Jangan Remehkan Aku
Gadis cantik berusia delapan belas tahun itu baru saja merayakan kelulusannya. Euforia setelah lulus dari seragam putih abu-abu masih menghias di wajahnya yang begitu ceria. Tapi siapa yang menyangka jika di depan sana, perjalanan panjang penuh perjuangan sudah menantinya.
"Galuh, kamu jadi ambil beasiswa di kota?",tanya Santi pada Galuh.
Galuh yang di tanya seperti itu pun hanya menggeleng perlahan.
"Kayanya ngga San. Aku mau kerja aja. Biar bisa gantiin ibuku. Kasian ibu ku kerja terus!",jawab Galuh.
"Tapi, ibu mu masih muda lho Luh. Kenapa ngga suruh nikah lagi aja? Toh ayahmu sudah lama meninggal!",celetuk Anis.
"Itu urusan ibuku. Kalo emang mau nikah lagi, ya aku ngga masalah. Yang penting ibuku bahagia. Gitu aja sih!",sahut Galuh.
Di persimpangan jalan, mereka berpisah. Jika Anis dan Santi tinggal di perumahan sekitar kota kabupaten, berbeda dengan Galuh yang tinggal di perkampungan yang bahkan akses menuju ke sananya sedikit sulit karena memang berada di daerah perkebunan.
Motor butut yang di kendarai Galuh mendadak mogok.
"Aduh, ini motor kenapa sih? Bisa di ajak kompromi dikit ngapa! Masih jauh nih jarak rumah lho!",omel Galuh pada motornya. Yang tentu saja tidak akan ditanggapi oleh motor yang hanya benda mati.
Cuaca sore itu cukup mendung, bahkan gerimis pun sudah mulai turun.
Galuh pun turun dari motornya lalu mendorong semampunya. Sesekali ia beristirahat lalu setelah di rasa cukup mengisi tenaga, ia kembali mendorong motornya.
Sudah lelah dan terasa berat mendorong beban motornya, tiba-tiba hujan pun turun. Apalagi namanya kalo bukan ,sudah terjatuh tertimpa tangga pula! Galuh hanya pasrah dan menerima kenyataan jika hari ini dia sedang tidak beruntung. Dari kejauhan, ia melihat ada tempat untuk berteduh. Paling tidak, ia bisa menunggu hujan sedikit reda.
Galuh pun memarkirkan motor butut nya yang mogok di depan sebuah gubug. Suara guntur bersahutan memuji kekuasaan sang maha pencipta. Galuh mendekap tubuh nya dengan kedua tangannya sendiri karena sudah kedinginan.
Dia menggosokkan kedua telapak tangannya untuk menghalau rasa dinginnya. Ibu nya pasti merasa khawatir karena saat ini dia belum sampai ke rumah. Tapi bagaimana dia akan mengabari ibunya? Pulsa di hape bututnya saja sudah seperti IPK cumlot.
Tiba-tiba dari arah yang tak di sangka- sangka, sebuah mobil menerjang hujan yang tanpa sengaja menabrak motor yang di parkir di depan gubuk.
Gubrakkkkk.... motor butut itu terlempar begitu saja. Galuh yang sedang kedinginan itu pun terperanjat. Begitu pula si pengendara mobil yang langsung menghentikan mobilnya yang pasti lecet karena menabrak motor butut itu.
Perlahan hujan mulai mereda, pengendara mobil itu pun keluar dari mobilnya bersamaan dengan Galuh yang menghampiri mobilnya.
"Astaghfirullah! Motorku!",pekik Galuh menghampiri roda duanya yang sudah semakin mirip barang rongsokan.
Si pengendara mobil itu yang tak lain seorang laki-laki pun bertolak pinggang melihat mobilnya yang baret karena baru saja menabrak barang rongsokan menurutnya.
"Heh, kamu! Kamu harus tanggung jawab! Kamu udah nabrak motor aku!",pekik Galuh di depan seorang laki-laki yang sepertinya terlihat orang kaya. Tapi... untuk apa anak orang kaya berkeliaran di kampung seperti ini?
"Gue? Tanggung jawab? Yang ada Lo yang harus tanggung jawab! Mobil gue baret nih. Gara-gara barang rongsokan punya Lo ngalangin jalan gue!",kata si pengendara mobil sambil mendorong bahu Galuh.
"Enak aja. Jelas-jelas kamu yang ngebut! Nabrak motor ku yang ada di depan gubuk! Kenapa malah nyalahin aku?!",bentak Galuh tanpa rasa takut.
"Heh! Kalo Lo markir motor nya bener, ga bakal itu mobil kesayangan gue nabrak barang rongsokan kaya punya Lo!"
Galuh menahan nafasnya naik turun. Dia biasa di hina. Tapi untuk kali ini, ia merasa tak terima di hina seperti itu.
Galuh menarik kerah kemeja anak laki-laki itu. Laki-laki itu melotot tak percaya jika ada gadis kampung yang berani padanya.
"Aku ngga mau tahu, pokoknya kamu harus tanggung jawab!",teriak Galuh di depan wajah si laki-laki itu.
"Gak! Gak ada tanggung jawab apa pun ya! Lo yang udah ngerugiin gue!",sahut si lelaki itu yang ternyata bernama Hans Arlingga.S.
Nama yang Galuh baca di nametag laki-laki itu.
"Aku juga rugi!",pekik Galuh. Aksi dorong mendorong pun tak terelakkan hingga mereka pun terhuyung dan jatuh bersamaan di semak yang berada di dekat kendali mereka.
"Astaghfirullahaladzim! Heh, kalian! Bisa-bisanya berbuat mesum di sini!!!",teriak seorang pria setengah baya.
Galuh dan Lingga pun bangkit bersama-sama dari posisi yang terlihat intim itu. Keduanya menggeleng bersama-sama.
Pekikan warga tadi memicu orang-orang yang melintas menjadi berhenti di tempat itu. Apalagi hujan sudah reda hanya tersisa gerimis kecil.
"Pak, ini ngga seperti yang kalian pikirkan!", kata Galuh.
"Kami ngga ngapa-ngapain pak!", lanjut Lingga.
"Bohong! Mana ada maling mau ngaku! Udah, nikahin aja mereka. Dari pada nanti bikin 'bala' gara-gara perbuatan mesum mereka."
Galuh dan Lingga saling berpandangan lalu berteriak.
"Tidak!!??"
Tapi sayang nya apa pun yang Galuh dan Lingga jelaskan pada warga tak di dengarkan sama sekali. Warga yang menemukan kedua remaja itu berada di semak pun mengarak mereka berdua untuk pergi ke tempat sesepuh di kampung itu.
Di balai warga, dua remaja yang tak saling mengenal itu di dudukan bersama.
"Berikan kartu pengenal kalian!",kata seorang pria berusia lanjut. Galuh dan Lingga menyerahkan tanda pengenal mereka.
"Kamu anak kampung sebelah?",tanya pria itu pada Galuh.
"Iya pak!",jawab Galuh.
"Panggil bapak kamu ke sini, biar dia jadi wali kamu!"
Mata Galuh membulat tak percaya. Wali? Jadi benar mereka berdua yang tak saling mengenal itu akan di nikahkan??
"Tunggu pak? Maksudnya gimana?",tanya Galuh bingung.
"Kalian harus menikah dari pada kampung kami kena azab karena ulah keji kalian!"
, kata salah seorang laki-laki yang sama-sama berusia lanjut.
"Tapi kami tidak saling kenal pak! Bahkan saya hanya....!", Lingga menggantung kalimatnya. Tidak mungkin dia mengatakan sedang KKN di desa dekat sini. Itu artinya dia bunuh diri! Teman-temannya akan mengetahui tindakan bodoh ini.
"Hei anak muda! Kamu itu laki-laki! Jadi lah laki-laki yang bertanggung jawab!",pinta bapak tua yang lain. Akhirnya, Lingga hanya bisa pasrah. Dia ingin minta tolong pada siapa?
"Pak, percaya sama saya. Saya ngga kenal mas ini. Dan kami ngga ngapa-ngapain!",kata Galuh masih kekeh.
"Cepat telpon bapak kamu!",kata pria tua itu.
"Bapak mau menelpon bapak saya di kuburan pak? Silahkan!",kata Galuh ketus. Para sesepuh itu saling berpandangan. Begitu juga Lingga yang menatap lekat gadis kecil yang di taksir usianya sekitar empat atau lima tahun di bawahnya.
"Bapak kamu ngga ada?",tanya orang yang tadi menemukan kami dalam posisi itu.
"Iya, bapak sudah almarhum. Ibu saya kerja, ngga di rumah!",kata Galuh. Dia berbicara seperti itu, berharap agar nikah dadakannya itu batal.
"Ya sudah pakai wali hakim!",kata pria itu. Galuh terperangah tak percaya. Berbeda dengan Lingga yang menatap datar orang-yang tadi memojokkannya.
"Kamu bilang dong ga mau nikah! Kita ngga ngapa-ngapain!",bujuk Galuh pada Lingga.
Belum Lingga berucap, para sesepuh sudah menyahutinya lebih dulu.
"Sudah, ngga usah banyak basa basi! Hei anak muda, apa yang bisa kamu jadikan mahar?!",kata seorang pria. Lingga mengambil dompetnya. Tidak ada isinya! Hanya ada uang tiga puluh ribu dan ATM serta kredit card.
"Saya ngga punya uang cash pak!",kata Lingga. Galuh hanya pasrah menghadapi situasi yang tidak kondusif di depan matanya.
"Itu saja, kamu punya jam tangan kan? Bisa di pakai buat mahar. Toh hanya formalitas!",ujar seseorang yang sepertinya siap menikahkan mereka berdua.
Lingga pun melepaskan jam tangan nya yang harganya lumayan mahal. Tapi ya sudahlah mungkin sebaiknya memang begini.
Acara ijab qobul dadakan pun selesai dengan kata 'sah' yang menggema.
"Kalian memang menikah siri. Secepatnya lakukan nikah di KUA untuk menghindari fitnah!",ujar salah seorang lelaki tua.
Lingga hanya terdiam. Dia menoleh pada Galuh yang terlihat membeku di tempatnya tanpa ekspresi apa pun.
"Nak!", seorang laki-laki berjanggut putih menepuk bahu Galuh dan Lingga bersama-sama. Sepasang pengantin baru itu pun menoleh.
"Mungkin kalian merasa ini sesuatu yang tak pernah terpikirkan. Tapi, asal kalian tahu. Apa yang kalian alami saat ini adalah ketentuan dari yang kuasa. Jadi, jalani lah pernikahan ini. Kalian harus belajar untuk saling membuka diri. Ingat, tidak ada yang kebetulan di dunia ini."
Usia menepuk bahu keduanya, lelaki berjanggut putih itu pergi. Tinggallah sepasang pengantin baru yang sama sekali tak saling mengenal itu.
"Gue anterin Lo pulang?!",kata Lingga. Galuh pun hanya mengangguk setuju. Toh, hari sudah mulai gelap. Nanti, dia hanya tinggal menjelaskan pada ibunya tentang apa yang baru saja terjadi.
*******
Hai... selamat datang di tulisan receh mamak berikutnya. Semoga bisa dilirik dan diminati sama para reader's ya.
Terus dukung mamak ya, apalah artinya othor tanpa kalian para reader's. Makasih ✌️✌️🙏🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Denia A
Mampir cerita aku yukk
Mantan by Denia Al
2024-03-23
0
Nur Lizza
mampir
2024-03-07
0
Anonymous
keren
2024-02-24
0