Vania yang sedang merapikan beberapa bunga di atas meja di ruko itu, langsung terdia saat sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti didepan toko. Vania terdiam saat melihat orang yang keluar dari mobil itu. Dia sudah menduganya jika tidak mungkin kalau Gara tidak kembali datang menemuinya.
Gara langsung masuk ke dalam toko tanpa mengucapkan apapun. Vania hanya berdiri diambang ditempatnya dan menatap Gara dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Jadi kenapa?"
Vania menatap bingung pada Gara yang menanyakan hal itu. "Untuk apa datang kesini lagi?"
Gara menatap Vania dengan tatapan dingin, sungguh hatinya tetap berdebar ketika Gara kembali melihat keberadaan Vania di depannya. Gara berjalan mendekati Vania yang seketika langsung memundurkan langkahnya. Hingga Vania benar-benar tidak bisa lagi bergerak ketika tubuhnya terpojok di meja tempat bunga-bunga berjejer. Gara langsung mengukung tubuh Vania. Kedua tangannya berada di sisi tubuh Vania, bertumpu pada meja.
Debaran jantung keduanya saling berlomba cepat. Vania menatap Gara dengan matanya yang mulai berkaca-kaca. Sungguh meski Vania sangat kecewa pada apa yng dilakukan oleh Gara padanya di masa lalu. Tapi hatinya tetap tidak bisa berbohong jika masih merindukan pria di depannya ini.
"Kenapa kau pergi meninggalkan aku? Kenapa kau menghilang begitu saja dari kehidupanku? Apa alasannya Vani? Apa? Jawab aku!"
Vania menatap Gara dengan lekat, dari tatapannya benar-benar tersirat luka yang mendalam. "Kamu tanya aku, kenapa aku meninggalkan kamu? Apa kamu lupa atau hanya pura-pura lupa? Jelas kamu sendiri yang meminta aku untuk pergi dari kehidupanmu. Tapi kamu benar-benar sangat pengecut, karena kamu tidak beerani mengatakan secara langsung padaku"
Gara mengrutkan keningnya, dia benar-benar tidak mengerti apa yang baru saja diucapkan oleh Vania barrusan. "Apa maksudmu? Aku jelas terus mencarimu kemana-mana. Mana mungkin aku yang menyuruhmu pergi dariku. Kau jangan mencari alasan jika tidak mau mengakui kesalahanmu!"
Vania mendorong tubuh Gara hingga pria itu mundur dua langkah. Dia masih tidak percaya dengan Gara yang malah menyalahkannya. Padahal jelas sekali jika Gara yang memintanya untuk peergi dari kehidupannya 5 tahun yang lalu. Gara telah menghancurkan hidupnya.
"Sekarang lebih baik kamu pergi dan jangan temui aku lagi. Kau juga sudah mempunyai istri, jadi pergi sebelum istrimu tahu tentang pertemuan kita ini"
Gara menahan tangan Vania ketika gadis itu siap pergi dari hadapannya. "Tunggu! Kau harus menjelaskan dulu, kenapa kau pergi meninggalkan aku?"
Vania menatap lengannya yang di pegang oleh Gara. Lalu dengan perlahan dia melepaskan cekalan tangan Gara dilengannya. "Jika memang kau ingin mengetahuinya, karena aku sudah tidak mencintaimu!"
Deg..
Gara terdiam mendengarnya, jadi Vania meninggalkannya karena dia sudah tidak mencintainya lagi. Lalu apa gunanya selama ini Gara mencari-cari keberadannya jika Vania sudah tidak lagi mencintainya.
Vania berlalu ke arah tangga setelah dia mengatakan hal yang berbanding terbalik dari apa yang dirasakan hatinya saat ini.
"Baiklah jika memang itu adalah jawabanmu, aku akan terima. Tapi kau perku tahu jika sampai saat ini perasaanku padamu tidak pernah berubah"
"Jika kau bicara seperti itu seribu kali pun padaku, jelas aku tidak akan mempercayainya. Karena kau tidak mungkin menikahi wanita lain jika benar kau masih mempunyai perasaan yang sama seperti dulu padaku"
Vania berlalu ke lantai atas ruko ini, dia tidak bisa terlalu lama berada di depan Gara. Hatinya tidak akan kuat jika terus berada di depan Gara. Setelah dia menutup pintu, Vania bersandar di pintu yang tertutup. Air mata yang sejak tadi dia tahan, langsung luruh begitu saja di pipinya.
"Aku tidak mau sampai dia mengetahui semuanya. Apalagi saat ini dia telah menikah. Jangan sampai Gara mengetahui tentang keberadaan Gevin"
######
Gara masih berdiri di tempatnya dengan mengusap wajah kasar. "Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku menikahinya jelas bukan karena cinta"
Gara kembali pulang dari toko bunga, dia berjalan masuk ke dalam apartemennya dengan wajah lesu. Dia benar-benar bingung dengan sikap Vania yang tidak dia kenal seperti Vania yang dulu.
"Be kamu sudah pulang?"
Gara tersadar jika ada Yunita di ruang tengah. Saking dia tidak fokus pada keadaan di sekitarnya. Gara menoleh pada Yunita. "Iya Yu, ada apa?"
"Kamu kenapa si? Apa ada masalah?"
Yunita berdiri dari duduknya diatas sofa, berjalan menghampiri Gara yang terlihat kacau itu. Yunita mengelus dada Gara, namun tangannya langsung di tepis pelan oleh Gara. Yunita menghela nafas pelan, dia sudah terbiasa dengan perlakuan suaminya ini.
"Maaf Yu, aku sedang lelah jadi aku mau istirahat sebentar"
Yunita menatap Gara yang berlalu dari hadapannya. Dia hanya menghela nafas pelan, sudah sangat terbiasa dengan sikap dingin suaminya itu.
Didalam kamar mndi, Gara sedang berendam di dalam bak mandi. Mencoba merilekskan tubuh dan fikirannya yang lelah.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi di masa lalu? Kenapa Vania berkata jika aku yang telah memintanya untuk pergi, padahal jelas aku sangat mencintainya dan tidak mungkin melakukan hal itu"
Sampai saat ini Gara benar-benar tidak tahu dan tidak mengerti dengan ucapan Vania saat di toko bunga tadi. Gara tidak merasa pernah menyurunya untuk pergi, tapi kenapa Vania bisa menanyakan hal itu.
Sebenarnya apa yang telah terjadi?
######
Jenny baru saja kembali ke ruko dan melihat toko yng kosong. Dia segera naik ke lantai atas toko dan melihat Vania yang duduk di atas lantai dengan memeluk lututnya sendiri. Tentu saja pemandangan itu membuat Jenny panik dan terkejut.
"Vani, kau kenapa?"
Vania mendongak dan menatap Jenny dengan mata yang basah dan tatapan yang benar-benar menunjukan jika dirinya terluka.
"Kak... Hiks"
Jenny langsung memeluk Vania tanpa banyak bertanya apapun padanya. Jenny tahu jika yang diperlukan Vania saat ini adalah sebuah pelukan, bukan sebuah pertanyaan 'kau kenapa? Ada apa? Karena semua itu malah semakin membuat Vania menangis dan bingung untuk menjelaskannya.
Jenny menuntun Vania untuk duduk diatas sofa, mencoba menenangkan Vania dan membiarkan gadis itu memuaskan tangisannya terlebih dahulu.
Barulah setelah Vania tenang, Jenny memberinya minum dan mulai menanyakan keadaannya. "Jadi ada apa? Kenapa kamu sampai menangis seperti itu? Apa ada yang melukaimu?'
Vania menatap Jenny dengan tatapan penuh luka. "Dia kembali datang Kak, dia menemukan aku"
Jenny mengerutkan keningnya, mencoba mencerna ucapan Vania barusan. "Dia.. Maksudmu Ayahnya Gevin?"
Vania mengangguk dengan air mata yang kembali menetes di pipinya. Melihat itu Jenny langsung memeluknya, meski dia tidak tahu siapa pria yang Vania hindari sampai dia berlari ke kota ini. Tapi Jenny mendengar setiap cerita Vania tentang itu.
"Yaudah, mungkin memang sudah saatnya Gevin mengetahui Ayahnya"
Vania langsung menggeleng pelan, dia merubah posisi duduknya dan menatap Jenny dengan lekat. Tangannya memegang tangan Jenny. "Jangan lakukan itu Kak, dia telah menikah dan aku tidak mau merusak pernikahan orang lain"
"Dia bisa menikah dan tidak memikirkan penderitaanmu selama ini? Benar-benar laki-laki yang tidak perlu kau perjuangkan"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
uyhull01
klo bukan Gara pasti ada pihak yng gak setuju sma hubngan kalian,
2023-03-27
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
lah bukan gara yg nyuruh Vania pergi terus siapa yg nyuruh Vania pergi mengatas namaka gara yg
2023-03-02
0
AlmiraAzniAdzkia🥰🌺
apa dulu bukan gara ya yg nyuruh vania pergi,,,mungkin aja seseorang yg gk suka hubungan mereka trus di rusak dgn mengatas namakan gara nyuruh pergi vania,,,
2023-03-02
1