"Qianzi!!!!!!!!"
Suara teriakan Raisa terdengar menggelegar di dalam ruangan keras. Sejak tadi dia berteriak memanggil nama sahabat nya yang selalu saja mengusili nya.
"Qia, Lo kenapa sih ketagihan banget ganggu gue!" erang Raisa frustasi.
Bukan nya berhenti, Qia malah tertawa dan semakin mengganggu Raisa.
Qianzi Gunawan, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana. Penampilan nya biasa saja, tapi dia terlihat sangat elegan.
Qia sekarang menduduki kelas 3 SMA jurusan IPA. Dia sangat pintar, pemegang juara satu umum di sekolahnya.
Menjahili Raisa Anwar merupakan hobi nya. Bukan hanya Raisa saja, tapi dia juga suka menjahili Rea.
Namun, Rea tidak terlalu banyak merespon. Dia hanya membiarkan Qia mengganggunya hingga dia merasa capek sendiri.
"Gue heran deh, kenapa bisa sih Lo ketagihan mengganggu gue!" erang Raisa lagi, dia memukul tangan Qia yang saat ini sedang menggulung rambut nya.
"Ih Raisa, siapa juga yang ketagihan. Yang ada tu, Lo ketagihan nyebut nama gue!" balas Qia tidak terima.
"He, emang Lo pikir gue lihat setan, nyebut nyebut!"
"Kesambet baru tahu rasa Lo!" dengus Qia kesal.
"Dih, siapa yang di ganggu. Siapa yang merajuk" cibir Raisa.
Rea tertawa, begitu juga dengan Dinda. Mereka berempat sedang membentuk lingkaran di meja Rea.
"Oh iya Qia, bagaimana hubungan Lo sama Kenzi. Gue denger denger kalian semakin dekat. Apa benar?" tanya Dinda.
Qia bergidik bahu, sejujurnya dia tidak terlalu memperdulikan tentang hubungan nya.
"Gue gak tahu" jawab Qia enteng
"Loh, kenapa begitu Qia? Lo gak boleh acuh seperti itu. Kenzi itu pacar Lo. Jadi Lo gak usah sok cuek sama dia!" omel Rea, dan itu di benarkan oleh Dinda.
"Bagaimana lagi, sejujurnya aku tidak terlalu memikirkan nyam Dia selalu baik kepada ku, tapi aku tidak bermaksud memanfaatkan dia. Aku juga tidak memaksa nya melakukan itu" tutur Qia.
"Lalu, mengapa kau menerima nya hm? jika tidak suka, mengapa di terima?"
Qia memutar bola matanya nya malas, jika sudah seperti ini. Ibu ibu seperti Rea dan Dinda tidak akan berhenti mengomel.
"Ya Bu, ada apa????"
"Sebentar yah guys, ada Bu guru yang memanggil " ucap Qia berbohong, dia mencari alasan untuk kabur dari kedua sahabatnya.
Di antara ketiga sahabatnya, hanya Raisa yang diam ketika mereka bertiga membahas soal Kenzi.
"Dasar bocah itu, lagi di nasehatin aja dia kabur.. Huh awas aja dia nanti" gumam Rea menggerutu.
"Sabar Rea, nanti kita kasih pelajaran" sahut Dinda mengusap punggung Rea.
"Sudah jelas dia emang begitu" ujar Raisa, dia akhirnya membuka suara juga.
Diantara mereka berempat, Rea yang paling tua, setelah itu Raisa dan Dinda. Barulah Qianzi yang paling muda. Semua teman nya hanya berjarak beberapa bulan saja. Sedangkan Qianzi, berjarak 1 tahun dari ketiga sahabatnya.
Qia berjalan di lorong kelas, dia tidak sengaja bertemu dengan Kenzi.
"Hai sayang" sapa Kenzi tersenyum manis. Dia langsung mengiringi kekasihnya.
"Hai" balas Qia.
"Mau kemana?"
"Ke kantin" jawab Qia jujur.
"Yuk aku temenin" tawar Kenzi.
Qia mengangguk, di memperbolehkan Kenzi menemaninya ke kantin. Selain itu, di juga akan mendapat jajanan gratis.
"Ayo sayang, mau beli yang mana. Ambil aja. Biar aku yang bayar."
Nah kan, seperti yang Qia duga. Kekasihnya ini sangat baik dan perhatian. Dia selalu mau membelikan apapun yang Qia inginkan.
"Boleh deh, aku mau" jawab Qia.
Semenjak jadian dengan Kenzi, Qia jadi terbiasa tidak menggunakan kata Lo Gue sama Pria ini. Dia membedakan gaya bahasa dengan Kenzi dengan gaya bahasa berbicara dengan teman laki-laki nya yang lain.
Hal ini tentu membuat Kenzi merasa jadi teristimewa di mata Qia.
Setelah membeli beberapa makanan, Qia dan Kenzi pergi meninggalkan kantin.
"Terimakasih yah sayang, entah bagaimana aku merasa takut sekarang" lirih Qia membuat Kenzi menghentikan langkahnya.
Pria itu menatap Qia lekat, senyum manis terbit di bibirnya.
"Kenapa kamu berpikir begitu? aku tidak memaksa mu untuk jatuh hati terlalu dalam kepadaku secepat ini. Lagi pula, memilih jatuh hati dengan sangat cepat dan dalam kepada mu adalah pilihan ku"
"Kenzi, gaya bahasa mu ini membuat aku tidak berdaya" lenguh Qia semakin khawatir. Di takut mengecewakan pria ini karena tidak bisa membalas cintanya.
"Sudah lah, jangan di pikirkan. Jalani saja, hingga kita berdua bosan dan lelah dengan hubungan ini. Sepakat?" Kenzi mengulurkan tangan nya pada Qia.
"Sepakat" balas Qia menyambut uluran tangan Kenzi,lalu tersenyum bersama.
"Semoga Lo gak sakit jika suatu hari nanti kita tidak bersama" bayi Qia.
"Ayo kita ke kelas kamu. Sebentar lagi bel pasti akan berbunyi" peringat Kenzi.
"Ah iya" balas Qia.
Kenzi mengantar Qia hingga di depan kelas nya. Teman teman sekelas Qia menyoraki mereka berdua ketika mereka berdiri di depan kelas.
"Ciee...Di anterin ayang nih" goda salah satu teman pria Qia.
"Apaan sih" Qia menunduk malu, sedangkan Kenzi. Dia malah tersenyum senang, semakin banyak yang menggoda pacarnya, dan membuatnya malu. Maka, Kenzi akan merasa sangat senang. Dia suka melihat Qia malu karena dirinya.
"Sudah, pergilah. Aku bisa gila karena mereka!" ujar Qia mendorong Kenzi malu malu.
"Wahhh Aku kamu....Sayang, pergi lah...Aku malu..Hahahaha..."
Qia semakin malu, teman teman nya semakin menggoda nya. Tanpa melihat kearah Kenzi lagi, Qia langsung masuk ke dalam kelas nya.
"Hei Qia, apa Lo sudah siap mendapat ceramah lagi?" sambut Dinda.
"Benar, dia datang lebih cepat dari pada bel berbunyi " sahut Rea.
"Apaan sih kalian, Gue tu baru aja beli jajan ini. Kalian tahu siapa yang membelikan ini?"
Rea dan Dinda saling melempar pandangan, mereka mengulum senyum.
"Pasti Kenzi!!!" ucap mereka bersamaan.
"Ih kok kalian bisa tahu sih, padahal gue gak ngasih tahu!!" gumam Qia heran.
"Yaelah Qia, kita lihat kali Kenzi anterin Lo ke kelas. Dia aja masih berdiri di depan tuh" ujar Rea melirik ke luar jendela.
Qia menoleh, melihat pacar nya berdiri di depan kelas sedang mengobrol dengan teman sekelasnya.
"Huh, dia paling suka membuat gue malu" lirihnya.
Qia membagikan jajanan yang dia beli itu pada Rea, Dinda, dan Raisa.
"Ini buat Lo" ucap Qia pada Raisa.
"Terimakasih " balas Raisa datar.
Melihat sikap Raisa yang berubah drastis sejak tadi, membuat Qia penasaran. Dia mendekati Rea dan Dinda. Mencari tahu apa yang telah terjadi pada gadis itu.
"Mengapa dia jadi diam? bukan kah tadi dia banyak bicara?" tanya Qia penasaran.
Rea dan Dinda menoleh, lalu kembali menatap pada Qia lagi. Mereka bergidik bahu pertanda tidak tahu.
"Sejak Lo keluar tadi, dia sudah seperti itu" jawab Rea.
"Benar" sahut Dinda seraya menikmati jajanan nya.
Bel masuk pun berbunyi, semua murid kelas 3 IPA langsung berlari masuk ke dalam kelas, dan duduk di bangku masing-masing.
Pelajaran segera di mulai, guru fisika telah masuk dan memulai pembelajaran nya.
Qia tidak bisa fokus, dia masih kepikiran soal Raisa. Dia melirik Sahabatnya itu. Raisa masih terlihat murung, entah apa yang menyebabkan gadis itu berubah seperti itu.
Qia mulai mengingat kejadian akhir akhir ini. Raisa tampak kepo dengan kedekatan dirinya dengan Kenzi. Entah apa maksudnya, Qia tidak tahu.
Flashback on.
"Qia, Lo sama tu anak IPS ada hubungan apa?" tanya Raisa.
Qia yang sedang menyelesaikan catatan nya menghentikan sejenak, kemudian melanjutkan kembali.
"Tidak ada apa apa" jawab nya acuh.
"Masa sih, tapi kalian terlihat dekat!" ujar Raisa lagi. Kini bukan dia saja, melainkan Dinda dan Rea juga ikut mempertanyakan kepadanya.
"Ayolah Qia, dia itu sangat perhatian sama Lo. Mana mungkin dia gak suka sama Lo!" ujar Dinda.
"Gue juga yakin, jika Lo juga suka Kenzi kan??" sahut Raisa tersenyum malu. Dia mengatakan hal itu pada Qia, namun raut wajah nya seolah mengatakan kalimat itu untuk dirinya sendiri.
"Kalian apaan sih, gue gak dekat sama dia. Tapi, dia hanya beberapa kali chat gue" jelas Qia.
"Wah, dia punya nomor ponsel Lo??"decak Rea kagum.
"Yah, ketika organisasi kemarin. Dia meminta nomor hp gue!"
"Lo suka dia kan?"
satu pertanyaan yang membuat jantung Qia berdetak dengan ritme yang cepat. Karena malu menjawab, Qia malah mengalihkan percakapan mereka.
"Kalian buruan selesaikan catatan nya, nanti Bu Refni nanyain Lo!"
Raisa sudah mulai terdiam, entah mengapa dia mendengar pernyataan Qia tadi, membuat Raisa jadi diam.
Qia tidak menyadarinya, dia masih acuh dengan lingkungan. Karena menurut mereka, bertengkar karena cowo adalah hal yang bodoh.
Mereka memutuskan untuk memilih persahabatan, di bandingkan seorang pria yang tersebar banyak di muka bumi ini.
Qia masih mengabaikan topik soal Kenzi. Dia tetap melanjutkan pekerjaannya menulis di buku catatan nya.
Waktu pun cepat berlalu, kedekatan Qia semakin dekat dengan kenzi. Bahkan setiap malam pria itu selalu mengirimkan Kenzi pesan. Seperti malam ini.
#Kenzi
Malam Qianzi, Qia nya Kenzi.
#Qia
Gila lu!
#Kenzi
galak amat!
#Qia
Biarin, sama lu gak papa
#Kenzi
Gue ada satu pertanyaan buat Lo.
#Qia
apaan?
#Kenzi
Lo mau jadi pacar gue gak?
#Qia
Kagak!
#Kenzi
Gue serius, gue udah lama suka sama lu
#Qia
Gak gentle banget, nembak di hp
#Kenzi
Gue tahu, Lo gak bakal mau ngomong sama gue, jika tidak bersama teman teman Lo.
Qia tersenyum membaca pesan terakhir dari Kenzi. Dia memang sangat jarang terpisah dari ketiga sahabatnya. Setidaknya dia entah bersama salah satu dari mereka bertiga. Pokoknya tidak pernah sendiri.
#Qia
Namanya juga Sahabat!
#Kenzi
Makanya gue nembak Lo lewat pesan.
#Qia
Gue gak suka boongan
#Kenzi
Siapa yang boongan sih
#Qia
Jadi ini serius?
#Kenzi
Iya markonah!
Qia jungkir balik, merasa sangat senang setelah membaca pesan Kenzi.
Setelah sekian lama dia berharap memiliki seorang pacar. Akhirnya Kenzi menembak dirinya.
#Kenzi
Gimana?
Qia merasa deg deg an, antara Nerima atau tidak. Dia benar-benar bingung sekarang.
#Qia
Oke deh gue mau
Akhirnya Qia menerimanya, dia merasa sangat malu. Bukan karena apa apa, ini pertama kali dalam hidupnya memiliki seorang pacar.
#Kenzi
Makasih sayang.
#Qia
Oke, gue mau tidur dulu yah
#Kenzi
Iya sayang aku
Qia mengakhiri kegiatan nya memegang ponsel, dia meletakkan benda pipi itu. Lalu mengambil beberapa buku dan menyimpan nya ke dalam tas.
Setelah menyiapkan peralatan sekolah nya, barulah Qia mulai tidur.
Flashback off
Kini hubungan Qia dan Kenzi berumur 3 bulan. Selama itulah Qia merasa ada yang salah dengan Raisa. Namun, dia tidak berani mempertanyakan pada gadis itu.
Kringg!!!!
Qia tersentak dari lamunan nya, baru saja masuk kenapa sekarang sudah bek??
Qia melirik jam tangan nya, ternyata sudah pukul 1 siang.
"Astaga, gue melamun selama 3 jam???" pekik Qia dalam hati. Dia buru buru menyimpan buku bukunya ke dalam tas.
Kelas mulai sepi, gue fisika juga sudah keluar sejak tadi.
"Qia, Lo pulang sama siapa?" tanya Dinda.
"Ya sama siapa lagi, sama Kenzi kah" sahut Rea yang di iringi oleh tawa Dinda.
Qia hanya tersenyum malu, dia melirik Raisa yang tetap diam.
"Gue duluan yah, ibu udah jemput" ucap Raisa bergegas pergi tanpa menunggu persetujuan dari mereka.
"Tu bocah kenapa sih? sejak kemarin aneh banget!" tutur Rea.
"Gak tahu, dia kan emang Seperti itu" balas Dinda tidak ambil pusing.
"Yaudah, yuk cabut!" ucap Qia.
Mereka bertiga berjalan menuju ke gerbang sekolah. Terlihat ibu dan kakak Rea dan Dinda sudah menunggu di sana.
Qia melambaikan tangan pada kedua sahabatnya.
"Hati hati yah!!"
"Iya, Lo juga!!" sahut Dinda dan Rea kompak.
Qia tersenyum menatap kepergian kedua sahabatnya. Dia harus menunggu Kenzi datang.
Hanya 5 menit menunggu, akhirnya Kenzi pun datang dengan motor CBR nya.
"Maaf yah sayang aku lama!"
Qia menggeleng, dia tidak apa apa menunggu Kenzi sedikit lebih lama. Pria itu sudah kelewat baik padanya.
"Maaf jika aku terus merepotkan mu" lirih Qia setelah duduk nyaman di belakang Kenzi. Tangan nya melingkar manja pada pinggang Kenzi.
"Let's go!!!" sorak Kenzi yang langsung di sahuti oleh Qia.
"Go!!!!"
Kenzi mengendarai sepeda motor nya dengan kecepatan santai. Menikmati waktu singkat bersama kekasihnya.
Selama mereka pacaran, Kenzi hanya bertemu dengan Qia di sekolah saja. Waktu mereka berdua juga hanya ketika berada di atas sepeda motor.
Qia bukan lah anak perempuan yang mudah di ajak keluar. Orang tua nya sangat menjaga ketat putri putri mereka. Apalagi gadis secantik Qia.
Tik Tik...
Kenzi merasakan rintik hujan menimpa kulit wajah nya.
"Sayang, kamu tahu gak? ada yang mengatakan begini.
Bagus sepasang kekasih yang terkena hujan bersama sama. Maka mereka akan selalu bersama sama untuk selamanya!" tutur Kenzi panjang lebar. Senyum manis terbit di bibirnya, di dalam hati dia mengaminkan ucapnya.
"Benarkah? apa kamu percaya mitos itu?" decak Qia.
"Mengapa tidak? jika bersama mu. Aku akan percaya"
Qia tertawa, jawaban kekasihnya terdengar lucu di telinganya.
"Memangnya kamu dengar dari siapa?" tanya Qia penasaran.
"Dari film, ahahahha..."
Qia melongo, Kenzi dapat melihatnya dari kaca spion. Dia ikut tertawa bersama Kenzi.
"Kamu ini gimana sih, film kan hanya fiktif belaka."
"Tapi, aku mau mempercayai nya Sayang"
"Yayaya....Percayai apa yang kamu ingin" balas Qia Pasrah. Dia semakin memeluk erat pinggang Kenzi, hawa dingin mulai menjalari setiap inci tubuhnya.
Qia tiba di rumah, Kenzi mengantarnya tepat di depan pintu rumahnya. Karena pintu rumah tertutup, jadi Kenzi tidak berpamitan dengan keluarga Qia.
"Hati hati yah"
"Oke sayang"
Setelah memastikan Kenzi pergi, Qia pun berbalik masuk ke dalam rumah.
"Aku pulang!!!"
Qia langsung masuk ke kamar nya, berganti pakaian kemudian keluar kembali dan pergi menuju ke dapur.
Gadis itu merasa sangat lapar setelah hujan hujan bersama pacar tadi.
Setelah selesai makan, Qia kembali masuk ke kamarnya. Dia berniat ingin tidur setelah perut kenyang.
Beginilah sifat asli gadis ini, di saat para gadis seusia nya menghabiskan masa muda dengan bermain bersama teman teman yang lain, nongkrong sana sini membuat warna di masa mudanya. Atau malah sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan.
Berbeda dengan mereka semua, Qia malah memilih untuk tidur Berjam jam di kamar nya di bandingkan keluyuran bersama teman teman nya.
Orang rumah pada heran dengan tingkah bocah ini. Bukan hanya suka tidur, dia juga suka diem ketika keluarganya menyudutkan dirinya.
"Udah makan?"
"Udah Bu"
"Terus, mau kemana lagi?"
"Tidur lah Bu, mau kemana lagi?" jawab Qia enteng.
"Tidur?? pulang sekolah makan, lalu tidur?? enak kali hidup mu yah. Kaya gak ada beban aja" Ibu Qia mulai ceramah, dan Qia yakin ini gak akan Sebentar.
"Yaelah Bu, namanya juga anak sekolahan. Kalo gak sekolah, yah tidur!" balas Qia.
"Ngejawab aja kamu yah, udah pandai melawan kamu yah???"
"Bukan ngelawan Bu-"
Qia tidak di beri kesempatan untuk membela diri. Ini lah yang terjadi ketika ibu nya mulai berceramah.
"Lihat kakak kamu, pulang sekolah dia kerja. Meskipun tidak bisa bantu orang tua, setidaknya dia bisa memenuhi kebutuhan nya sendiri.
Lihat kamu, tidur dan tidur terus. Mau jadi apa kamu dengan tidur terus. Jadi istri saja kamu tidak bisa tidur terus, perlu masak dan perlu melakukan hal hal yang penting."
Fyu..
Qia menarik nafas dalam, berusaha menenangkan dirinya agar tidak membantah ibunya. Dia cukup mendengarkan, lalu mengabaikan jika ibu nya selesai berceramah.
Di balas pun, percuma. Hal itu tidak akan membuat Omelan itu akan berhenti.
Cukup lama Qia diam mendengarkan ocehan ibu nya, pada akhirnya ibu nya pun mengalah dan berhenti bicara.
"Dasar bocah tengil!" dengus Bu Laras.
Qia tersenyum, dia masuk ke dalam kamar, mengunci pintu, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Huhh...Indahnya dunia Qianzi"
Qia tersenyum menatap langit langit kamar nya. Dia merasa jengah dengan hidupnya, dia merasa sedih dengan hidup nya. Tapi, dia tetap tersenyum menjalani kesunyian dan kejenuhan itu.
Di dalam keluarga nya Qia selalu di banding bandingkan dengan kakak dan juga Abang Abang nya. Dia terlihat seperti tidak berguna.
Dalam hitungan menit, Qia pun akhirnya tertidur pulas. Seakan tanpa beban dia tidur sangat nyenyak, mengabaikan ponsel nya yang sejak tadi berdering, ada beberapa pesan juga yang masuk dari Kenzi.
...----------------...
Malam ini adalah malam Minggu, tapi Qia malah asik asikan tidur. Jika dia tidak bisa di ajak jalan, setidaknya dia menerima panggilan telfon dari Kenzi.
Sementara di taman depan rumah nya. Kenzi malah uring uringan tidak menelfon dengan Qia. Teman teman nya datang ke rumah nya. Tapi, pria itu malah sibuk menghubungi kekasihnya yang sedang tidur.
"Lo kenapa sih Ken?" tanya Bima.
Kenzi menoleh, Hyuga dan Bima juga menatap kearahnya.
Fyuu...
"Kalian tahu gak sih, Qia tidak menerima panggilan dari gue. Padahal kan malam ini malam Minggu!"
"Yaelah Ken, samperin aja tu bocah. Biar Lo tahu dia lagi apa" Bima
"Sekalian tu, ajak malam mingguan" celetuk Hyuga.
Kenzi menggeleng, dia tidak bisa melakukan hal itu.
"Lo berdua kaya gak tahu bokap nyokap Qia aja. Mana bisa pacar gue keluar tanpa ada keperluan." lenguh Kenzi galau. Dia benar benar galau ketika Qia tidak membalas panggilan atau pesan nya.
"Yaudah sabar aja, gue tahu Qia itu cewe setia. Lo tenang aja"
"Tau ih, bener tu apa kata Bima" sahut Hyuga.
"Lo berdua itu jomblo, gak tahu gimana rasanya galau."
"Idih, selepeh ni bocah. Tunjukkin Ga" seru Bima menepuk bahu Hyuga yang langsung berdiri dan bersiap untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan ketika masih jomblo.
"Kita emang jomblo mas bro. Tapi, kita jomblo berkualitas. Bukan kaleng kaleng. Soal Galau??? aduhhh kita lebih galau" ujar Hyuga dengan ekspresi dramatis.
"Alah, bacot lu bedua"
"Ih gak percaya Bim, gak tahu ni bocah seberapa menyedihkan menjadi jomblo abadi itu seperti apa"
"Bener tuh kata hyuga" sahut Bima.
Kenzi tidak mendengarkan mereka, dia kembali fokus pada layar ponselnya. Menunggu balasan dari sang pacar yang tidak ia ketahui sedang tidur.
Brak!!! Brak!!!
Qia terperanjat, dia melompat dari atas ranjang nya karena terkejut.
Seseorang telah menggebrak pintu kamarnya.
Qia membuka pintu dan mendapati wajah mengerikan ibu nya.
"Ibu...Ada apa?"
"Ada apa ada apa, kamu gak lihat, sekarang udah jam berapa ha? gak lihat???"
"emang udah jam berapa?" tanya Qia polos. Dia mengucek ngucek matanya sambil melirik kearah jam dinding.
"Oo baru jam 7 Bu"
"Baru kamu bilang??? ni anak aku atau anak siapa sih!!!
Mandi cepat! bantu ibu siapin makan malam!" suruh Bu Laras mendorong Qia kembali masuk ke kamar nya.
Qia mendengus malas, dia kembali masuk ke dalam kamar nya, mengambil handuk dan segera mandi.
Setelah selesai mandi, Qia pergi ke dapur. Di sana sudah ada kakak dan juga Abang nya yang tengah duduk di meja makan.
"Kebo, udah bangun?" ledek Firman, kakak paling tua Qia.
"Apaan sih, jangan mancing deh!"
"Sudah sudah, Qia giling ini yah, jangan pake blender!" titah ibu.
"Eh Bu, masa aku ngulek, gak bisa Bu. Ka Fie aja!" tolak Qia. Dia paling anti ngulek dan menggoreng ikan. Pokoknya yang berkaitan dengan masakan yang membuat minyak muncrat, itu paling Qia hindari.
"Eh masa gue sih. Gue tuh capek Qia"
"Capek apapun lah itu, pokoknya gue gak mau!" kekeuh Qia menolak.
"Udah udah, Fie kerjain aja. Kalo lo biarkan Qia yang kerjain. Entar masakan nya jadi asin" lerai Firman bijak. Dia paling bisa membuat Qia tersenyum bahagia. Meskipun diiringi dengan hinaan.
"Nah tu dengerin apa kata kak Fir"
Plok.
Qia mengusap bibir nya yang baru saja di tepok Firman. Rasa perih dan panas mulai merayap di sekitaran bibirnya.
"Udah berapa kali gue bilang. Jangan panggil gue begitu!"
"Lah kenapa, aku kan sopan manggil Lo dengan embel embel Kaka" Qia masih belum ngeh. Dia juga heran mengapa kakak nya ini selalu melarangnya memanggil seperti itu.
Sedangkan File malah tertawa terbahak bahak mendengarnya.
"Qia, coba den gue tanya sama Lo. Orang yang menyekutukan Allah di sebut apa?"
"Sirik!" jawab Qia polos.
"Eh bukan orang melawan agamanya di sebut?"
"Kafir!" jawab Qia cepat. Tapi, dia masih belum paham maksud kakak kedua nya itu.
"Hubungan apa?" tanya Qia polos menghentikan tawa Fie. Hal lucu malah terasa jadi garing.
"Gue ragu, Lo juara kelas karena pintar" decak Fie.
"Qia, coba deh Lo ulang jawaban Lo tadi apa, terus Lo manggil Firman seperti apa" ucap Fie mulai gemas.
Laras yang mendengar pembicaraan putra dan putrinya hanya tersenyum geli di belakang.
"Kak Fir...Sama Kafir... hubung....," Mata Qia membulat besar, menutup mulutnya menahan tawa yang hendak meledak setelah paham mengapa kakak nya selalu melarangnya memanggil dengan panggilan itu.
"Udah paham?" tanya Fie. Qia mengangguk.
"Tapi udah basi, gak lucu lagi" dengus Fie seraya membawa cabe merah ke dapur dan mulai menguleknya hingga halus
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!