KARENA MERTUAKU

Hingga beberapa minggu kemudian, dimana Kinar sudah lebih baik ditinggalkan Alex bekerja, namun terkadang ada hal aneh mudah emosian padanya, ketika tinggal di kediaman ibu mertuanya yang membuat Kinar menguji kesabaran.

'Mas, jika ingin. Kinar benar benar ingin tinggal saja di gubuk, tanpa penat ikut campur pada ibu apalagi di kaitkan serakah pada usaha keluarga mas, bahkan kerap selalu di sindir menumpang tidak tahu diri.' batin Kinar.

"Kinar, jaga baik baik di rumah ya. Mas pamit dulu, kamu yang akrab dan pandai ambil hati ibuku itu sudah semestinya kamu pikirkan."

"Iya Mas," senyum Kinar, jika bukan karena Alex yang pesakitan melihat suaminya bekerja jauh dan keras, mungkin Kinar tidak ingin satu atap bersama mertuanya, dimana baru tinggal beberapa minggu saja kuping dan segala hati batinnya sangat menyakitkan.

Dan setelah Alex pergi, tiba saja langkah, seseorang membuat Kinar terhenti di pintu kamar, yang akan mengambil minum dan satu tangannya lagi memegang ponsel.

"Kamu pasti bisanya habisin uang suami saja," bentak bu Inggrid, membuat Kinar menoleh saat menyapu.

'Berapa sih, uang anak ibu yang diberikan buat aku? Cuma cukup beli satu tas murah aja harus menunggu sebulan, apalagi membeli beras beberapa liter harus menunggu Alex dari toko.' batin Kinar, ingin sekali ia berbicara begitu.

"Uang yang mana ya bu?" balas Kinar penuh sopan.

"Apa? Kenapa kamu jadi sombong sekarang? Apa semenjak Alex pembukuan toko Fashion kamu jadi belagu ya, ingat kamu tinggal di rumah mertua gak gratis, dimana uang Alex itu adalah milik ibu." ujarnya menatap aneh.

"Wah, mbak Kinar ada disini sekarang ya bu, sejak kapan dia tinggal di rumah ini, ah jadi sesak dong." tiba-tiba kakak ipar datang.

"Kak Vina... ?" lirih Kinar menunduk.

"Kenapa terkejut, eh aku aja yang sudah nikah enggak beban di rumah ini, kamu ini udah orang lain segala bikin ibu ku mumet, kamu berhadapan sama aku ya Kinar. Apalagi kalau Alex sampai tahu, dia ngadu bukan bukan kita bakal plaster mulut kamu itu dengan tali panas." cetus Vina kala itu membentur bahu Kinar.

"Ayo Vina, ikut ibu ga usah ladenin sampah di rumah kita!" ajaknya, dimana Kinar merasa bingung kenapa ia harus merasakan kepahitan tinggal bersama ibu mertua yang membuatnya semakin sakit, jika tak ada Alex, sentilan ocehannya begitu menyedihkan untuk Kinar yang mencoba mengontrol emosi.

'Sabar sabar ya Kinar. Semua demi Raya dan mas Alex aku tinggal disini, kalau sudah cukup sepertinya harus ngontrak rumah.' batin Kinar.

Menyebalkan sekali benalu-benalu ini. Dengan hati sedikit kesal, Kinar segera masuk kamar. Membersihkan diri dan ingin beristirahat. Sepertinya, Alex juga belum pulang. Mungkin, sebentar lagi pulang.

Tak begitu lama, selang beberapa jam terlihat Alex pulang.

"Sore Kinar, gimana kamu di rumah?"

"Walaikumsalam mas, biasa salam dulu dong mas, mas Alex tumben udah pulang lagi?" senyumnya.

"Huh, ga usah berkomen lain. Mas tanya kamu gimana di rumah ini?"

"Ba-ik baik mas. Hanya perlu bersemangat lagi, sepertinya yang jadi istri mas Alex itu Lunar wanita kaya kan, maaf karena kedatangan Kinar .."

"Tidak perlu di bahas, siapkan air hangat! kita makan bersama, yang lain sudah menunggu."

"I-iya mas."

Seperti itulah sikap dingin Alex, yang harusnya ia bisa memahami dirinya tertekan, jika mas Alex tak suka kenapa juga pernikahan ini terjadi harusnya di tolak saja. Menarik nafas Kinar saat itu juga.

Dalam makan malam, tidak biasanya hening. Sang ibu mertua memulai percakapan membuat Kinar menderu nafas, manakala ekonomi belum stabil.

"Alex, ibu mau minta mobil buat ulang tahun ibu bulan depan, gimanapun caranya kamu harus pikirkan ya!"

"Hah, mobil .." sepotong celos ucapan Kinar, membuat semua tatapan tajam ke arahnya.

"Begini, ya Kinar. Kamu kalau menumpang, ya menumpang saja. Jangan melunjak, apa lagi tidak tahu diri! Jadi baiknya kamu ikuti kata kata ibu mertuamu ini Kinar. Alex, ajari istrimu berhemat! lagi pula enggak ada yang salah kalau ibu meminta pada putranya." ujar Inggrid nampak membenci sekali Kinar, membuat Kinar benar benar menahan sabar.

"Mobil, emang ibu udah perlu. Buat apa?"

"Ya perlu lah Alex, kamu kan tahu mobil ibu dulu dijual dan enggak punya supir lagi bekas kamu koleps hutang ruko sawangan. Kamu mau itung itungan sama ibu, Alex?"

"Bukan begitu bu, biar nanti Alex bicarakan lagi sama Kinar, bagaimanapun keuangan kita belum stabil."

"Kamu enggak mau kasih ke ibu?"

"Baiklah bu, nanti Alex akan carikan." senyuman Alex penuh tertekan.

"Gitu dong, jangan sampe kayak Kinar, yang kado ke ibu mertua, enggak jauh paling baju gamis murahan seratus ribuan, hah. Gak level." ketus Inggrid, membuat Kinar menahan lagi kesabarannya.

Kinar serasa hambar saat itu makan, dimana ia mencoba menunggu Mas Alex selesai makan, dan mencoba bicara pada suaminya. Bukankah seorang istri harus mengerem suaminya, karena Kinar takut Alex tak bisa membayar cicilan angsuran mobil, dikala toko keluarga fashion tidak stabil.

'Benar benar jadi menantu kedua, serasa tidak di anggap. Apalagi keadaan dari keluarga miskin, apalagi Kinar tak punya keahlian yang bisa membantu perekonomian keluarga ini.' deru batin Kinar.

Sehingga sampailah di kamar.

"Mas, aku rasa kamu harus pikirin rencana beli mobil, jangan sampai memberatkan kamu. Banyak yang harus kamu tanggung, karena kamu bilang omset benar benar membuat down. Gaji karyawan, sudah berbulan bulan mas Alex juga berhutang untuk menggaji mereka kan?"

"Apa-apaan, sih, kamu? ibuku ulang tahun tapi kamu hanya akan memberinya gamis atau tas murahan, bagaimana kamu bisa beradaptasi pada ibuku jika kamu seperti ini Kinar? Keterlaluan sekali. Kenapa kamu jadi begitu pelit, apa kamu yang mengurus semua toko hah?" ketus Alex, membuat Kinar terdiam kelu.

"Mas, bukan gitu maksud Kinar. Maaf, jika melukai hati Mas. Ta ..pi?"

Tak kuduga, Alex akan marah mendengar jawabanku.

"Loh, Mas nggak salah, tuh?! Kamu bilang aku pelit. Yang beri makan keluarga kamu, yang menampung dan menyediakan makanan camilan buat mereka bukankah aku dahulu, sekarang karena kesulitan saat ini, kamu jadi itungan ya. Kamu pernah berfikir kesitu ga sih? sudah untung kamu aku nikahi, bukannya membantu malah membuat runyam." celetug Alex, membuat Kinar terdiam kaku.

"Kamu memang sudah mulai perhitungan, Mas dan kamu bangkitan atas semua pemberian dahulu."

"Kamu mau tahu bagaimana pelit itu, Kinar? Kamu mau tahu perhitungan itu seperti apa? Kamu lihat besok, ya!" jawab Alex mengancam.

"Mas .."

"Terserah! Kamu memang egois. Aku sudah menganggap keluarga kamu sebagai keluargaku. Namun, kamu mengoranglainkan keluargaku, Kinar." teriak lagi Alex semakin marah padanya.

"Mas, kenapa kamu malah marah padaku??"

"Lalu, aku harus marah sama siapa? Sama siapa, hah!! Sama ibu?! Atau Vina kakak ku yang udah bantu ibuku tinggal selama aku hidup sulit? Nggak mungkin, Kinar."

Kali ini, aku ribut cukup besar dengan mas Alex. Dan mungkin sampai suara kami bersahutan, dan sampai ke telinga ibu mertuaku yang mungkin mereka tertawa, apalagi mungkin mereka ingin pernikahan kami retak cepat.

Entah kali ini Kinar kebingungan, sebenarnya apa yang menyebabkan Alex selalu terlihat emosi akhir akhir ini pada ku, padahal aku hanya memintanya untuk menahan mengambil mobil sebagai kado ulang tahun ibunya, hanya karena Kinar tahu keuangan Alex saat ini semakin terpuruk.

'Aku harus apa Tuhan?' nafas berat Kinar saat ini.

TBC.

Terpopuler

Comments

Lola ambira

Lola ambira

mampir

2023-03-12

0

sitha arya

sitha arya

sabar kinar, jangan bilang alex mau nikahi kinar karena Lunar yang konon adek adek an taunya kekasihnya ilang. 🙄 mikir keras mulu kak selalu ada plot deh

2023-03-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!