Noda Dan Luka
Vania mematung ditempatnya ketika melihat seseorang yang turun dari sebuah mobil mewah. Sudah 5 tahun berlalu kenapa Vania harus bertemu kembali dengan pria yang telah menanamkan bekas luka yang dalam dihatinya. Nodanya masih sangat membekas dihatinya.
Vania segera berjongkok di dalam toko bunga itu, ketika dia melihat pria itu berjalan ke arahnya. Jantung Vania sudah sangat berdebar kencang.
Kenapa di bisa datang kesini? Ohh Tuhan apalagi ini? Aku sudah berlari sejauh ini.
Ya, Vania sudah berlari sejauh ini hanya untuk menghindari pria itu sesuai apa yang di inginkan oleh Ibunya dulu.
Vania sudah benar-benar menjauh dari pria itu dan dia benar-benar mengorbankan banyak hal dalam hidupnya. Hanya karena dia adalah wanita lemah yang tidak mempunyai kekuatan apapun. Membuat dia harus mengalah dengan banyak hal. Termasuk pergi dari pria yang dia cintai.
Namuan kini Vania sudah benar-benar kecewa dengan pria itu. Disaat dia benar-benar menjadi pria pengecut yang berlindung di balik kekuasaan orang tuanya hanya karena dia yang tidak mau bertebggung jawab atas apa yang telah dia lakukan padanya.
"Permisi, saya ingin membeli bunga"
Deg..
Suara pria yang sangat dia rindukan meski hatinya juga begitu kecewa padanya. Vania masih terdiam di bawah meja yang berjejer bunga-bunga diatasnya.
"Be apa tidak ada penjualnya ya?"
Vania terdiam dibawah meja, dia mendengar jelas suara lembut seorang wanita yang memanggil Gara dengan panggilan kesayangan. Jika bukan istrinya, mungkin tunangnnya. Diusianya sudah cukup untuk Gara menikah.
"Tadi sepertinys ada, aku jelas melihat seseorang di toko ini" jawab Gara
"Permisi,apa ada orang di dalam? Kami ingin membeli bunganya"
"Ya ampun maaf Tuan dan Nona, kalian sudah menunggu lama ya"
Seorang wanita datang menghampiri mereka. Dan Vania jelas tahu suara siapa itu. Dia adalah Jenny, pemilik toko bunga ini. Atasan yang begitu baik pada Vania.
"Vania, kamu ngapain malah diam disitu? Itu ada pembeli kenapa kamu malah diam saja, aku kira kamu kemana"
Vania memejamkan matanya ketika dia sudah tidak bisa lagi menghindar. Dia tersenyum masam pada Jenny yang sama sekali tidak mengerti keadaan yang sebenarnya. Lalu dengan perlahan keluar dari tempat persembunyiannya.
Vania?
Gara terdiam ketika mendengar nama itu disebut oleh Jenny. Dan hatinya selalu merasa jantungnya berdebar ketika mendengar nama itu. Sosok yang tiba-tiba saja menghilang dalam hidupnya. Gara menatap punggu wanita yang baru saja keluar dari bawah meja. Dan ketika tubuh itu berbslik, Gara benar-benar mematung di tempatnya.
"Va-vania?"
Dan setelah 5 tahun berlalu, baru kali ini Vania kembali mendengar Gara memanggil namanya lagi. Keduanya terdiam dengan saling menatap lekat. Dan Vania yang lebih dulu mengalihkan pandangannya.
"Silahkan Tuan dan Nona, mau membeli bunga yang mana?"
Gara mengerjap saat tangannya tiba-tiba dirangkul seseorang. Ketika dia sadar jika disampingnya ada Yunita, istrinya.
"Be ayo kita pesan, bagusnya yang mana saja?"
Gara masih tidak bisa lepas dari tatapannya pada Vania. Entah mimpi apa sampai dia bisa kembali bertemu dengan wanita itu. Wanita yang selama beberapa tahun ini dia cari kberadaannya. Namun pantas saja dia tidak menemukan Vania dimana pun, karena ternyata gadis itu berlari begitu jauh dari Ibu kota.
"Terserah kamu saja, aku akan menuruti apa pilihanmu"
Yunita tersenyum mendengarnya, memang suaminya ini selalu menyerahkan semuanya pada keputusan Yunita, karena Gara bilang jika dia selalu percaya pada setiap keputusannya.
"Baiklah, kalau begitu aku saja yang memilihnya"
Vania hanya menundukan kepalanya ketika dia mendengar percakapan pasangan di depannya ini. Sementara terus menatap Vania dengan tatapan penuh kerinduan.
"Saya ingin membeli bunga cukup banyak untuk dekorasi resepsi pernikahan kita yang sempat tertunda suamiku ini yang sangat sibuk..." Yunti terkekeh kecil. "...Emm, apa bisa diantar bunganya ke lokasi acara kami nanti?"
Ternyata dia memang sudah menikah, istrinya juga sangat cantik dan tentunya sangat sepadan dengannya. Apalah aku dulu, yang hanya seorang gadis miskin.
"Bisa Nona, anda mau pesan berapa bunga? Nanti akan saya antarkan satu hari sebelum acara agar bunganya tetap segar"
Yunita tersenyum, dia memegang beberapa bunga dan mencumnya, wangi bunga-bunga disini benar-benar membuat indra penciuman sangat nyaman menghirup aromanya.
"Kalau begitu saya pesan ini, ini dan ini. Oh, itu juga bagus" Yunita menunjuk beberapa jenis bunga yang menurutnya sangat indah dan cocok untuk hiasan di acara resepsi pernikahannya dengan Gara.
"Baik Nona, akan saya catat semuanya"
Yunita menoleh pada suaminya yang sejak tadi hanya diam ditempatnya berdiri. "Be aku sudah memilih beberapa bunga. Kamu tinggal membayarnya"
Gara mengerjap, dia tersadar dari setiap pemikirannya tentang Vania. Kenapa gadis itu ada disini dan kenapa dia bersikap seolah tidak mengenalnya dan mengacuhkannya. Padahal seharusnyakan dia yang marah karena Vania yang tiba-tiba saja menghilang dari kehidupannya.
"Baiklah aku akan membayarnya. Apa bisa aku meminta nomor rekeningnya?"
Vania mengangguk, lalu di berbalik dan berjalan ke arah tangga untuk memanggil Jenny yang berada di lantai atas ruko ini.
"Kak, Kak Jenny ini sudah mau pembayaran"
"Iya"
Jenny turun ke lantai bawah ruko ini dan menghampiri pelanggan toko. "Baik Tuan apa akan melakukan pembayaran dengan cash?"
"Tidak, aku akan transfer saja. Tolong berikan nomor rekeningmu"
Jenny mengangguk, dia segera memberikan apa yang Gara minta. Dan proses pembayaran selesai. Jenny membungkukan tubuhnya dan mengucapkan terima kasih pada pelanggannya itu.
"Nanti akan aku kirimkan alamatnya dan tanggal bunganya harus dikirim ya" kata Yunita
Jenny mengangguk. "Baik Nona, terima kasih karena sudah mempercayai toko kami"
Vania hanya melirik sekilas pada pasangan itu. Langsung mengalihkan pandangannya ketika Gara yang menoleh dan menatap ke arahnya sebelum dia pergi dari toko bunga ini.
Jenny berbalik dan menatap Vania dengan sedikit heran. Karena baru kali ini dia melihat Vania yang melakukan hal seperti tadi. "Vani, kamu ngapain ngumpet dibawah meja tadi?"
Vania menatap ke arah Jenny dengan helaan nafas panjang. "Tidak papa Kak, tadi ada tikus dibawah meja jadi aku berniat membunuhnya. Tapi tikusnya keburu kabur. Hehe"
Jenny tersenyum sambil menggelngkan kepala pelan. "Dasar kamu ini, yaudah sekarang kamu jaga toko dulu. Aku ada urusan keluar sebentar"
"Iya Kak"
######
Diperjalana Gara hanya diam saja, dia masih memikirkan tentang pertemuannya dengan Vania di kota ini. Dan diamnya Gara sudah menjadi hal yang biasa bagi Yunita. Karena memang dia adalah pria dingin yang sangat irit bicara menurut Yunita.
"Emm. Yu, aku harus pergi lagi. Ada urusan sebentar" kata Gara ketika dia telah mengantar Yunita ke apartemen.
Yunia mengangguk pelan. "Baiklah, hati-hati dijalan ya"
Cup..
Yunita mengecup pipi Gara sebelum dia turun dari dalam mobil.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Indah Alifah
kdri awal rada2 berat konfliknya aku suka clbk yah👍
2024-09-16
0
վմղíα | HV💕
hadit thor,mampir juga kecerita ku 👃
2023-03-29
0
uyhull01
mampir kak
2023-03-27
0