Keadaan Gevin yang sudah lebih membaik dari hari kemarin, membuat Vania bisa lebih teang saat harus meninggalkannya bersama Ibu di rumah dan Vania kembali berangkat bekerja. Vania turun dari angkutan umum tepat di depan toko bunga. Namun dia cukup terkejut saat melihat sebuah mobil yang terparki di depan toko bunga yang belum buka sama sekali.
"Apa sudah ada yang mau membeli bunga ya? Padahal toko juga blum buka"
Vania berjalan perlahan mendekati mobil itu, sampai pintu mobil terbuka dan seseorang keluar dari sana. Tubuh Vania mematung seketika saat mengetahui siapa orang pemilik mobil itu.
Gara, mau apa lagi dia datang kesini? Bukankah aku sudah menjelaskan apa alasan aku meninggalkannya. Seharusnya Gara sudah cukup puas dengan itu dan tidak datang lagi kesini.
Vania merasa ragu saat dia melihat tatapan Gaara yang terlihat begitu dingin padanya. Vania mencoba untuk bersikap biasa saja, dia melangkah ke arah toko tanpa menghiraukan keberadaan Gara disana. Mengeluarkan kunci ruko dari dalam tasnya dam segera membuka toko.
Melihat sikap acuh Vania, semakin membuat Gara kesal dibuatnya. Dia mengikuti Vania masuk ke dalam toko bunga ini. Gara masih belum mempunyai kejelasan tentang kabar yang tidak sengaja dia dapat kemarin tentang Vania itu.
Gara yang bertanya keberadaan Vania pada Jenny kemarin, tidak terjawab karena tiba-tiba saja ada pelanggan yang berdatangan, membuat Jenny sibuk dan tidak bisa meladeni Gara lagi.
Vania menghela nafas pelan ketika dia sadar jika Gara memang mengikutiya masuk ke dalam ruko. "Ada apa lagi kamu datang kesini? Pesanan bunga untuk acara resepsi nya akan diantar besok pagi."
"Aku tidak ingin menanyakan tentang pesanan bunga. Aku hanya ingin bertanya tentang anakmu"
Deg..
Vania yang sedang menata beberapa bunga diatas meja seketika langsung terdiam. Dia menoleh dan menatap Gara dengan tatapan terkejut.
"Apa maksudmu? Aku tidak mempunyai anak"
Gara berjalan mendekat pada Vania, memegang lengan gadis itu dan membalikan tubuhnya dengan gerakan cepat. Gara memojokkan tubuh Vania yang terhalang oleh meja. Membuat Vania benr-benar tidak bisa pergi menghindar kemana pun.
"Kau yakin jika ku tidak mempunyai anak?"
Vania memalingkan wajahnya, tidak mau sampai Gara mengetahui kebohongannya. "Tentu saja, mamangnya sejak kapan aku mempunyai anak. Kau ini aneh, mana mungkin aku mempunyai anak"
"Tatap mata aku!" Gara meraih dagu Vania dan menginginkan gadis itu untuk menatap ke arahnya agar Gara tahu apa Vania berkata jujur atau hanya berbohong.
Vania tetap tidak berani menatap mata Gara. Dia menundukan pandangannya. "Aku memang tidak mempunyai anak, kenapa kau menanyakan hal aneh begitu"
"Melihat sikapmu yangseperti ini, membuat aku yakin jika kamu memang sedang berbohong padaku. Katakan siapa Ayah dari anakmu itu?"
Vania benar-benar terdiam dan tidak bisa menjawab apapun lagi. Dia sudah mulai terpojok dengan Gara saat ini. Bingung harus mengatakan apa.
Gara mencengkram agu Vania dan mengangkat wajahnya. Gara menatap mata Vania dengan lekat. Jelas dia tidak akan bisa dibohongi oleh gadis di depannya ini.
"Jawab aku, apa benar kau mempnyai seorang anak?!"
"Ak-aku..."
"Permisi, saya ingin membeli bunga"
Vania menghembuskan nafas lega saat ada pelanggan pertama yang datang ke toko. Sepertinya Vania harus berterima kasih banyak pada pembelinya ini. Karena dia sudah benar-benar menyelamatkan darinya dari tekanan Gara barusan.
Vania mendorong tubuh Gara yang mengukungnya itu dan segera melayani pembeli yang baru saja datang. "Iya Kak,silahkan mau membeli bunga yang mana?"
"Saya butuh bunga untuk pacar saya, hari ini dia ulang tahun. Kira-kira bunga apa ya yang cocok"
"Emm, Sebentar ya" Vania memilihkan beberapa bunga yang menurutnya snagat cocok sebagai ungkapan cinta seseorang pada orang yang dicintainya. Vania mulai merangkai buket bunga itu dengan kartu ucapan yang romantis. Sesekali Vania melirik ke arah Gara yang duduk di kursi kayu yang ada di toko ini.
Selesai pembeli pertama dilayani oleh Vania dengan baik. Kini tinggal Vania dan Gara yang ada di ruko ini. Vania juga bingung kenapa Gara tidak menyerah juga sampai sekarang.
Kenapa dia masih saja berdiam disini.
Vania menyibukkan diri dengan merapikan beberapa bunga, bahkan yang sudah rapi juga dia kembali rapikan.Yang terpenting Vania bisa menghindar dari Gara an segala pertanyaannya.
Ya Tuhan, lagian kenapa dia bisa mengetahui tentang keberadaan Gevin. Apa dia menyelidiku selama ini?
"Sampapi kapan kau akan terus melakukan itu. Apa kau masih akan bungka,m tentang anakmu itu"
"Sudah aku bilang jika aku tidak mempunyai anak, kenapa kau sangat tidak percaya dan terus memaksa aku untuk mengakui jika aku mempunyai anak. Sudah aku bilang jika aku tidak mempunyai anak"
Gara berdiri dan berjalan mendekat ke arah Vania. Memeluk tubuh gadis itu dari belakang. Membuat Vania benar-benar tidak mempunyai waktu untuk menghidar.
"Aku tahu kau berbohong, karena sampai saat ini kau masih Vania yang tidak pandai berbohong padaku. Jadi, katakan siapa Ayah dari anakmu itu? Apa dia adalah anakku?"
Deg
Tubuh Vania memegang mendengar itu. Tida. Gara tidak boleh sampai tahu tentang kebeardaan Gevin saat ini. Vania tidak siap jika dia harus kehilangan Gevin juga. Cukup sekali saja Vania kehilangan orang yang dia cintai. Jangan sampai Vania harus kehilangan Gevin juga.
"Tidak, aku tiadk..."
Cup..
Vania terdiam saat Gara yang tiba mencium pipinya. Kenapa perasaannya masih sama. Jantungnya langsung berdegup kencang saat Gara mengecup pipinya.
"Jawab yang sebenarnya, kenapa kau asih mencoba menutupi kenyataan yang ada"
Vania menghela nafas dan memejamkan matanya dengan helaan nafas panjang.Saat ini dia benar- benar tidak bisa menghindar atau memberi alasan apapun lagi.
"Ya aku mempunyai seorang anak, lalu apa urusannya denganmu"
Gara langsung melepaskan peluknnya dan membalikan tubuh Vania agar menatap ke arahnya. "Tentu ada urusannya denganku, karena aku adalah Ayah dari anak itu"
Vania menatap Gara dengan tatapan penuh luka dan rasa takut jika Gara akan mengambil sumber kekuatan dalam hidupnya. Jika tidak ada Gevin, tidak mungkin Vania masih bisa menjalani hidupnya sampai saat ini. Gevin adalah sumber semangat dan kebahagiaannya saat ini.
"Lupakan tentang apa yang kau ketahui hari ini. Kembali pada istrimu dan hidup bahagia dengannya. Jangan menganggu hidupku dan anakku. BIarkan kami hidup tenang dan bahagia. Biarkan selamanya Gevin tidak perlu mengetahui tentang keberadaan Ayahnya"
Mendengar itu, tentu saja membuat Gara sedikit emosi. Mana mungkin dia bisa diam saja ketika tahu jika dirinya telah mempunyai seorang anak.
"Aku tidak bisa melakukan itu, aku tetap ingin bertemu dengan anakku. Karena aku juga Ayahnya, aku berhak atas dia"
Aku hanya ingin bisa mempunyai alasan lagi untuk bisa bersamamu Vani, karena sampai saat ini hatiku masih milikmu.
Kisah rumit yang baru saja dimulai.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Cerita Aveeii
terima kasih sdh dibantu promo thor 🙏
2023-03-19
0
Nanik Purnomo
marathon
2023-03-09
0