Vania pulang ke rumah seperti biasa, pukul tuju malam ketika toko tutup. Sebenarnya dia sudah sangat malu karena selama 5 tahun ini hanya tinggal menumpang di rumah Jenny dan ibunya. Jenny dan Ibu memang sudah seperti malaikat yang menolong Vania di saat tersulit dalam hidupnya.
"Ibu.." Suara anak kecil berusia empat tahun langsung menyambut kepulangannya ke rumah ini. Vania berlutut di atas lantai dan merentangkan tangannya untuk anaknya memeluknya.
"Gevin baik-baik 'kan di rumah? Tidak menyusahkan Nenek 'kan?"
Bocah laki-laki itu mengangguk dan teersenyum. "Iya Bu, Gevin menurut sama Nenek"
Vania tersenyum melihat anaknya yang selalu mendengarkan ucapannya. Bersyukur karena Vania mempunyai anak yang begitu baik dan menurut padanya. Mungkin Gevin mengerti keadaan ibunya yang membesarkan dia seorang diri.
"Baguslah, anak pintar" Vania mengelus kepala anaknya dengan tersenyum bangga padanya. Lalu Vania berdiri dan berjalan menghampiri Ibu yang duduk di atas sofa. Menyalami Ibu dengan sopan.
"Terima kasih sudah menjaga Gevin hari ini ya Bu. Maaf jika Vania selalu merepotkan Ibu dan Jenny"
"tidak Nak, justru bu senang karena ada teman saat berada di rumah. Kehadiran Gevin benar-benar membuat Ibu tidak lagi merasa kesepian. Jadi kamu tidak perlu merasa tidak enak seperti itu pada Ibu"
"Iya Vani, lagian Ibu selalu menekan aku untuk segera memberinya cucu. Tahu sendiri jika aku saja belum menikah, man mungin aku bisa memberinya cucu" Jenny duduk di samping Ibu.
Vania tersenyum mendengar itu, memang seperti itu jika dia kembali ke rumah ini. Vania bisa merasakan hal yang hampir tidak dia rasakan selama ini. Dia hanya seorang anak yatim piatu yang dititipkan di sebuah panti asuhan oleh Paman dan Bibinya.
"Ibu ayo ke kamar, Gevin sudah mengantuk"
Vania menoleh pada anaknya yang mengucek matanya karena mengantuk. Vania langsung menggendong Gevin. "Yaudah B, Kak aku bawa Gevin ke kamar dulu"
"Iya Nak, kasihan Gevin, dia sudah mengantuk sejak tadi tapi tetap ingin menunggumu pulang"
Vania mengangguk, lalu dia segera membawa Gevin ke kamar yang ditempati mereka. Menidurkan Gevin dengan terus mengelus kepala anak itu. Vania menatap wajah tenang anakya yang sudah terlelap. Wajah Gevin yang nyaris menyerupai Ayahanya.
"Maafkan Ibu Nak, karena Ibu tidak bisa memberikan kamu kebahagiaan yang lengkap seperti kebanyakan anak lainnya. Tapi Ibu berjanji akan berusaha sebisa Ibu untuk membuat kamu bahagia"
Vania menghela nafas pelan ketika dia mengingat pertemuanya dengan Gara tadi siang. Kedatangan Gara dalam hidupnya kembali hanya membuka luka lama dalam hati Vania.
#####
Sepasang kekasih yang tertidur dengan saling berpelukan dan tubuh yang sama-sama polos. Vania bangun lebih dulu saat cahaya matahari mulai masuk lewat ventilasi kamar kost nya ini. Mengerjap pelan dan menatap wajah laki-laki yang saat ini sedang memeluknya.
Aku tidak percaya jika semalam kami telah melakukannya.
Vania memang sangat mencintai Gara yang sekarang telah menjadi kekasihnya selama satu tahun ini. Gara adalah seniornya di kampus. Ya, Vania juga sadar jika status sosial diantara mereka akan cukup menjadi penghalang untuk hubungan mereka. Itu sebabnya sampai saat ini Gara belum bisa mengajaknya bertemu dengan orang tuanya. Padahal hubungan mereka juga sudah lama berpacaran.
Gara terbangun dari tidurnya saat merasakan sentuhan tangan di pipinya. Gara tersenyum saat melihat wajah kekasih hatinya. Dia memegang tangan Vania yang berada di wajahnya dan mengecupnya dengan lembut.
"Sayang, setelah ini aku akan menemui orang tuaku dan memberi tahu mereka jika aku akan menikahimu"
######
Semua itu hanya kebohonganmu, karena setelah kejadian itu kau menghilang tanpa kabar.
Vania meremas seprei ketika diamengingat kembali apa yang terjadi diantara dirinya dan Gara saat itu. Vania benar-benar merasa dibohongi saat itu. Namun kehadiran Gevin sama sekali tidak akan pernah Vania sesali, karena dia merasa tidak lagi kesepian. Meski pada awal kehamilan tidak mudah bagi Vania.
Vania turun dari atas tempat tidur dan segera keluar untuk mandi dan segera bersih-bersih.
Ditempat yang berbeda, namun di kota yang sama, Gara tidak bisa tertidur malam ini. Dia masih memikirkan tentang kejadian tadi siang. Tentang ucapan Vania yang mengatakan jika dia meninggalkan Gara karena tidak mencintainya lagi.
Rasanya aku tidak percaya jika dia pergi meninggalkan aku karena dia yang sudah tidak mencintaiku. Jelas sekali jika dia mengatakan itu tanpa melihat wajahku. Aku harus menemuinya kembali besok.
Gara melirik ke sampingnya dan melihat Yunita yang terlelap dengan membelakanginya. Helaan nafas panjang terdengar dari mulut Gara. Dia benar-benar sangat bingung dengan keadaan saat ini.
Dan besok paginya Gara benar-benar kembali datang ke toko bunga Vania. Dan gadis itu tidak ada disana, hanya ada Jenny saja,
"Loh Tuan yang kemarin 'kan, ada apa Tuan? Bukannya bunganya harus diantar lusa ya?"
"Dimana penjaga toko yang kemarin ada disini?"
"Ohh Vania ya, dia tidak masuk hari ini karena anaknya sedikit demam"
Anak? Vania mempunyai anak?
Gara benar-benar terkejut dengan yang dia dengar barusan. "Maksudnya dia sudah mempunyai anak? Emm. Padahal dia masih muda ya"
Gara sengaja mengatakan itu seolah dia tidak teerlalu ingin tahu. Gara takut jika Jenny tidak akan memberi tahunya tentang Vania jika Gara menunjukan keingin tahuannya.
"Ya, dia memang mempunyai anak diusia muda karena ulah pria tidak bertanggung jawab"
Deg..
"Dimana dia sekarang?"
######
Vania menghela nafas pelan ketika suhu tubuh anaknya sudah kembali turun. Dia mengelus kepala anaknya dan mengecupnya dengan lembut.
"Maaafkan Ibu ya Sayang, karena Ibu belum bisa menjadi Ibumu yang baik"
'"Kamu sudah menjadi Ibu yang baik untuk Gevin Nak..." Ibu masuk ke dalam kamar dan menghampiri Vania yang sedang menjaga anaknya yang sedang sakit. "...Bagaimana keadaannya?"
Vania menoleh pada Ibu dan tersenyum. "Sudah lebih baik Bu, panasnya juga sudah turun"
Ibu duduk di pinggir tempat tidur dan mengelus lembut lengan Gevin. "Kemarin dia kembali menanyakan tentang Ayahnya, Nak. Dan Ibu juga dengar dari Jenny jika kamu telah kembali bertemu dengan Ayahnya Gevin"
Vania menghela nafas pelan, dia tahu bagaimana anaknya juga merindukan Ayahnya. Namu, Vania tetap tidak bisa memberi tahunya karena takut jika Gevin akan kecewa.
"Ayahnya Gevin sudah mempunyai istri Bu, Vania tidak mau jika harus merusak pernikahan orang lain"
Ibu menghela nafas pelan, dia tahu bagaimana posisi dan keadaan Vania yang sangat sulit saat ini. "Tapi jika suatu saat Ayahnya Gevin mengetahui tentang keberadaan Gevin, bagaimana? Kamu tidak bisa terus menyembunyikan Gevin"
"Aku rasa tidak mungkin dia mengetahuinya Bu, lagian dia sudah menikah dia juga bisa memiliki anak dari istrinya yang sekarang"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
uyhull01
Jeni mngatakn itu karna gal tau bhwa yng d ajak bicara nya adlh ayah dri Gevin,
2023-03-27
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
kamu telat Vania gara udh tau kl mau udah punya anak
2023-03-03
0