Pagi ini cuaca terlihat begitu cerah yang berbanding terbalik dengan suasana hati Nadia yang masih bersedih dengan kepergian ibu tercinta. Gadis itu baru saja mendarat di bandar udara Soekarno Hatta bersama sang paman setelah menempuh perjalanan udara sekitar satu setengah jam.
Bagas belum mau memaksa sang ponakan untuk sekedar tersenyum karena dirinya sendiri juga ikut merasa terpuruk dengan kepergian sang kakak, apalagi Nadia sebagai anak kandung yang pasti jauh lebih sedih setelah kepergian wanita yang telah melahirkannya. Setengah jam kemudian, taksi telah mengantarkan Bagas bersama keponakannya hingga sampai di jalan Cendrawasih tepat di depan rumahnya, terlihat seorang asisten rumah tangga berlari ke depan saat mendengar dan melihat taksi yang berhenti.
“Selamat datang di Jakarta, Non Nadia, mudah-mudahan non betah di rumah Den Bagas, ya. Bibi ikut berduka cita atas meninggalnya ibunda non Nadia. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan tempat yang terbaik di sisinya, aamiin,” ucap asisten rumah tangga itu yang bernama Bibi Upi.
“Aamiin,” sela Bagas ikut mengaminkan do’a sang pelayan.
Nadia memang sudah diberitahu oleh pamannya jika di rumah mereka nanti yang ada di Jakarta sudah ada seorang asisten rumah tangga yang akan menemani Nadia ketika Bagas sibuk bekerja. Nadia bersalaman seperti layaknya gadis dari kampung, menjabat tangan Bibi Upi serta mencium punggung tangan perempuan paruh baya itu dengan takjub.
“Terima kasih ya Bi atas do’anya, insya Allah Nadia bakal membetah-betahkan diri tinggal sama Om Bagas di sini. Bibi juga jangan sungkan menasehati kalau Nadia melakukan kesalahan,” sahut Nadia dengan memaksakan senyum tipis di bibirnya walau jauh di dalam lubuk hati rasanya Dia benar-benar tidak sanggup untuk sekedar mengangkat garis bibirnya.
“Ocee deh, Non. Siap atuh kalau masalah nasehat menasehati, bibi mah paling jago hehehe.” Bibi Upi mengangkat kedua ibu jarinya memberikan tanda setuju.
Bagas hanya tersenyum melihat ulah sang pelayan yang memang selalu bisa mencairkan suasana sejak bekerja di rumahnya.
“Bibi, tolong antarkan Nadia ke kamarnya, ya!” suruh Bagas pada pelayannya. Pria itu terlihat sangat lelah, belum lagi dirinya merasa kurang istirahat sejak kepulangannya satu hari sebelum sang kakak menghembuskan nafas terakhir.
Bahkan rasa lelahnya seolah-olah membuat semangat hidup seorang Bagas sedikit terkuras dan merasa malas untuk bekerja esok harinya. Namun, sepertinya Bagas tidak boleh bermalas-malasan lagi dalam mencari nafkah karena sekarang sudah ada keponakannya yang harus dinafkahi hingga Nadia bisa mencicipi bangku pendidikan yang tinggi.
“Nadia, kamu langsung istirahat aja ya, nanti saat makan siang tiba akan Om bangunkan atau biar Bibi Upi yang membangunkanmu,” ucap Bagas sembari mengusap-usap surai hitam keponakannya yang hanya menganggukkan kepala menurut begitu saja tanpa ada bantahan.
Bibi Upi akhirnya mengantarkan Nadia ke kamar yang memang sudah dipersiapkan setelah mendapatkan telepon dari Bagas tentang kepindahan keponakannya itu pada sang asisten rumah tangga.
“Ini kamarnya non Nadia, kalau butuh apa-apa panggil Bibi aja ya, Non!” ujar Bibi Upi sebelum ke luar dari kamar yang akan ditempati Nadia selama tinggal bersama pamannya.
Nadia melihat sebuah ranjang dengan sprei berwarna merah muda serta ada meja belajar disertai lemari kayu tiga pintu berwarna coklat berbahan dari Jati. Gadis itu melangkahkan kaki menuju ke atas ranjang lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Kedua matanya menerawang memandangi langit-langit kamar dengan pikiran yang juga ikut melayang pada sang ibu yang telah pergi meninggalkannya.
Tanpa terasa air mata Gadis itu kembali turun meleleh melewati pipinya, membayangkan langkah demi langkah di masa depan tanpa ada lagi tempatnya untuk berkeluh kesah karena tidak mungkin dirinya akan selalu curhat pada sang paman yang notabene selama ini tidak terlalu dekat dengannya, sebab Bagas tinggal di kota yang berbeda dengannya.
Tiba-tiba saja, Gadis itu teringat akan sesuatu. Dengan cepat Nadia bangkit lalu meraih tas selempang yang tadi dibawanya serta mengeluarkan ponsel yang ada di dalam sana.
“Halo, assalamualaikum. Maaf aku lupa mengabarimu kalau aku sekarang ini sudah pindah ke Jakarta dan tinggal bersama Om Bagas!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆🏘⃝AⁿᵘBoy🔰🍒⃞⃟🦅ᴳᴿ🐅
jejak saya kakak
2023-03-27
0
Syafiq Zain 🇯🇴
Ada typo
2023-03-20
0
𝕸y💞Terlupakan ŔẰ᭄👏
semoga saja di Jakarta nanti Nadia menjadi anak yang sukses
2023-03-16
1