Bab 4

Setelah selesai makan malam bersama keluarga, Qia duduk di depan tv bersama keluarga nya.

Di saat mereka tengah asik menonton tv, tiba-tiba saudara ibu yang tinggal sedikit lebih jauh dari rumah mereka datang berkunjung.

Ini adalah situasi yang tidak Qia sukai. Di mana semua orang akan menyudutkan dirinya lagi. Membanding bandingkan diri nya dengan putri mereka.

"kak, silakan masuk!" ucap Laras tersenyum lebar menyambut kakak nya.

Mereka masuk dan bergabung bersama mereka di depan tv. Fie langsung beranjak ke dapur untuk membuatkan teh. Sedangkan Qia hanya duduk di tempatnya tadi.

"Qia, kamu gak keluar?"

"Gak Tante, aku tidak terbiasa keluar malam" jawab Qia santai, dia juga tersenyum palsu pada bibi nya itu.

"Oh begitu, putri Tante tadi pergi bersama teman nya. Katanya mau makan di luar!"

Nah, Qia mulai merasa jengkel mendengarnya. Wanita setengah baya itu pasti akan membanggakan putrinya lagi.

"Wah apa dia punya pacar?" tanya Laras, dia malah ikut senang mendengar kakak nya.

"Tidak, putri ku tidak boleh pacaran. Mereka hanya berteman" balas bibi Qia.

"Mana ada malmingan berdua bukan pacaran, di bodohi!" gumam Qia.

"Kamu ngomong apa Qia?"

"Ah tidak ada Tante, aku hanya bergumam"

Mereka melanjutkan pembicaraan mereka, dan Qia semakin merasa jengkel ketika mendengarnya.

"Huaaaaaahh...Aku sangat mengantuk. Bu ,Tante.. Aku tidur dulu yah. Rasanya sangat mengantuk mendengar cerita yang membosankan dari mu"

Setelah mengucapkan itu, Qia langsung bergegas masuk ke dalam kamar nya. Sebelum bibi nya akan mengamuk dan memberi nya cubitan.

"Apa kau bilang, dasar pemalas. Mengapa kau bisa membuat anak mu seperti itu" omel bibi Qia.

"Ai bagaimana mungkin kakak menyalahkan aku. " sangkal Laras.

"Sudah lah bibi, namanya saja anak kecil" ucap Fie seraya meletakan kue kering dan teh panas.

"Anak kecil bagaimana, Qia sudah dewasa. Jika dia di kurung bersama laki laki di dalam kamar. Maka dia akan segera hamil!" dengus nya marah.

"Tentu saja itu akan terjadi, karena adik ku normal" sahut Firman. Dia kurang suka dengan gaya bahasa bibinya.

"Putri mu juga begitu, apalagi jika di biarkan terus menerus pergi dengan laki laki lain, pasti hamil" celetuk Fie.

Bug~

Sebuah bantal mendarat pada kepala Fie dan firman. Laras menghadiahkan kepada kedua anak nya.

"Sudah kakak, jangan pedulikan mereka. Lanjutkan cerita mu soal tetangga itu" lerai Laras mengalihkan cerita. Dia tahu ending dari pertengkaran anak nya dengan kakak nya ini apa.

Di dalam kamar, Qia membuka ponsel nya. Dia melihat betapa banyaknya panggilan dan pesan dari Kenzi.

"Astaga, gue lupa kalo malam ini malam Minggu dan Kenzi pasti akan menelfon gue"

Qia mengambil bantal, membuka sedikit jendela kamar nya agar memudahkan dirinya menatap langit. Dia akan selalu berbaring di lantai kamar nya, sembari menatap ke luar jendela yang bertemu langsung dengan langit malam.

Qia pun mengirimkan pesan kepada Kenzi. Tapi, pria itu sudah tidak memegang ponsel. Dia sudah memutuskan untuk bersenang senang dengan kedua sahabatnya.

"Yah, mengapa dia tidak membalas pesan gue"

"Apa gue telfon aja?"

"Tapi kan gengsi"

Qia malah dilema dengan situasinya. Dia sangat merasa bersalah, tapi dia juga gengsi untuk menghubungi Kenzi terlebih dulu.

Cling~

Senyum manis terbit di bibir Qia, dia berpikir Kenzi membalas pesan nya.

Dahi Qia mengerut, pesan yang masuk bukan dari Kenzi. Melainkan dari nomor yang tidak di kenal.

08xxx

Hy

"Nomor siapa ini, mengapa dia mengirim WhatsApp sama gue?"

Qia mengecek foto profil akun WhatsApp itu.

Cling~

08xxx

Lo gak akan bisa melihat foto gue, jika Lo gak save nomor gue.

Qia terkejut membaca pesan yang kembali masuk ke akun WhatsApp nya. Seakan orang itu tahu apa yang sedang ia lakukan.

Karena sangat penasaran, Qia pun langsung save nomor baru itu. Benar saja, foto profil nya langsung muncul dan mengejutkan Qia.

cling~

#Gak kenal

Nah, Lo udah lihat kan. Apa Lo kenal gue?

#Qia

Yah, Lo anak IPS kan?. gue gak kenal tapi pernah lihat.

#Gak kenal.

Itu sudah bagus, jadi gue bisa memperkenalkan diri gue sama Lo

#Qia

Oke fine, terserah mau bilang apa. Lo ada kepentingan apa WhatsApp gue?

Qia memang terlihat ketus dan sombong dengan orang asing. Meskipun satu sekolahan, tapi Qia hanya ramah dengan orang orang yang dekat dengan nya saja.

#Gak Kenal.

Santai girls, gue mau berteman sama Lo. Gue Rendi, Kelas IPS. Yang jelas gue pengagum Lo.

#Qia

Waw, hebat sekali. Lo mengagumi gue dengan cara ini?

Qia merasa lucu, dia tahu Rendi itu yang mana. Tapi, dia tidak menyangka cowo cool seperti nya akan selucu ini.

Mereka terus saling berbalas WhatsApp. Tanpa sadar oleh Qia, dia melewatkan pesan yang Kenzi kirimkan.

Drrtttttt....

"Huh, Kenzi menghubungi gue???" Qia terpekik kaget, dia bahkan langsung berdiri dari baringnya.

"Ya ampun, ternyata sejak tadi dia mengirim gue pesan???" pekik nya setelah mengetahui pesan Kenzi.

Qia panik, dia belum menjawab panggilan Kenzi. Dia harus berpikir apa yang akan dia katakan pada Kenzi.

"Ah aku akan pura pura tidur!!!"

Qia mengambil bantal nya, lalu bergerak cepat naik ke atas ranjang, menarik selimut dan mengacak acak rambutnya agar terlihat baru bangun tidur.

"Ha..Lo Kenzi??" sapa Qia setelah menekan tombol hijau di layar ponselnya.

Kenzi mencebik bibir nya melihat kekasihnya sangat berantakan. Pikiran nya sudah kemana mana saat melihat kekasihnya online tetapi tidak membalas pesan dari nya.

Ternyata, dia tertidur dengan layar terbuka.

"Oh honey, kamu tidur sepanjang hari???"

"Maafkan aku Kenzi. Aku sangat lelah, setelah makan malam aku tidur kembali. Maafkan aku" ucap Qia berbohong.

Di dalam hatinya, dia meminta maaf kepada Tuhan agar tidak menghukumnya karena telah berbohong.

"Bagaimana malam Minggu mu? apa kalian jadi membuat pesta di rumah mu?"

"Yah, kami berpesta. Tapi aku tidak menikmatinya. Kamu tidak membalas pesan ku dan menjawab panggilan ku. Itu membuat ku merasa gelisah sayang"

Qia tersenyum mendengar ucapan kekasihnya. Dia masih mempertanyakan hatinya, apakah dia benar-benar mencintai Kenzi? atau dia hanya suka berteman dengan nya.

Cukup lama Qia melakukan video call dengan Kenzi. Berbagai topik telah telah mereka bahas.

Qia merasa senang, dia cukup menikmati hiburan dengan kekasihnya itu.

Tapi, Qia tidak tahu apakah kenyamanan ini adalah cinta atau tidak.

Bukan karena banyak yang mengejarnya, membuat Qia sok pemilih seperti ini. Tetapi, dia memang tidak mengerti apa yang di namakan dengan cinta. Karena itulah dia bingung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!