Hari dimana pernikahan Dara dan juga Biru yang hanya di hadiri keluarga terdekat Dara saja, dua asisten rumah tangga Alex yang disewa Biru untuk berpura pura sebagai orang tuanya, juga Alex sendiri yang menjadi saksi.
Hari dimana harusnya semua bergembira dan menjadi sejarah dalam hidupnya justru terlaksana hanya karena menutupi aib keluarga. Senyum yang terpasang saat semua kerabat memberikan ucapan selamat pun hanya senyuman palsu.
Setelah rangkaian pernikahan di gelar secara sederhana kini mereka berdua bersanding diatas kursi pelaminan layaknya ratu dan raja dalam sehari, namun nyatanya semua hanya panggung sandiwara saja, baik Dara maupun Biru sama sekali tidak mengenal satu sama lain.
"Ingat ya, perjanjian kita hanya setahun dan setelah itu kita bercerai, ini bukan pernikahan yang aku impikan," ujar Dara dengan senyuman palsu yang terpasang di wajah cantiknya. "Dan kalau bukan karena bayaran yang aku janjikan mungkin kamu juga gak akan menerima pernikahan bodoh ini. Iyakan?"
"Mungkin saja!" sahut Biru yang hanya mengerdikkan bahu.
"Dasar matre!" ketus Dara yang juga tersenyum saat mengatakannya.
Biru terbeliak ke arahnya, ingin sekali menarik bibirnya yang mengatakan dirinya gila uang, padahal apapun yang ada di dunia ini mampu dia beli. "Jaga mulutmu ya, aku ini lebih tua dan kau tidak punya sopan santun, aku tidak mat___"
"Ya .. Baiklah tuan. Aku ngerti ... Kamu gak matre, tapi kamu belingsatan saat lihat uangku kan!"
Biru berdecih, dengan kuat mencubit pipi Dara sampai memerah. "Jangan sembarangan bicara ya!"
"Ah ... Baiklah, oke, sakit tahu! Bisakan kita gak berantem dulu, aku gak mau ya keluarga ku curiga ataupun berfikir yang aneh aneh."
"Itu karena kau sendiri, aku sudah membantumu tapi kau terus menghinaku."
Astaga, lah iya aku bicara fakta, lihat saja dua orang tuanya yang sibuk di stand makanan. fixs orang udik banget mereka. Batin Dara yang terus memperhatikan dua asisten rumah tangga yang di bawa Alex yang terus makan dan makan saja.
"Aku tidak menghinamu, itu fakta kan, kamu emang matre kok udah jelas!" dengusnya.
"Ya .. Terserah lah!" ujar Biru yang terus menatap Dara yang semakin cantik dari pada saat kemarin.
Tanpa mereka sadari. Dua pasang mata tengah memperhatikan keduanya dari jarak yang lumayan dekat, pria berusia 23 tahun yang memakai setelan jas lengkap dengan dasi berwarna hitam.
Pria itu tersentak kaget saat Baskoro menepuk bahunya dengan lembut.
"Kau sudah datang, maafkan Om ya. Om tidak bisa menepati janji Om tentang perjodohan kalian. Sampaikan juga perminta maafan Om pada ayahmu."
"Tentu saja Om. Walaupun ini sangat mendadak sekali. Bahkan Dara dan aku tidak tahu soal perjodohan yang kalian rencanakan bukan?"
Baskoro menggelengkan kepalanya. "Rencananya Om akan mengatakannya saat Dara sudah mulai kuliah, namun semua sudah kejadian dan Om minta maaf padamu Rian!"
"Aku saja belum pernah melihat Dara Om, aku hanya tahu perjodohan kami dari ayahku saja, tapi ternyata aku malah di suguhi pernikahan seperti ini."
"Sekali lagi maafkan Om Rian!"
"Tapi kenapa buru buru sekali, bukankah Dara akan ke luar negeri untuk kuliah ya Om?"
Baskoro mengangguk, "Kabar ini sangat mengguncang hati kami Rian karena ternyata Dara sudah hamil!"
Deg!
Rian tersentak kaget terus menatap ke arah Dara, seolah memastikan jika dugaannya tidaklah salah. Rian pun hanya bisa diam saja, mencoba mengingat sesuatu sampai Baskoro kembali menepuk lengannya dan berlalu.
"Aku tidak salah ingat, dia memang gadis itu.
Rian terus menunggu sampai pada akhirnya dia melihat Dara yang berjalan ke arah kamar orang tuanya, dia pun segera menyusulnya dan mencekal lengannya tepat saat Dara akan masuk.
"Tunggu!"
Dara tersentak dan langsung menepiskan tangan Rian.
"Maaf aku tidak bermaksud membuatmu kaget, aku ingin bicara padamu Dara."
"Maaf .. Siapa ya, aku gak kenal denganmu. Permisi aku mau ke toilet dulu." Dara kembali melangkahkan kakinya.
"Tapi aku mengenalimu. Kau Dara dan kau gadis yang aku temui malam itu! Bahkan aku ingat tahi lalatmu yang berada di sana!" ujarnya dengan menunjuk dada Dara yang menonjol.
Dara terkesiap, dengan langkah yang terhenti saat itu juga, dia juga langsung menoleh lagi kearah belakang. Kedua alisnya mengernyit seolah tengah sibuk berfikir.
"Sorry?"
"Maaf Dara, aku hanya ingin memastikan sesuatu denganmu. Apa kau benar benar hamil setelah malam itu?" tanya Rian kembali.
Dara terbeliak kaget dengan pertanyaannya, dia tidak menyangka seseorang selain keluarganya tahu hal itu, dtambah pria yag berdiri di depannya tahu soal malam itu.
"Hotel xx? Tangggal15?" Ujarnya lagi.
"Kamu?" lirih Dara dengan mengambil kancing berwarna gold yang selalu dia bawa kemana mana. "Ini?"
"Kancing ini?"
Dara menggelengkan kepalanya. "Aku ... Entahlah!"
"Kancing ini milikku Dara! Aku... aku lah pria itu, pria yang melakukan sesuatu denganmu malam itu dan aku pergi karena terdesak, aku tidak ..."
"Jangan gila, kau pasti mengada ngada!" Dara sudah hampir menangis mendengarnya.
"Itu benar Dara. Aku masih ingat wajahmu dengan jelas, aku juga mencarimu namun aku tidak tahu dari mana aku harus mencarimu setelah itu! Dara ...!"
"Gak mungkin!"
"Dara ... Please percaya padaku. Aku ... Aku ingat wajahmu dan aku tidak akan pernah bisa melupakan kejadian malam itu! Aku menyesal."
"Terus kenapa kamu pergi? Kenapa gak balik lagi kalau kamu nyesel!"
"Aku kembali tapi aku tidak menemukan siapapun di sana, dan aku tidak tahu mulai dari mana. Kita berdua sama sama mabuk saat itu! Maafkan aku Dara."
Bulir bening sudah mulai runtuh, meskipun sekuat tenaga Dara menahannya.
"Apa bayi yang kau kandung itu adalah bayiku?" Rian bertanya untuk kedua kalinya dan kali ini dengan suara lirih.
Dara mengangguk. Membuat Rian sedikit menunduk menyesali perbuatannya dan pria itu meraih tangannya. "Maafkan aku, seharusnya aku tidak meninggalkanmu begitu saja,"
Dara masih terdiam, gadis itu hanya menatapnya nanar. Dan sejurus kemudian dia memukuli tubuhnya bertubi tubi.
"Kamu yang udah bikin hidupku hancur, masa depanku hancur dan cita citaku hancur! Kamu pria brengsekk!"
"Maafkan aku Dara, aku sungguh menyesal, aku tahu aku salah dan aku akan bertanggung jawab!"
"Bertanggung jawab? Aku bahkan udah nikah sama orang lain. Bagaimana kamu mau tanggung jawab hah? Bagaimana ." sentaknya dengan marah.
Rian berhasil menangkap kedua tangannya lagi. Dan menatap Dara dalam dalam."Kau bisa batalkan pernikahan ini, pernikahan ini baru beberapa jam saja, kamu masih bisa mengajukan pembatalan ke kantor catatan sipil."
Dara kembali terdiam, jujur saja dia juga menginginkan pria yang telah menghamilinya yang bertanggung jawab, bukan orang lain yang tidak ada sangkut pautannya, terlebih pernikahan ini hanya sebatas kontrak yang sudah mereka sepakati.
"Tapi ... Apa yang harus aku bilang pada Papa. Pernikahan ini sudah di gelar bahkan semua keluarga udah tahu aku nikah sama Biru terus tiba tiba aku batalkan?"
"Tapi aku yang harusnya bertanggung jawab, dan kau tahu Dara? Sebelumnya Papa Mu juga yang berencana untuk menjodohkanmu dengan ku, tapi kau malah memilih pria lain untuk kau nikahi. Kalau saja kau sedikit sabar sedikit saja."
"What! Kok kamu jadi nyalahin aku?" Dara menepiskan kedua tangan Rian yang mencengkram kuat.
"Maaf ... Aku tidak menyalahkanmu. Tapi ... Pokoknya, kita harus bicara pada Papamu dan kita ajuan pembatalan pernikahan, setelah itu aku yang akan menikahimu!" ujar Rian yang terlihat tidak peduli pesta yang sedang berlangsung.
"Tidak bisa!"
Suara bariton terdengar dari arah belakang, dimana Biru kini berjalan ke arah mereka dan menarik tangan Dara.
"Kau tidak bisa seenak jidatmu melakukan pembatalan pernikahan. Dara sekarang sudah jadi istriku!"
"Tapi aku adalah ayah anak yang dikandungnya, aku yang lebih berhak bertanggung jawab dan menikahinya." seloroh Rian yang kembali menarik tangan Dara.
"Oh bagus. Itu memang sudah seharusnya kau lakukan dari awal, tapi sayang sekali kau justru meninggalkannya dan membuatnya Dara menanggungnya sendirian! Ayo Dara, semua orang sudah menunggu kita," ujar Biru dengan menarik tangan Dara dan mengajaknya pergi.
Namun baru saja beberapa langkah, Dara menepiskan tangan Biru dengan kasar. "Tunggu Biru! Apa yang Rian katakan benar, harusnya dia yang menikahiku, dia adalah ayah dari bayi ini!!! Aku akan bicara pada Papa. Kita ajukan pembatalan pernikahan aja!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
airanur
mulai lieur emak dara,,da gak tau juga siapa yang ena² ma kmu nya,,
2023-03-04
1
Rhesinta Saipul
next... ud ama biru aja dara..
2023-03-04
0
Yuli Ana
Biru model nyq kayak bapak nya nikah kilat pake perangko nya jg kilat ya😁😁😁
2023-03-04
1