Tuan Muda Penjaga Hati
Awan kelabu menyertai kepergian wanita yang telah melahirkan Nadia Humaira ke peristirahatan yang terakhir. Para pelayat yang tadi ikut mengantarkan jenazah sang ibu tercinta mulai meninggalkan areal pemakaman umum, apalagi melihat cuaca yang sebentar lagi sepertinya akan turun hujan.
Nadia masih betah duduk di atas tanah dengan tangan yang bergerak di atas pusara ibunya, menggenggam tanah yang masih terlihat merah dengan berbagai bunga yang menghiasi kuburan ibunya. Teman-teman dan guru yang tadi sempat menyampaikan rasa sedih, juga turut berduka cita serta berbelasungkawa pun mulai meninggalkan gadis itu yang masih menatap gundukan tanah tempat tidur panjang ibu tercintanya.
“Nadia, ayo kita pulang ke rumah dan bersiap-siap untuk meninggalkan kampung ini karena om hanya mendapatkan cuti selama tiga hari!” Bagas memegangi pundak keponakannya yang saat ini sudah menjadi yatim piatu setelah kakak perempuannya itu ikut menyusul sang suami yang duluan pergi meninggalkan keponakannya ke alam baka.
Nadia masih bergeming dengan air mata yang lurus tanpa jeda sejak mengetahui Ibunya sudah tak lagi bernyawa, tepatnya beberapa jam yang lalu di rumah sakit umum daerah. Dirinya merasa sudah menjadi seorang diri tanpa ada orang lain lagi walaupun Bagas merupakan paman kandungnya, alias adik laki-laki dari ibunya tapi rasa sedih dan sebatang kara itu tetap saja bergelayut di dalam jiwanya.
“Nanti setiap tahun kita akan datang ke sini untuk ziarah ke kuburan ayah dan ibumu, tapi sekarang sebaiknya kita pulang karena sebentar lagi sepertinya hujan akan turun,” ajak Bagas kembali meraih tangan sang keponakan dan mengajaknya berdiri.
Sungguh Bagas tidak pernah menyangka jika akhirnya dia yang akan menjadi wali dari keponakannya itu, padahal dia masih sangat menyayangi kakak satu-satunya yang akhirnya juga pergi meninggalkan seorang anak gadis remaja yang harus dijaganya. Mampukan Bagas menjadi pengganti dari orang tua keponakannya sendiri yang selama ini hidup terpisah dengannya? Artinya Bagas harus mulai terbiasa karena hanya dirinya seorang yang tertinggal sebagai keluarga kandung seorang Nadia.
Nadia menengadahkan kepala melihat awan hitam yang masih berusaha menunda turunnya hujan, mungkin Alam juga mengerti bagaimana lara yang sedang ia alami saat ini. Dirinya sudah tidak punya siapa-siapa lagi kecuali sang paman seorang diri yang bernama Bagas Saputra — adik kandung sang Ibu tercinta, bahkan sebentar lagi dirinya akan ikut diboyong ke kota Jakarta demi kelangsungan hidup dan juga pendidikannya. Itulah yang bisa ditangkapnya dari perkataan sang paman.
Di dalam perjalanan menuju rumah sederhana miliknya yang selama ini dihuni bersama sang ibu, Nadia hanya diam membisu tanpa suara, dan Gadis itu sama sekali belum menyetujui keinginan sang paman yang akan membawanya ke kota metropolitan — kota selama ini banyak diminati teman-teman di sekolahnya.
“Mandilah terlebih dahulu, setelah itu kamu makan dan beristirahat, besok pagi-pagi sekali kita berangkat ke bandara menuju Jakarta!” beritahu Bagas sembari mengusap lembut surai hitam yang dikepang dua milik keponakan tersayangnya.
“Apa mau om bantu melepas kepang rambutnya?” tanya Bagas penuh sayang dan mulai membuka jalinan surai yang saling terkait.
“Gak usah, Om. Nadia sendiri aja, makasih karena Om bisa datang dan ketemu sebelum ibu pergi selamanya,” sahutnya dengan suara cicitan kecil dengan pilu.
Bagas hanya bisa menenggelamkan wajah sang keponakan ke dalam dekapannya. Dia pun juga merasa sangat terpukul dengan kepergian mendadak sang kakak dan menjadikannya sebagai wali untuk Nadia, menitipkan gadis remaja itu.
‘Om akan memberikan pendidikan setinggi mungkin seperti apa yang telah dilakukan oleh kakak padaku dulu! Om janji akan menyayangimu seperti kakak yang menyayangimu sendiri!’ gumam Bagas di dalam hati ketika masih berdiri di pintu kamar keponakannya yang terlihat masih bersedih dengan lelehan air mata yang selalu membasahi pipinya.
Bagas berjalan ke arah dapur membuka kulkas untuk mencari sesuatu yang bisa dimasak demi makan malamnya nanti bersama Nadia. Pria itu sudah lama tinggal sendirian dan sudah bisa melakukan apa saja tanpa bantuan orang lain. Semua itu terjadi karena Bagas selama ini memang kuliah di kota Jakarta hingga dirinya sukses dan mampu membeli rumah sendiri walaupun tidak mewah seperti kebanyakan teman-teman sekantornya, tetapi paling tidak semua hasil jerih payahnya juga berkat jasa dari kakak perempuannya selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Arin
mampir..semoga menarik😍
2023-12-11
0
Kokoro No Tomo
hadir
2023-04-27
0
🍒⃞⃟🦅𝐍𝐔𝐑𒈒⃟ʟʙc𝐙⃝🦜
Hai thor aku mampir...
ceritamu menarik udah aku fav. waktu luang lanjut bacanya
semangat buatmu😘
2023-04-27
1