. Tapi pura pura tidak mengerti!" ujar Raisa lantang.

Pertengkaran hebat pun terjadi, beruntung saat itu sedang jam istirahat. Jadi, sebagian besar anak anak berada di kantin.

Beberapa siswa siswi yang telah kembali dari kantin terkejut mendengar bentakan Raisa.

"Ketika ospek, gue ceritain sama Lo. Gue tunjuk tu bocah di hadapan Lo. Dan sekarang Lo lupa??"

Qia mencoba mengingat kejadian 2 tahun lalu. Di mana mereka sedang mengenakan atribut ospek.

Raisa mengatakan pada Qia bahwa dia tertarik dengan seorang pria. Dia menunjuk seorang siswa seangkatan dengan mereka.

gue menyukai nya Qia, apa dia tampan menurut lo?"

Qia mengikuti arah tunjuk tangan Raisa, melihat seorang pria berwajah manis di barisan depan mereka.

"Manis" jawab Qia tersenyum pada Raisa. Mereka saling melempar senyuman. Qia mendukung Raisa jika dia ingin mendapatkan nya.

Tanpa ada kejelasan, ternyata yang Raisa tunjuk tidak sama dengan yang Qia lihat.

"Aku berpikir Lo nunjuk Robi. Bukan Kenzi" lirih Qia lemas.

"Robi?? CK..Setiap hari sejak itu gue selalu bercerita sama Lo Qia. Di antara kita semua, gue paling dekat sama Lom Dan Lo malah mengkhianati gue!"

Qia menggeleng, dia benar-benar tidak bermaksud seperti itu.

"Raisa, gue benar benar tidak tahu kalo Lo suka Kenzi. Beneran gue gak tahu Raisa"

"Bohong! gue gak percaya sama Lo lagi Qia. Jangan salahkan kalo gue mulai berubah sama Lo!" ucap Raisa terdengar kecewa.

Qia memegangi kepalanya, menatap Raisa yang sudah kembali ke kursi nya.

Sedangkan Dinda dan Rea, mereka tidak tahu harus berbicara apa. Permasalahan Qia dan Raisa terjadi secara tiba-tiba. Oh bukan, tapi mereka yang mengetahuinya secara tiba-tiba.

"Gue gak ngerti deh,sejak kapan Raisa suka Kenzi?" gumam Rea.

"Gue juga gak tahu" sahut Dinda. Kedua nya terpaku di tempat masing-masing. Tidak tahu harus pergi ke siapa dan harus mendengarkan siapa. Mereka juga tidak mau memihak siapapun. Mereka hanya ingin Qia dan Raisa kembali berdamai.

Rea melirik Dinda, memberi kode agar gadis itu mendekati Raisa. Sedangkan dirinya mendekati Qia.

"Raisa, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Dinda.

Raisa memalingkan wajah nya, menghapus kasar air mata yang mengalir di kedua pipi nya.

Huhh...

Rea menghela nafas gusar, dia mencoba mendekati Qia. Namun, gadis itu melakukan hal yang sama.

Dinda melirik kearah Rea, mereka menggeleng pelan. Mungkin keduanya butuh waktu untuk menenangkan diri masing-masing.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!