Bukan Ayah Anakku

Bukan Ayah Anakku

Bab.01(Hamil)

"Aaaarrghhh. Yeeee!"

Sorak seorang gadis membuat dua orang yang tengah sibuk dengan aktifitasnya masing masing terperanjat kaget, gadis ceria nan cantik dengan rambut panjang ikal yang terombang ambing saat dia berjingkrak jingkrak.

"Mom... look at this, I got accepted to columbia university!" ujarnya dengan menunjukan ipad pada sang ibu yang tengah memotong buah.

Bukti kelulusan dari universitas bergengsi di luar negeri terpangpang nyata di layar berukuran 14 inci itu, dua bola mata hitam itu berbinar dengan bibir tipis yang tidak hentinya melengkung lebar.

"Wah ... Kamu lulus nak? Anak Mama hebat!" Sshut sang ibu yang memegang ipad kemudian berjalan ke arah suaminya. "Pap ... Lihat ini, putri kita!?"

Gadis itu kini berhambur memeluk pria yang duduk tidak jauh dari sana, dia masih sibuk dengan ponselnya namun kepalanya terlihat mengangguk angguk.

"Pa ... Look at this! Dara hebat kan?" ucapnya dengan menunjukan layar yang masih menyala ditangan ibunya itu.

"Ya ... Dara Hebat! Dara anak Papa yang terhebat!" Ujar pria yang kini memeluknya.

Kebahagiaan keluarga Baskoro yang tiada tara, memiliki putri yang pintar dan juga cantik, gadis itu juga baik hati dan tidak sombong. Dan tentu saja kebanggaan keluarga mereka.

Aldara Dwi Pratiwi. Gadis yang baru saja lulus dari sekolah menengah atas dan akan melanjutkan study di Universitas terbaik di New York Amerika serikat, Universitas dengan angka penerimaan yang rendah karena persaingan yang kompetitif. Dara harus berjuang keras melawan pelajar pelajar dari negara lain agar bisa diterima di Universitas bergengsi itu.

"Kapan kamu berangkat Nak?" Tanya Sophia, sang ibu kandung yang kembali memotong buah apel kesukaan Dara.

"Besok. Apa lusa? Kita harus mulai cari tempat hunian. Aku gak mau yang terlalu bising, juga gak mau yang banyak orang bisa masuk!" seloroh Dara.

Gadis itu sudah membayangkan betapa menyenangkannya bisa tinggal di salah satu kota di Amerika serikat itu, bersekolah sekaligus menjadi solusi atas masalah besar yang sedang dia sembunyikan dari semua orang itu.

"Itu bisa di atur! Papa akan menghubungi teman Papa yang tinggal di sana untuk mengurusnya. Kamu ingin dimana. Mahattan, Brooklyn, Williamsburg, atau Bushwick?" Sahut Baskoro dengan menyebutkan satu persatu daerah yang cocok dan paling di cari hampir semua calon mahasiswa yang diterima di sana.

"Yang paling dekat dengan kampus dong Pap!" celetuk ibunya.

Sementara Dara hanya mengangguk pasrah dengan ide sang ibu, "Yang paling penting keamanan yang utama ya kan Mam?" ujarnya.

Baskoro dan Sophia kini mremeluk putri semata wayang mereka dengan bangga, mendaratkan ciuman secara bertubi tubi padanya.

"Mama ... Papa, aku udah gede lho, bukan anak Tk lagi." Dara berusaha melepaskan pelukan keduanya karena risih, lalu dia beranjak.

"Udah ah ... Norak deh. Emangnya aku gak bakal pulang lagi apa."

"Kamu ini ... Ya sudah kita mulai packing ya!" ucap ibunya. Sophia.

Dara mengangguk, mengecup pipi ibunya. "Aku mau ngecek apa aku bisa bawa banyak barang besok pake satu koper atau lebih." ujarnya lagi dengan berjalan ke arah penyimpanan koper.

Sementara sang ibu terkekeh dengan bahagia dan berjalan ke arah kamar Dara untuk membantu mengepak barang miliknya.

"Biar Mama bantu!"

.

.

"Dara. Katakan apa ini!"

Suara teriakan sang ibu mengagetkan gadis yang baru saja masuk ke dalam rumah, koper yang di geretnya dilepaskan begitu saja sampai terguling saat melihat tangan yang mengacung ke arahnya dengan sorot mata yang menyeramkan.

Wajah gadis berusia 18 tahun dengan raut bahagia yang terukir jelas kini berubah muram dengan tatapan nanar. Langkah kakinya terhenti begitu saja, terpaku dengan lantai yang dia pijak.

Air bening bergelayut manja di antara kantung mata indahnya saat melihat benda tipis di sela jari ibunya.

"Jelaskan Dara! Apa ini maksudnya?"

Sekali lagi teriakan sang ibu membuatnya takut setengah mati, bagaimana dia harus menjelaskan semuanya saat ini.

Di saat seharusnya hari ini menjadi hari yag bahagia untuk nya dan keluarganya. keluarga terpandang yang dihormati banyak orang. Dan kini tercoreng olehnya.

Tak kuasa menahan tangis, Dara mengigit bibir bagian bawahnya dengan sedikit keras sampai terasa perih, saat hal yang ingin dia sembunyikan justru terungkap sehari sebelum keberangkatannya ke luar negeri.

"Mama!" lirihnya pelan.

Kedua bahunya juga berguncang saat suara hentakan sepatu pentofel terdengar semakin dekat dan jelas, membuat Dara yang menundukkan kepalanya dengan penuh penyesalan kini mengangkat wajahnya.

"Papa!"

Plak!

Tamparan tangan kekar milik pria yang seumur hidupnya akan terus menjadi pelindung baginya mendarat sempurna di pipi kanannya.

"Dara! Papa fikir selama ini Papa bangga karena memiliki anak seperti kamu, semua fasilitas kamu dapatkan dengan mudah tapi ternyata kamu mengecewakan Papa! Kamu menghancurkan semua harapan Papa dan Mama. Dara!"

Perih di pipinya mungkin masih bisa dia tahan, namun kekecewaan yang terlihat dari kedua orang tuanya membuat hatinya begitu sakit. Tapi dia merasa ini bukan kesalahannya, ini bukan pula apa yang dia mau. Dan mereka berdua menuduhnya tanpa bertanya.

"Katakan siapa yaang menghamilimu Dara!! Kita akan melaporkannya ke polisi, Papa tidak terima dengan semua ini. Katakan Dara!"

"Dara!! Jawab ... Kenapa kau diam saja katakan dimana dia, siapa dia, siapa orang tuanya, apa dia teman sekolahmu?" timpal sang ibu. "Ayo Pap kita cari anak itu, kita jebloskn dia ke dalam penjara!"

Seluruh dunia rasanya runtuh saat itu juga, cercaan kedua orang tuanya ibarat langit yang tiba tiba jatuh menimpa tubuhnya, sakit dan perih. Namun Dara tidak bisa menjawab satupun dari banyaknya pertanyaan tentang orang itu.

Ya orang itu, seorang pria brengsekk yang merenggut masa depannya yang cerah, yang meninggalkan sesuatu yang kini tumbuh di rahimnya. Tanpa sengaja, tanpa dia duga. Dan tanpa tahu siapa laki laki itu, tua atau muda, tampan atau tidak. Dia tidak tahu selain sebuah kancing yang dia temukan di ranjang dan juga segepok uang.

Dara hanya bisa tergugu memegangi pipinya yang panas, tanpa penjelasan, tanpa keterangan yang bisa dia berikan pada kedua orang tuanya, sebab dia pun tidak tahu siapa pria itu.

Tepat di hari ini, kabar gembira kelulusannya di kampus bergengsi berganti dengan kabar duka tantang kehamilannya. Bahkan hari yang harusnya penuh tawa kini berubah penuh air mata tangisan. Sang ibu juga menangis histeris tanpa mampu Dara tenangkan.

"Aku .. Aku gak tahu siapa dia Pap ... Mam! Aku juga gak ingat apa apa."

Kedua orang tuanya terhenyak, bagaimana bisa putrinya tidak tahu siapa pria yang melakukan hubungan sebelum waktunya itu.

"Bagaimana bisa kau tidak tahu. Hah?" sentak Baskoro dengan luapan emosi.

"Dengar Dara ... Kita harus segera bertindak sebelum semua orang tahu kamu hamil, sebelum keluarga kita mendapat cemoohan orang lain. Jangan menutupinya apalagi membela laki laki bejad itu Dara!" tambah ibunya.

Draa menggelengkan kepalanya, "Aku bersumpah Mam... Pap! Aku tidak tahu, aku ... Aku ..." tangis Dara semakin pecah, dia tidak tahan lagi dengan dada yang begitu sesak karena semua cercaan kedua orang tua yang tidak percaya ucapannya itu.

"Aldara Dwi Pratiwi!"

Dara berlari keluar rumah tanpa peduli teriakan kedua orang tuanya. Dia terus berlari tanpa membawa apa apa, hanya mengenakan pakaian santai yang melekat di tubuhnya saja.

Gadis itu terus berlari tanpa arah, dengan air mata yang kian membasahi pipinya.

"Lebih baik aku pergi dari rumah! Aku bener benar gak tahu siapa laki laki itu." ujarnya dengan mengambil sebuah kancing pakaian berwarna gold dari saku celananya.

"Yang aku punya hanya ini! Kemana aku cari pemilik kancing ini." Gumamnya dengan terus berlari dengan kencang.

"Awas!!!

Bruk!"

Terpopuler

Comments

Fikiran Sumut

Fikiran Sumut

Ais nasip mu dara

2023-05-18

1

Ara Aulia

Ara Aulia

ais nasib mu dara

2023-04-13

0

Ara Aulia

Ara Aulia

waduh, benda apaan itu

2023-04-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.01(Hamil)
2 Bab.02(Biru Sagara Maheswara)
3 Bab.03(Yang benar saja?)
4 Bab.04(Kau istriku)
5 Bab.05(Pembatalan pernikahan)
6 Bab.06(Tanggung jawabku)
7 Bab.07(Tahu yang sebenarnya)
8 Bab.08(Penipu)
9 Bab.09(Caraku)
10 Bab.10(Lakukan satu kali)
11 Bab.11(Manfaatkan waktu)
12 Bab.12(Berubah fikiran)
13 Bab.13(Bayi ini jelas anakku)
14 Bab.14(Pergi dari kamarku)
15 Bab.15(Kata Dokter)
16 Bab.16(Suruh Papamu datang)
17 Bab.17(Syaratnya)
18 Bab.18(Bikin penasaran)
19 Bab.19(Parfum mahal)
20 Bab.20(Mengambil kesempatan)
21 Bab.21(Biar gak songong)
22 Bab.22(Hanya Suami diatas kertas)
23 Bab.23(Jangan ngarep)
24 Bab.24(Beri Waktu)
25 Bab.25(Jangan macam macam)
26 Bab.26(Pemegang kendali)
27 Bab.27(Ayo Dara)
28 Bab.28(Mana suamimu)
29 Bab.29(Andai semudah itu)
30 Bab.30(Secepatnya)
31 Bab.31(Tidak sengaja)
32 Bab.32(Investor lebih penting)
33 Bab.33(Tak punya kuasa)
34 Bab.34(Telefon Biru)
35 Bab.35(Pergilah)
36 Bab.36(Kebodohan yang bermanfaat)
37 Bab.37(Beri aku kekuasaan)
38 Bab.38(Dari mana aku mulai)
39 Bab.39(Hari pertama)
40 Bab.40(Jackpott)
41 Bab.41(Gara gara Dara)
42 Bab.42(Masa depan)
43 Bab.43(Cari masalah saja)
44 Bab.44(Aku tidak bisa melakukannya)
45 Bab.45( Dengan cara yang benar)
46 Bab.46(Kepergok)
47 Bab.47(Hah)
48 Bab.48(Khawatir)
49 Bab.49(Bikin penasaran)
50 Bab.50(Hancur)
51 Bab.51(Menolong)
52 Bab.52(Menunggu Umpan)
53 Bab.53(Belum satu)
54 Bab.54(Dara!)
55 Bab.55(Terlalu ikut campur)
56 Bab.56(Serangan jantung)
57 Bab.57(Titisan Zian)
58 Bab.58(Bukan Rian)
59 Bab.59(Maafkan Papa)
60 Bab.60(Ada sesuatu)
61 Bab.61(Aku malu)
62 Bab.62(Belum siap)
63 Bab.63(Dua orang tua)
64 Bab.64(Diterima dengan baik)
65 Bab.65(Iri)
66 Bab.66(Bersiaplah menikah)
67 Bab.67(Menguji kesabaran)
68 Bab.68(Tidak mungkin)
69 Bab.69(Tidak Sudi)
70 Bab.70(Minta hanya padaku)
71 Bab.71(Biru yang tanggung jawab)
72 Bab.72(Keluarga Maheswara)
73 Bab.73(Kau yang tanggung jawab)
74 Bab.74(Habis kesabaran)
75 Bab.75(Keras kepala)
76 Bab.76(Tidak!)
77 Bab.77(Punya uang dan kuasa)
78 Bab.78(Kurang galak)
79 Bab.79(Permintaan maaf)
80 Bab.80(Menarik saham)
81 Bab.81(Jangan khawatir)
82 Bab.82(Itu rahasia)
83 Bab.83(Nomor 1 tetap keuarga)
84 Bab.84(Siapa dia)
85 Bab.85(Intan Aurora)
86 Bab.86(Bawa Dara)
87 Bab. 87(Masih suami istri)
88 Bab.88(Panutanku)
89 Bab.89(Maafkan Papa)
90 Bab.90(Bayaran paling tinggi)
91 Bab.91(Tidak perlu repot)
92 Bab.92(Aku akan memecatmu)
93 Bab.93(Benar benar licik)
94 Bab.94(Anakku)
95 Bab.95(Sahabat Dara)
96 Bab.96(Asisten handal)
97 Bab.97(Diawasi)
98 Bab.98(Menantu Kami)
99 Bab.99(Sudah gak marah)
100 Bab.100(Terlalu Naif)
101 Bab.101(waktu yang tepat)
102 Bab.102(Harusnya tidak melakukannya)
103 Bab.103(Semua salah Biru)
104 Bab.104(Harus Operasi)
105 Bab.105(Bayi laki laki)
106 Bab.106(Hanya perlu waktu)
107 Bab.107(Tidak akan berubah)
108 Bab.108(Pergilah)
109 Bab.109(Izin Dokter)
110 Bab.110(Biru Bodoh)
111 Bab.111(Ucapan Sarkas Daddy)
112 Bab.112(Maafkan Dara)
113 Bab.113(Putraku)
114 Bab.114(Tidak akan terjadi)
115 Bab.115(Cara lain)
116 Bab.116(Mau sampai kapan)
117 Bab.117(Bi ... Aku)
118 Bab.118(Menjadi ayah)
119 Bab.119(Tatapan pertama)
120 Bab.120(Perkara Nama)
121 Bab.121(Waktu yang melelahkan)
122 Bab.122(Ketar ketir)
123 Bab.123(Minta maaf padanya)
124 Bab.124(Berhasil kabur)
125 Bab.125(Cepat atau lambat)
126 Bab.126(Jadi ketahuan)
127 Bab.127(Cucuku yang tampan)
128 Bab.128(Halo Dok)
129 Bab.129(Pria pengecut)
130 Bab.130(Mata Daddy dimana mana
131 Bab.131(Mommy terhebat)
132 Bab.132(Kecemburuan Air)
133 Bab.133(Dara canggung)
134 Bab.134(Berbelit)
135 Bab.135(Kasus semakin pelik)
136 Bab.136(Kasus semakin pelik2)
137 Bab.138(Proses hukum yang rumit)
138 Draff 01
139 Draff 01
140 Draff 01
141 Draff 01
142 Draff01
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Bab.01(Hamil)
2
Bab.02(Biru Sagara Maheswara)
3
Bab.03(Yang benar saja?)
4
Bab.04(Kau istriku)
5
Bab.05(Pembatalan pernikahan)
6
Bab.06(Tanggung jawabku)
7
Bab.07(Tahu yang sebenarnya)
8
Bab.08(Penipu)
9
Bab.09(Caraku)
10
Bab.10(Lakukan satu kali)
11
Bab.11(Manfaatkan waktu)
12
Bab.12(Berubah fikiran)
13
Bab.13(Bayi ini jelas anakku)
14
Bab.14(Pergi dari kamarku)
15
Bab.15(Kata Dokter)
16
Bab.16(Suruh Papamu datang)
17
Bab.17(Syaratnya)
18
Bab.18(Bikin penasaran)
19
Bab.19(Parfum mahal)
20
Bab.20(Mengambil kesempatan)
21
Bab.21(Biar gak songong)
22
Bab.22(Hanya Suami diatas kertas)
23
Bab.23(Jangan ngarep)
24
Bab.24(Beri Waktu)
25
Bab.25(Jangan macam macam)
26
Bab.26(Pemegang kendali)
27
Bab.27(Ayo Dara)
28
Bab.28(Mana suamimu)
29
Bab.29(Andai semudah itu)
30
Bab.30(Secepatnya)
31
Bab.31(Tidak sengaja)
32
Bab.32(Investor lebih penting)
33
Bab.33(Tak punya kuasa)
34
Bab.34(Telefon Biru)
35
Bab.35(Pergilah)
36
Bab.36(Kebodohan yang bermanfaat)
37
Bab.37(Beri aku kekuasaan)
38
Bab.38(Dari mana aku mulai)
39
Bab.39(Hari pertama)
40
Bab.40(Jackpott)
41
Bab.41(Gara gara Dara)
42
Bab.42(Masa depan)
43
Bab.43(Cari masalah saja)
44
Bab.44(Aku tidak bisa melakukannya)
45
Bab.45( Dengan cara yang benar)
46
Bab.46(Kepergok)
47
Bab.47(Hah)
48
Bab.48(Khawatir)
49
Bab.49(Bikin penasaran)
50
Bab.50(Hancur)
51
Bab.51(Menolong)
52
Bab.52(Menunggu Umpan)
53
Bab.53(Belum satu)
54
Bab.54(Dara!)
55
Bab.55(Terlalu ikut campur)
56
Bab.56(Serangan jantung)
57
Bab.57(Titisan Zian)
58
Bab.58(Bukan Rian)
59
Bab.59(Maafkan Papa)
60
Bab.60(Ada sesuatu)
61
Bab.61(Aku malu)
62
Bab.62(Belum siap)
63
Bab.63(Dua orang tua)
64
Bab.64(Diterima dengan baik)
65
Bab.65(Iri)
66
Bab.66(Bersiaplah menikah)
67
Bab.67(Menguji kesabaran)
68
Bab.68(Tidak mungkin)
69
Bab.69(Tidak Sudi)
70
Bab.70(Minta hanya padaku)
71
Bab.71(Biru yang tanggung jawab)
72
Bab.72(Keluarga Maheswara)
73
Bab.73(Kau yang tanggung jawab)
74
Bab.74(Habis kesabaran)
75
Bab.75(Keras kepala)
76
Bab.76(Tidak!)
77
Bab.77(Punya uang dan kuasa)
78
Bab.78(Kurang galak)
79
Bab.79(Permintaan maaf)
80
Bab.80(Menarik saham)
81
Bab.81(Jangan khawatir)
82
Bab.82(Itu rahasia)
83
Bab.83(Nomor 1 tetap keuarga)
84
Bab.84(Siapa dia)
85
Bab.85(Intan Aurora)
86
Bab.86(Bawa Dara)
87
Bab. 87(Masih suami istri)
88
Bab.88(Panutanku)
89
Bab.89(Maafkan Papa)
90
Bab.90(Bayaran paling tinggi)
91
Bab.91(Tidak perlu repot)
92
Bab.92(Aku akan memecatmu)
93
Bab.93(Benar benar licik)
94
Bab.94(Anakku)
95
Bab.95(Sahabat Dara)
96
Bab.96(Asisten handal)
97
Bab.97(Diawasi)
98
Bab.98(Menantu Kami)
99
Bab.99(Sudah gak marah)
100
Bab.100(Terlalu Naif)
101
Bab.101(waktu yang tepat)
102
Bab.102(Harusnya tidak melakukannya)
103
Bab.103(Semua salah Biru)
104
Bab.104(Harus Operasi)
105
Bab.105(Bayi laki laki)
106
Bab.106(Hanya perlu waktu)
107
Bab.107(Tidak akan berubah)
108
Bab.108(Pergilah)
109
Bab.109(Izin Dokter)
110
Bab.110(Biru Bodoh)
111
Bab.111(Ucapan Sarkas Daddy)
112
Bab.112(Maafkan Dara)
113
Bab.113(Putraku)
114
Bab.114(Tidak akan terjadi)
115
Bab.115(Cara lain)
116
Bab.116(Mau sampai kapan)
117
Bab.117(Bi ... Aku)
118
Bab.118(Menjadi ayah)
119
Bab.119(Tatapan pertama)
120
Bab.120(Perkara Nama)
121
Bab.121(Waktu yang melelahkan)
122
Bab.122(Ketar ketir)
123
Bab.123(Minta maaf padanya)
124
Bab.124(Berhasil kabur)
125
Bab.125(Cepat atau lambat)
126
Bab.126(Jadi ketahuan)
127
Bab.127(Cucuku yang tampan)
128
Bab.128(Halo Dok)
129
Bab.129(Pria pengecut)
130
Bab.130(Mata Daddy dimana mana
131
Bab.131(Mommy terhebat)
132
Bab.132(Kecemburuan Air)
133
Bab.133(Dara canggung)
134
Bab.134(Berbelit)
135
Bab.135(Kasus semakin pelik)
136
Bab.136(Kasus semakin pelik2)
137
Bab.138(Proses hukum yang rumit)
138
Draff 01
139
Draff 01
140
Draff 01
141
Draff 01
142
Draff01

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!