Derita Menantu Ke 2
Kinar ga sanggup pak!
Kinar, maafkan bapak! tapi semua ini demi kebaikanmu, kamu harus meluruskan dimana mendiang kakakmu tidak pernah menyakiti Lunar, keluarga dari Alex si pria baik itu nak. Bapak yang salah telah banyak berhutang pada ayah Alex, ayah mohon dan minta maaf!
Mendengar kata sang kaka, Kinar pun menyetujui pernikahan itu yang dalam sepekan mereka telah sah.
Dan kini Kinar harus rela, berpisah dari sang ayah di kampungnya dan menurut serta mengabdi pada keluarga Alex Hariyanto.
"A-apa ini kediaman kamu Alex?"
"Mulailah tinggal dan patuh pada ibuku, dan disana adalah kakak iparmu Rina, Aku hanya berbelas kasih pada ayahmu karena dia baik, sebagai kepala kantin aku hormati dia di sekolah ku dulu. Jadi pandai pandailah membawa diri, karena kita tidak sejalan untuk menjadi pasangan suami istri." jelasnya dan Alex pun berlalu.
Hati mana tidak sedih, kini Kinar harus pasrah, dan mencoba untuk membuat percaya pada Alex, jika mendiang kakaknya Lunar tidak pernah membully adiknya di saat sekolah, tapi dimana Lunar? mata Kinar menoleh ke sekeliling.
Dan tepatlah satu tahun pernikahan, dimana mertuanya meminta Kinar merawat seorang bayi, yang diyakini jika banyak orang bicara itu adalah anaknya, bahkan Kinar nampak tidak mengerti dengan semuanya, karena sang ibu Mertua tak menjelaskan bayi siapa ini.
Bayi itu bernama Raya, dalam asuhan Kinar selama beberapa bulan membuat Kinar tampak tidak kesepian, dimana ia tinggal dengan Alex, hanya sebuah identitas saja. Bahkan kamar mereka terbagi dua skat, yang kadang kala Kinar tak boleh pergi melampaui batas meski satu kamar.
Esok Harinya.
"Haduh, tolong ya Kinar. Kalau nyuci gak usah pake pengering, bayar listrik mahal tau. Terus kamu kalau jemur itu coba agak geser ke sanaan, jangan disebelah sini. Ini khusus tempat jemuran ibu, yang kamu ke arah sana aja! Trus, kamu punya ember, ya pake punya sendiri." ketus mertuanya, yang saat itu terlihat kesal melihat Kinar.
"Iya bu, maafin Kinar. Ember nya nanti saya bersihin, untuk kali ini boleh pinjam ya bu, sebab barang barang di gudang ga ada kuncinya, sama mas Alex itu belum semua ke ambil."
"Halah, ya udah deh. Nih uang 15rb kamu cari ember baru model kaya gitu, bedain aja warnanya. Ibu enggak mau pake ember bekas cucian kamu itu pasti bekas Lem atau bekas pups Raya kan."
Deg.
"Iya bu, maafin Kinar."
Setelah Inggrid tak terlihat, Kinar nampak merendam cucian bayi Raya dan pakaian dalam itu dengan pewangi, meletakkannya di pojokan. Kinar kembali menahan air mata, dimana kini ia beranjak berdiri, lalu ke arah kamar melihat Raya, setelah sampai kamar. Kinar menatap cermin, dirinya memang terlihat kucel dan berbeda dari Kinar yang dahulu, hanya saja Kinar enggan meminta sesuatu pada Alex, jika bukan diberi.
Kinar pun berganti baju, berniat ke pasar terdekat membawa Raya, hanya untuk membeli ember berukuran sedang.
"Sayang, ikut ibu ya nak."
Terlihat Raya terbangun, menangis sebentar. Kinar menyempatkan memberikan susu untuk Raya, sebab tak ada pendingin. Dimana Kinar berada di rumah ini melakukan kegiatan terbatas, jika bukan miliknya ia tidak boleh menyentuh barang manapun.
Beberapa jam kemudian, Ada rasa sesak, dimana pasar terlihat. Da-danya terasa sakit, dan bagian perutnya terasa perih, Kinar duduk di trotoar pinggir jalan, dimana ada Halte ia segera menarik nafas. Perih, gatal sakit dan kram kakinya saat ini, membuat Kinar menahan sabar.
"Di butuhkan lowongan kerja."
Lupakan saja Kinar, lagi pula jika bekerja membawa bayi, itu pasti akan sulit dan memakan waktu yang luar biasa, dimana nantinya ia akan di cerca oleh sang ibu mertua. Dan semoga saja harapan Kinar saat ini adalah, mas Alex segera pulang.
"Pak ember bunga, ukuran sedang itu saya mau berapa ya satunya?"
"55 ribu bu. Yang biru atau merah?" tanya penjual.
Eh, Kinar terlihat diam. Kala ibu mertuanya saja memberikan 15 ribu rupiah, sehingga Kinar menatap dompetnya yang saat itu terlihat sekali uang belasan ribu rupiah saja.
"Pak bisa enggak empat puluh delapan ribu lima ratus, uangnya ada segini. Tapi saya mau yang itu."
"55 ribu net bu. Dah murah juga." gerutu sang penjual, membuat Kinar meminta maaf.
"Ya udah, maaf ya pak. Saya hanya disuruh soalnya."
Kinar nampak kembali berjalan, mencari tukang perabotan dipinggir jalanan, yang memang lokasi itu adalah pasar berkah, dimana setiap hari akan ada pasar dari pagi sekali hingga sebelum dzuhur.
"Mas, ember itu warna kuning, kira kira uang saya empat puluh delapan ribu lima ratus, dapat enggak ya?"
"Ibu mau yang ini, panglaris lah. Ambil bu, doain aja dagangan saya laris." senyum mas mas penjual yang berbaik hati itu.
Hingga saat itu, nampak Kinar tersenyum dan meraih ember sedang, yang sudah dikantongi.
"Makasih mas, semoga dagangan mas laris setelah saya pergi tak tersisa." lirih Kinar.
"Amiin. Balik lagi bu, biar jadi langganan."
"Tentu pak." pamit Kinar dengan ucapan salamnya.
Kinar pun nampak berjalan pulang, dimana ia haus tapi ia menahan karena ia ke pasar saja jaraknya belasan kilo meter, dimana saat ini ia menoleh ke penjual perabotan tadi. Dan Kinar nampak senyum kala penjual itu di kerumuni banyak orang, dan terlihat banyak dari mereka membawa kantong plastik, terbukti doa yang sedang kesulitan akan di doakan karena kemurahannya mendapat balasan.
Kinar pun nampak berjalan ramah, dimana saat itu terlihat pedagang yang ketus kesal melihat dagangan dibelakang ramai, sementara dagangannya sepi.
Kinar pun sampai rumah, ia mengucapkan salam. Hingga dimana ia ke dapur meraih gelas, mengisinya sambil memberikan Raya saat itu susu kembali setelah mencuci botol lama yang habis.
Gleuuk.
"Duh lama banget sih, dapet kamu embernya?"
"Udah bu, tapi warnanya ini."
"Baguslah, dapat berapa kamu pasti murah ya. Lima ribuan, biasa kalau lagi promo. Untung sepuluh ribu kan, sini sisanya!"
"Eh enggak bu, lima puluh lima ribu. Itu pun .." Kinar terhenti, ketika sang mertua sudah kembali ketus.
"Ah, dasarnya aja kamu enggak pandai jadi menantu." gerutunya dan berlalu, membuat Kinar nampak harus ekstra sabar pada ibu mertuanya itu.
TBC.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Mr Azusi
kinar semangat hadapi kenyataan mertua jahat
2023-03-05
1