Gara begitu terkejut saat tiba-tiba Vania berlutut di depannya dengan tangisan yang pecah. Gara ikut berjobgkok dan ingin membantu Vania untuk kembali berdiri.
"Tolong jangan ambil Gevin dari kehidupanku. Dia adalah segalanya untukku. Dia adalah sumber semangat dalam hidupku. Hiks... Aku hanya mempunyai dia dalam hidupku.Tolong jangan ganggu aku lagi. Jangan buat hidupku semakin sulit... Hiks..Hiks..."
Deg..
Gara terdiam dengan hatinya yang merasa sangat ngilu ketiika mendengar ratapan dari Vania. Jelas sekali jika gadis itu begitu terluka selama ini. Gara ingin memeluk Vania, namun tangannya tertahan karena dia merasa telah menjadi sumber lukadan penderitaan dari gadis itu. Membuat Gara tidak sanggup melihat Vania yang seperti ini. Dia memilih pergi untuk memberi waktu Vania agar dia bisa lebih menenangkan dirinya.
Vania mendongak saat menyadari kepergian Gara dari hadapannya. Tangisnya semakin pecah dan kencang. Vania merasa jika hidupnya saat ini sangat berat.
"Tuhan, kenapa dia harus kembali lagi? Aku hanya tidak mau merusak pernikahan dia dan istrinya dan aku juga tidak mau kalau Gara sampai mengambil Gevin dari hidupku... Hikss"
Seolah takdir sedang mempermainkan Vania saat ini. Setelah banyak hal yang dia lewati dan Vania juga sudah mulai bisa menjalnai hidupnya dengan nyaman bersama anaknya. Kenapa Gara harus kembali hadr dalam hidupnya dan membuat hidup Vania kembali hancr. Hatinya begitu hancur saat Vania mengetahui jika Gara telah menikah.
Pria yang membuat hidupnya hancur, malah bisa hidup bahagia dengan istrinya. Lalu sekarang kenapa dia harus datang kembali dalam kehidupan Vania dan membuatnya tkaut. Takut jika Gara akan mengambil Gevin dari hidupnya.
Sementara di dalam mobil, Gara sedang memikirkan ucapan Vania tadi. Jadi selama ini dirinya telah mempunyai anak dari kekasihnya yang hilang tiba-tiba. Gara benar-benar masih merasa tidak percaya dengan fakta yang baru saja dia ketahui.
Gara menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Dia tidak bisa menyetir dengan keadaan pikiran yang sangat kacau seperti saat ini. Gara menempelkan keningnya di kemudi, benar-benar sangat kacau pikirannya saat ini. Apalagi ketika dia mendengar ucapan Vania tadi yang penuh kepiluan dalam hidupnya.
Arghh..
Gara memukul kemudi dengan kesal. Dia bingung harus melakukan apa saat ini, ketika jelas sekali dia melihat bagaimana rapuhnya Vania saat Gara kembali hadir dalam hidupnya.
"Tuhan aku harus melakukan apa? Aku mencintainya, tapi keadaan saat ini tidak bisa membuat aku bersama dengannya. Apa yang harus aku lakukan saat ini?"
Gara benar-benar frustasi dengan keadaan saat ini. Dia mencintai Vania, tapi dia juga sudah terjebak dengan pernikahannya bersama Yunita. Pernikahan yang sebenarnya tidak Gara inginkan.
######
"Kenapa aku harus menikahinya Pa? Aku tidak menyukainya, aku tidak ingin menikah dengan wanita yang tidak aku cintai"
"Terusa kau ingin menikah dengan siapa? Dengan wanita yang meni nggalkan kamu tanpa alasan apapun itu. Ayolah, mau sampai kapan kamu menunggu dan terus mencari wanita itu?"
Gara tahu jika Yunita memang suah lama menyimpan perasaan yang lebih padanya. Namun apa yang dia rasakan sama sekali tidak Gara rasakan, karena sampai saat ini dia hanay mencintai Vania yang meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
"Sudahlah, Papa tidak mau mengecewakan keluarga Yunita. Mereka sudah sangat berharap padamu. Jadi, menikahlah dengan Yunita. Sudah tidak ada waktu untuk kamu mencari wanita itu. Karena saat ini, waktu kamu sudah habis. Papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu, jadi turuti apa yang Papa katakan"
Papa berlalu dari kamar Gara setelah dia memberi keputusan yang tidak bisa dibantah oleh Gara.
Gara yang duduk di pinggir tempat tidur, mengusp wajah kasar atas keputusan Papa barusan. "Vania, sebenarnya kamu kemana Sayang/ Kenapa sampai saat ini aku tidak bisa menemukan kebeardaanmu. Apa salahku hingga kau memilih pergi tanpa memberi kabr apapun padaku"
######
Vania melayani pembeli hari ini dengan kurang bersemangat. Dia yang biasanya ramah dan murah senyum, kini berubah menjadi Vania yang pendiam dan tidak banyak bicara. Keceriaanya seolah hilang begitu sja.
Jenny yang baru datang ke toko di siang hari juga merasa bingung dengan sikap Vania yang tiba-tiba berubah menjadi gadis pendiam seperti itu.
"Vani, sebenarnya kamu kenapa? Aku lihat sejak tadi kamu aneh sekali, berubah menjadi sosok yang pendiam. Tidak seperti Vania yang biasanya"
Vaniayang sedang duduk di kursi yang berdampingan dengan kursi yang di duduki oleh Jenny, langsung menoleh pada Jenny. "Aku sedang bingung, Kak"
"Bingung kenapa? Apa sedang ada masalah?"
Vania menghela nafas pelan, dia sedang benar-benar takut jika Gara akan mengambil Gevin dari kehidupan Vania. "Kak, Ayahnya Gevin mengetahui tentang keberadaan Gevin. Aku juga tidak tahu darimana di tahu tentang keberadaan Gevin. Tapi tai pagi dia datang dan mennyakan tentang Gevin"
"Ya ampun Va, kenapa bisa seperti itu. Lagian dari mana dia tahu tentang keberadaan Gevin"
Disini Jenny masih belum menyadari jika dialah yang telah memberi tahu tentang keberadaan anak Vania pada Gara. Karena Jenny juga belum mengetahui siapa Ayah Gevin yang sering Vania sebutkan. Tapi Vania juga belum pernah menyebutkan nama Ayah dari anaknya itu jika dia sedang bercerita tentang Ayahnya Gevin.
Jenny merangkul bahu Vania, mencoba untuk memberinya ketenangan atas apa yang di hadapi Vania ssat ini. "Sabar Va, kamu pasti bisa melewati semua ini kok. Waktu lima tahun saja bisa kamu lewati dengan baik, jadi semua masalah ini juga pasti bisa kamu lewati. Aku tahu jika kamu itu adalah wanita yang kuat dan hebat"
Vania hanya tersenyum mendengar itu,dia merasa bersyukur karena bisa menemukan sosok Jenny yang begitu baik dan tulus padanya. Mau menampung dirinya dan Gevin tanpa syarat apapun. Padahal Vania bukanlah saudaranya.
"Terima kasih ya Kak karena sudah banyak membantu aku dan mau menerima ku dan Gevin di kehidupan Kakak"
"Iya Va, kamu itu sudah seperti adikku sendiri. Justru sejak kehadiran kamu dan Gevin membuat suasana rumah yang jadi ramai. Ibu juga leibih ceria dimasa tuanya ketika ada Gevin dalam hidupnya"
Vania tersenyum, dia jadi teringat saat pertemuan pertama dirinya dan Jenny.
######
Vania memutuskan pergi dari Ibu Kota ketika sudah tidak punya harapan apapun lagi disana. Kekasihnya saja menyuruhnya untuk pegi dari kehidupannya. Jadi apalagi yang Vania harapkan disana. Meski Vania juga tidak tahu kemana tujuannya saat ini. Dia pegi jauh dari Ibu Kota.
Berjalan di atas trotoar dengan pikiran yang kacau dn tidak tahu kemana tujuannya. Vania mngelus perutnya, baru saja dia akan memberi tahu Gara tentag kehamilannya ini. Namun, Vania harus dikejutkan dengan kenyataan jika Gara sudah tidak mau Vania berada di sampingnya lagi. Membuat Vania benar-benar kecewa dengan hal itu.
Terlalu banyak pikiran dan melamun, membuat Vania yang tidak sadar jika langkah kakinya membawanya ke engah jalan tanpa melihat sisi kanan dan kiri.
"Awasss...!"
Vania mengerjap kaget ketika teriakan keras itu terdengar begitu nyaring ditelnganya. Vania menjatuhkan tas besar yang dia tenteng dan tiba-tiba matanya mulai berkunang-kunang.
Brukk..
Vania jatuh pingsan dan tidak taahu apalagi yang terjadi setelah itu. Hingga dia terbangun di rumah Jenny yang ternyata tadi hampir menabraknya dengan motor. Dan sejak itu, Vania tinggal di rumah Jenny dan Ibu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments