Bagas kembali ke ruang tamu menemui beberapa karyawan yang memang menjadi teman sekantornya serta seorang Bos yang sudah menjadi sahabatnya semenjak mereka sama-sama kuliah di Universitas Indonesia. Bahkan Bagas sejak saat itu sudah menjadi orang paling dekat dengan lelaki yang saat ini menjadi atasannya karena memang Paman dari Nadia merupakan sosok yang sangat humoris dan humble serta begitu mudah bergaul dengan orang lain sehingga membuat lelaki yang saat ini menjadi CEO Singgalang Group menjadikannya sebagai seorang asisten pribadi.
"Mana ponakanmu itu?" Ferdy menatap sang aspri yang keluar dari kamar hanya sendirian tanpa gadis remaja yang sudah sering diceritakannya itu.
"Ponakan saya bilang, dia malu soalnya teman-teman pamannya ini nggak ada yang perempuan, alias para Om semua hehehe, jadi Nadia lebih memilih beristirahat di dalam kamar saja, Bos, " jawab Bagas apa adanya karena memang itu lebih baik sebab pria itu pun tahu kalau sang keponakan masih merasa belum terbiasa dengan hal-hal seperti apa yang ada di kota besar.
"Yaaaah. Nggak jadi kenal dong sama ponakan lo," sela Romeo yang merupakan salah seorang karyawan dari divisi keuangan.
“Emangnya kenapa lo ngebet banget mau kenalan ama ponakannya Bagas? Bikin gue curiga aja lo nih, jangan bilang Romeo suka sama ponakannya Bagas hahaha.” Riko terbahak dengan tangan mulai mengeluarkan sebatang Sigaret dari bungkusnya, mengambil dan menyalakan pemantik untuk membakar ujungnya.
"Oh iya, ini Pak Ferdy sama yang lain pada mau minum apa?" Bagas menatap sang atasan lalu berpindah pada teman lainnya yang hanya mengedikkan pundak mereka seolah-olah memasrahkan apa saja yang bakal dikeluarkan oleh sang tuan rumah.
"Ambilin gue kopi aja!" titah Ferdy pada Bagas diiringi anggukan setuju oleh yang lain karena mereka memang datang di rumah Bagas hanya sekedar untuk ikut berbela sungkawa kepada Bagas karena kakak perempuannya baru saja meninggal dunia dengan menyisakan seorang gadis remaja bernama Nadia yang akan tinggal bersama lelaki itu.
Bahkan ketika Ferdy menyampaikan pada beberapa karyawan yang sebenarnya teman semasa kuliah bersama Bagas dulu pun untuk mendatangi kediaman Bagas, semuanya setuju tanpa keberatan. Mereka juga ikut merasa prihatin akan cobaan yang menimpa keluarga kakaknya Bagas. Ferdy memang mengajak teman-temannya yang memiliki kelebihan sewaktu di masa kuliah untuk bekerja di perusahaan orang tuanya makanya mereka terlihat begitu akrab walau tetap ada batasan di mana Ferdy merupakan bos dari mereka semua.
Sebenarnya kedatangan tujuh orang karyawan Singgalang serta CEO-nya itu hanya ingin melepas rasa penasaran dengan wajah keponakan sahabat mereka yang bernama Nadia, tapi sayangnya tak bisa bertemu sebab Gadis itu sepertinya merasa canggung berada di tengah-tengah teman pamannya.
"Ini maaf ya Gas, gue mau tanya dikit tapi lo jangan tersinggung! Jadi sekarang ponakan lo itu jatuhnya udah yatim piatu?" Salah seorang temannya yang bernama Kevin ikut menyela karena merasa penasaran, apalagi dia pernah melihat foto gadis itu ada di Galeri ponsel Bagas terlihat sangat cantik dan begitu polos.
"Nadia sekarang memang udah yatim piatu tapi gue kan masih hidup yang bakal menggantikan kedudukan orang tuanya. Jadi lo jangan macam-macam ama ponakan gue, kalau nggak mau gue kuliti tubuh lo!" ancam nya walau dalam canda.
"Sorry Bro, maksud gue bukan begitu … tapi gue hanya mau ngasih sesuatu dikit buat ponakan lo, dan gue harap lo nggak merasa tersinggung buat nerima karena ini buat Nadia bukan buat lo!” Kevin mengeluarkan satu amplop berwarna coklat dari dalam tas kerjanya, meletakkan di atas meja menggesernya ke hadapan Bagas.
Hal yang dilakukan oleh Kevin barusan sontak diikuti oleh teman-teman karyawan yang lain dengan mengeluarkan Amplop yang berbeda warna dari tas kerja mereka masing-masing dan meletakkannya di hadapan Bagas.
Lelaki yang sekarang sudah menjadi wali serta orang tua pengganti dari Nadia Humaira, menatap lama amplop yang ada di hadapannya karena dia sangat yakin mungkin nilainya tidak seberapa tetapi rasa prihatin mereka terhadap keponakannya patut diacungi jempol. Apalagi pada zaman sekarang ini tidak semua orang yang akan bisa melihat bagaimana seorang gadis remaja bisa menjalani kehidupan di masa datang tanpa ada kedua orang tua kandungnya lagi.
“Sebenarnya kalian semua nggak perlu repot-repot seperti ini buat ponakan gue karena gue masih gagah dan juga kuat untuk ngidupin dia! By the way thank you so much atas perhatian kalian untuk Nadia, besok pagi bakal gue sampein ke dia kalau ini dari para om-omnya.” Bagas berdiri meninggalkan semua teman-temannya untuk pergi ke belakang menyuruh sang pelayan membuatkan kopi hitam seperti perintah Ferdi sang atasan.
Mereka mulai bergosip lagi, bercanda dan terkadang tidak pernah menganggap Ferdy sebagai atasannya karena memang mereka tidak dalam keadaan bekerja di kantor.
"Tuh CEO kagak ikut mau ngasih hadiah buat Nadia?" tanya Kevin menyikat pinggang Endro.
"Gue rasa dia sama sekali nggak kepikiran dengan apa yang kita kerjain hahaha, muka datar kayak begitu mana punya sosial segala yang ada di dalam otaknya kan cuman kerja dan cuan," jawab Endro melirik Ferdy yang hanya diam memainkan ponselnya.
“Sebenarnya gue kecewa sih karena kita kagak jadi ngeliat wajah polosnya ponakan Bagas, padahal gue penasaran banget tuh cewek pasti bening abis. Apalagi gadis-gadis dari desa itu sudah bisa dijamin 100% Vir-gin, iya nggak sih?” Farel menyikut lengan Kevin, melirik ke samping sembari menaik turunkan kedua alisnya seolah sedang memiliki ide jahil, entahlah.
“Ekhem, Kalian jangan pernah sekali pun menggoda Nadia karena Gadis itu adalah satu-satunya keluarga Bagas, kalau sampai saya mendengar kalian ada yang mencoba-coba mendekati Nadia maka kalian akan berhadapan langsung dengan saya!” Ferdy menatap satu persatu karyawannya itu yang tak lain juga teman-teman semasa kuliahnya, memberikan peringatan agar tak ada satupun dari mereka yang bisa mendekatinya dia karena dia tak ingin gadis polos keponakan sahabat baiknya itu dirusak oleh salah satu antara temannya.
“Yaa … si Bos kagak seru, padahal biasanya juga gak pernah peduli kita mainin cewek mana pun, bahkan kita pernah kan make cewek yang sama bergantian, berbagi rejeki,” sela Farel dengan nada kecewa.
Kalimat yang baru saja dilontarkan Farel membuat Ferdy tanpa sadar melemparkan asbak sehingga benda berwarna silver berbahan aluminium itu mendarat indah di kepalanya.
“Canda, Bos … sensi amat, mentang-mentang Nadia ponakan asistennya jadi nggak ngebolehin kita nih sekedar buat kenalan!” Farel sedikit meringis, mengambil lagi si asbak yang sudah jatuh ke lantai setelah singgah sesaat di kepalanya.
“Jangan bilang Bos kita ini mau jadi Pedofil hahaha!” sela Kevin sambil ngakak.
Pletak!
Sebuah pena terbang Indah melayang hingga mengenai pelipis Kevin dan membuat pria itu mengaduh lebay. Kedatangan Bagas dengan seorang pelayan yang tak lain adalah Bibi Upi membuat mereka semua terdiam. Bibi Upi meletakkan satu persatu segelas kopi hitam di depan mereka semua serta menyajikan cemilan kering di atas meja.
“Monggo tuan-tuan, diminum kopinya, Bibi permisi ke belakang lagi!” pamit Bibi Upi berlalu meninggalkan para lelaki berdasi.
“Makasih, Bi,” ucap Bagas.
Mereka kembali melanjutkan obrolan yang terkadang memperdengarkan tawa karena candaan dari salah satu di antara mereka hingga ketika setelah lebih kurang mereka satu jam bersenda gurau, tiba-tiba saja sebuah mobil hitam metalik datang ke rumah Bagas.
“Siapa yang datang?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍾⃝ͩʙᷞᴀͧʙᷠʏᷧ ɢɪʀʟʟ
🙄🙄🙄 dsr om" ckck mlutnya emberrr Kya mak" kang syur
2023-03-04
0
Nafi' thook
hilih, bilang saja kalau Ferdy sebenarnya juga ngincer tuh gadis
2023-03-04
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
nah loh siapa yg datang
2023-03-04
0