ASBUN MERTUA

Kinar dengan rasa sakit hatinya, ia segera keluar berusaha menenangkan diri bersama Raya, entahlah setelah pernikahan pertama. Kinar tak tahu sebenarnya bayi ini milik siapa, yang ia tahu ia harus merawat bayi sebagai bentuk penghibur hati Kinar ketika di rumah, apalagi Alex tahu jika Kinar sulit mempunyai anak, apalagi Kinar tak bersahabat dengan ibunya, hanya karena hutang ayah yang segunung Kinar patuh dan menurut saja.

"Kamu mau kemana Kinar?"

"Aku keluar cari angin dulu, mungkin dengan ini aku bisa jauh lebih tenang." ujar Kinar, dimana ia sakit sekali rasanya dibentak.

Alex mencoba mengambil kunci motor, dimana Kinar dan sang bayi sudah menjauh dari depan rumah ibunya.

Dan tak beberapa lama, Kinar nampak terlihat sebuah mobil berhenti di sampingnya, dan memanggilnya apalagi tahu jika gerimis sudah turun.

"Mbak Kinar ya?" terlihat sebuah mobil, seseorang turun menatap Kinar yang di pinggir jalan, hal itu membuat Ayi yang kebetulan lewat berhenti parkir, dan mengajak Kinar sambil menenangkan diri di dalam mobil.

Ayi, sendiri adalah tetangga Kinar dahulu saat tinggal bersama sang ayah. Tak di sangka ia bertemu dengan keadaan seperti ini, oh bagaimana jika Ayi, mengadu pada ayahnya jika melihat putrinya jalan di pinggir jalan tengah malam seperti ini, membawa bayi lagi. Dimana Ayah Kinar, belum tahu tentang bayi yang ia asuh.

"Masuk mbak, udah malem. Gerimis lagi kenapa dengan mbak Kinar, mbak Kinar tinggal di dekat sini, apa mbak Kinar tinggal ..?"

"Kami numpang di rumah ibu Mertua." lirih Kinar pelan, membuat Ayi mengangguk.

Ayi memberikan sebuah mainan, pada bayi yang sedang menangis.

"Boleh aku gendong mbak? Mbak lagi gak tenang, jadi bayinya rewel. Ini tissue nya mbak, meski enggan untuk mbak cerita, tapi tenangkan pikiran mbak Kinar dengan perlahan, jangan dijadikan beban. Ayi memang tidak tahu problem rumah tangga, tapi Ayi hanya tahu jika perasaan ikatan batin ibu akan dampak pada si kecil yang aktif, atau rewel seharian. Semua karena suasana ibunya yang tidak baik."

"Makasih Ayi, kamu baru pulang kerja?"

"Iya mbak, habis dari rumah temen daerah sini."

Beberapa saat Kinar yang menangis nampak lega, meski ia enggan cerita apa yang terjadi. Tapi disini Ayi menatap Kinar terlihat sangat kasihan, apalagi Kinar mantan kekasih abang nya. Ia juga tidak pernah memberitahu keadaan mantan abangnya itu, karena Ayi tidak mau mbak Kinar kembali peduli dan dekat pada keluarga yang menyakitkan hati abangnya.

"Makasih ya Ayi, aku jauh lebih tenang. Setelah di pikir pikir masalah memang harus dihadapi, kenyataan impian memang tidak sejalan dengan yang dibayangkan."

"Semangat ya mbak, terbukti bayinya tenang karena hati ibunya sudah baik baik saja. Mbak Kinar yang kuat, semua permasalahan pasti ada jalan. Kebahagiaan pasti menyertai mbak Kinar dan keluarga."

"Amiin."

Kinar nampak bingung, apakah Ayi tidak ingin tahu kenapa dia berada di tengah jalan, menangis sambil membawa anak bayi, dan terlihat Ayi itu dekat dengan mas Jamil, bahkan Kinar juga sedikit kepo bagaimana keadaan dia saat ini, tapi bukan saat yang pas jika ia banyak bertanya, dimana hidupnya juga berkelit kesulitan yang Kinar harap, tidak berkepanjangan.

"Biar Ayi antar ya mbak."

Kinar ...

Kinar ... teriakan dari arah luar, nampak terlihat seseorang berteriak. Dimana itu adalah Alex yang mencari istrinya dan anaknya, Kinar nampak senyum kala suaminya mencarinya, memang pertengkaran membuat keadaan menjadi iblis, jika kedua sama sama panas, maka salah satunya harus mengalah menjadi air yang tenang dan pendiam, dimana air banyak menyimpulkan kesedihan entah itu air mata bahagia, atau air mata kesedihan yang mendalam yang harus disembunyikan.

"Hati hati mbak!"

"Makasih ya Ayi, salam sama keluarga ya."

"Mbak Kinar enggak mau temui ibu, sebab penjelasan mbak Kinar dengan abang kandas begitu saja, apalagi nampak sekali bang .."

"Saya mohon Ayi, saya malu bertemu. Jika keadaan membaik, saya akan mengunjungi itu pun jika ibu masih menerima Kinar bersilaturahmi sebab nampak abang kamu mengusir." sesenggukan Kinar, dimana ia benar benar sedih, membuat Ayi bergetar kasihan dan kebingungan untuk memberikan penjelasan, Ayi yakin jika mbak Kinar putus dengan abangnya karena suatu keputusan yang berat, tapi nampak Kinar dimata para tetangga jelek karena di anggap matre.

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam mbak." nampak Ayi melepas eratan tangan mungil bayi yang mirip sekali dengan mbak Kinar, meski Ayi bingung apa mungkin itu bayi mbak Kinar, sebab tidak pernah terdengar mbak Kinar dengan rumor hamil, apalagi jarak rumah orangtua Ayi dan orangtua Kinar lima langkah.

Di Luar.

Kinar nampak dipeluk Alex, dimana mereka berjalan pulang, nampak juga terlihat Alex meminta maaf dan mereka berdiri lalu menatap ke arah mobil, dimana Ayi juga ikut menatap dari jendela. Alex hanya melambai kode pergi, dan membawa Kinar serta bayinya dengan berjalan kaki. Mungkin Kinar sedang menjelaskan apa saja di dalam mobil, serta memberitahu suaminya saat ini.

Dan Sampai di rumah, Alex melihat Kinar menidurkan si kecil, lalu berganti pakaian piyama tidur, dan mencoba ke dapur membuatkan teh untuk suaminya, ditemani Alex yang duduk di meja.

"Ayi itu tetangga kamu Kinar?"

"Iya, aku ga sengaja ketemu dia mas, tehnya manis enggak?"

"Jangan manis manis, oh iya. Kamu curhat apa saja di dalam mobil?"

"Enggak kok mas, aku enggak cerita apa apa. Ayi cuma tanya kenapa enggak ke rumah Ayah lagi, enggak ada yang lain."

Kinar meletakkan teh di depan suaminya itu, dengan senyum.

"Serius enggak cerita apapun?"

"Serius mas."

"Alah, paling juga cerita masa lalu. Ayi itu kan gadis fakultas, yang abangnya kamu pacarin kan Kinar, kamu pasti tanya tanya soal abangnya dia itu, kepo kan pasti kamu. Alesan aja, ibu tahu sikap perempuan kalau nangis, pasti mikirin mantan hidupnya gimana?" celetug inggrid, sang ibu mertua membuat Kinar terdiam.

"Enggak kok bu, benaran."

"Kamu benar benar ya Kinar, ayo ikut mas!" Alex emosi menarik tangan Kinar.

"Mas ... aw .. sakit mas!" teriakan Kinar, hingga ke kamar, membuat sesak akibat tubuhnya terbentur, apalagi Alex dengan emosinya membuat Kinar tidak tahan.

Plak.

Tamparan kecil dua kali, membuat bibir Kinar berdarah. Apalagi pipi yang putih itu pun merah membuat diri Kinar menahan tangisan dan perih.

"Aku ingatin kamu untuk enggak keluar rumah lagi ya! kenapa aku baru tahu, kalau tetangga sebelah itu mantan kamu, itu adiknya yang mana cowok guru itu kan, cuma guru kok belagu. Kamu mau balikan lagi ama dia, ga usah diem diem bilang sama aku!"

Kemarahan Alex, membuat Kinar tak percaya. Hanya karena ibu mertuanya bicara asal, memanas manas kan, membuat Kinar ingin mati saja. Benar benar rumah tangga tak sehat, dimana ibu mertua selalu ikut campur, apalagi sikap mas Alex yang gampang emosi tanpa dicari lebih dulu kebenarannya.

TBC.

Terpopuler

Comments

Mr Azusi

Mr Azusi

Lanjut kak

2023-03-14

0

Syabla

Syabla

mertua kaya dia ini perlu dikarungin kak

2023-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!