Seikhlas Cinta Afifa 2
Assalamualaikum Readers...,😘😘😘
Salam hangat dari Author, Novel ini adalah lanjutan dari Novel Seikhlas Cinta Afifa (SCA) Season 1, jadi sebaiknya sebelum baca novel ini sempatkan terlebih dahulu untuk membaca SCA 1, agar lebih faham dengan alur sebelumnya.
Author sangat berterimakasih kepada semua readers pecinta SCA yang masih setia menunggu lanjutan ceritanya, karena itulah yang membuat Author semangat menulis.
LOVE YOU READERS...
HAPPY READING...⚘⚘⚘❤
*****
Sungguh..., Kehadiran sang buah cinta yang kini hadir dalam rahim Afifa merupakan anugrah terindah bagi pasangan suami istri yang hampir genap menikah selama satu tahun itu.
Fauzi selalu menjadi suami siaga untuk istrinya, meski begitu, Fauzi tetap mengizinkan istrinya tetap mengajar menjalankan kewajibannya sebagai seorang guru di sekolah, tentu saja dengan beberapa aturan yang disepakati bersama.
Afifa tidak diizinkan membawa motor sendiri, dia harus pergi dan pulang diantar jemput baik oleh dirinya maupun oleh mang ujang pegawainya, dia juga hanya diizinkan mengajar saja tanpa harus mengisi kegiatan ekskul ataupun kegiatan yang dilakukan diluar sekolah.
Afifa hanya tersenyum dengan aturan suaminya, dia berfikir itu adalah bukti dari rasa cinta dan tanggung jawabnya yang begitu besar terhadap istri dan calon buah hatinya, meski terkadang Afifa merasa kurang nyaman karena harus merepotkan suaminya ataupun Mang Ujang yang setiap hari harus meluangkan waktu untuk mengantar ataupun menjemput dirinya.
Namun Fauzi selalu berhasil meyakinkannya, bahwa apa yang dia lakukan untuk istrinya bukan semata karena kewajibannya saja, tapi juga keinginannya untuk selalu dekat dengan istri dan buah hatinya, tentunya dengan sikapnya yang selalu membuat Afifa tersenyum dan tertawa.
Soal kehangatan dalam rumah tangganya, jangan ditanya lagi, tentu saja mereka semakin mesra dalam kesehariannya, dan masih dengan dalih yang sama saat ingin menyalurkan hasratnya dia selalu menggunakan kata yang sama, untuk mempercepat pemulihan dari rasa traumanya, ha ha ha...😅😅😅...
Sungguh kata-kata itu selalu terdengar menggelitik ditelinga Afifa.
Namun kata-kata itu sempat tidak terucap dari bibir Fauzi selama 2 minggu setelah berita kehamilan istrinya, dia merasa kalau hubungan suami istri itu akan membuat kandungan seorang wanita terganggu.
Malam itu saat menjelang tidur, Afifa sedang bersandar ditempat tidur sambil membaca buku petunjuk ibu hamil yang ia beli dari online shof nya, Fauzi hanya berjalan mondar-mandir dari rumah kekamar lalu kerumah lagi, kadang-kadang duduk disofa kamar lalu berdiri lagi sambil sesekali melihat istrinya.
Afifa memperhatikan suaminya dibalik buku yang ia baca dengan ujung matanya, merasa ada yang heran diapun bertanya.
“Kak Aji kenapa?” tanya Afifa, ditutupnya buku yang sejak tadi dipegangnya.
Fauzi menatap istrinya, terdiam sejenak lalu berkata, “Ah...anu..., gak papa hehe,” Ucapnya sambil cengengesan, tangannya menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
“Hmmm... benarkah?” tanya Afifa tak percaya.
“Iya, hehe...” Jawab Fauzi.
“Terus, kenapa dari tadi Kak Aji mondar-mandir saja?”
Fauzi kembali terdiam, kepalanya berkerut tanda berikir, “Hmmm...sayang” Ucap Fauzi agak ragu.
“Ya? Kenapa?”
“Sepertinya ada sesuatu yang lupa aku tanyakan pada dokter kandungan yang memeriksamu waktu itu,” Ucap Fauzi serius.
“Memangnya apalagi yang ingin Kak Aji tau?” tanya Afifa, mata bulatnya menatap wajah suaminya yang mulai serius.
“Aku...hmmm...,” Ucap Fauzi ragu.
“Kak Aji gak perlu khawatir, aku banyak bertanya pada Umi, selain itu aku juga terus membaca buku-buku petunjuk seperti ini," Afifa menunjukan judul buku yang sejak tadi masih setia ditangannya, "setidaknya aku sudah tau apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil,” jelasnya berusaha meyakinkan suaminya.
“Sebenarnya apa yang ingin Kak Aji tanyakan?”
“Hmmm...sebenarnya...aku ingin bertanya...”, dia terdiam sambil mengatupkan rapat bibirnya, dahinya masih berkerut.
Afifa serius mendengarkan, tatapannya tak berpaling dari wajah suaminya.
“Apakah...hubungan suami istri itu...akan mengganggu kehamilan?” Tanya Fauzi, suaranya agak pelan dan tertahan.
“Hah...?” Mata Afifa terbelalak, sebenarnya ingin sekali dia tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan konyol dari suaminya itu, namun Afifa berusaha menahannya, dia hanya memegang perutnya dan mengerutkan bibirnya yang tidak tahan menahan tawa. “Memangnya Kak Aji kuat menahannya sampai 9 bulan?” Afifa balik bertanya dibalik tawanya yang tertahan.
“Hah...? Sembilan bulan...?” Fauzi memegang kepalanya, lalu menarik rambutnya kebelakang, wajahnya terlihat kacau dan itu membuat Afifa semakin tak tahan menahan tawa karena wajah suaminya yang terlihat lucu menurutnya.
Afifa menyimpan buku yang dipegangnya diatas nakas, dia turun dari tempat tidur, lalu berdiri dan berjalan menghampiri suaminya, “Kalau Kak Aji tidak sanggup menahannya, tentunya suami lain juga tidak akan sanggup”, Afifa memegang kedua bahu suaminya, lalu menyusuri lengan suaminya dari atas sampai bawah, dan menggenggam tangannya. Afifa tersenyum, wajahnya agak miring memandang lekat wajah suaminya, dia tidak mau melewatkan perubahan ekspresi dari wajah suaminya.
“Maksudnya?” tanya Fauzi agak gugup mendapat tatapan seperti itu dari istrinya.
“Kalau mau, Kak Aji tak perlu menahannya, lakukan saja,” Afifa tersenyum, lalu berjinjit membisikan sesuatu ditelinga suaminya, “Tapi pelan-pelan saja ya, dan jangan terlalu sering juga”, bisiknya, dia kembali berdiri dihadapan suaminya, senyumnya merekah dari bibir merahnya.
“Aaaaa, sayang...” Fauzi tersenyum, dan senyumnya semakin mengembang saat tangannya ditarik istrinya menuju peraduan.
*****
Suara takbir bersahutan, tabuhan bedug bergema mengiringi lantunan indah Takbir dari beberapa mesjid dari sudut-sudut Kota Bandung, anak-anak tertawa riang berlarian disekitar mesjid, para pria mulai dari yang muda, paruh baya sampai kakek-kakek berkumpul didalam mesjid untuk menghidupkan malam takbiran sebagai tanda syukur setelah berhasil satu bulan penuh melewati ibadah puasa Ramadhan.
Para ibu sibuk dirumah masing-masing, mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut hari raya besok, aroma masakan menyeruak dari setiap dapur rumah membuat penghirup aromanya merasa ingin segera menyantapnya.
Mungkin sudah menjadi tradisi setiap menyambut hari raya, mereka begitu bahagia terutama anak-anak.
Hari ini Afifa mengajak suaminya menginap dirumah Umi, bukan apa-apa, selain hari raya ini adalah yang pertama baginya setelah menikah, dia juga ingin berkumpul dengan keluarganya di hari raya ini.
Sesungguhnya ada sesuatu yang hilang bagi Afifa, Bulan suci itu kini akan berlalu, bulan yang penuh dengan kemuliaan, dimana dirinya dapat lebih mendekatkan diri pada sang kholiq. Ditahun pertama pernikahannya, tentu saja pahala yang diperoleh sangat jauh berbeda dengan tahun sebelumnya ketika ia masih sendiri.
Bagaimana tidak, bagi seorang istri bulan suci ini adalah ladang amal baginya, untuk lebih mengumpulkan pahala ibadah, karna setiap detik waktu yang ia lalui untuk melayani suaminya akan tercatat sebagai ibadah yang pahalanya dilipat gandakan oleh Alloh SWT.
Kandungan Afifa menginjak 4 bulan, Afifa bersyukur meski dirinya sedang mengandung, tapi dia tetap kuat menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh, dia wanita kuat, tak pernah mengeluh dengan kehamilannya ataupun merengek meminta sesuatu kepada suaminya.
Afifa hamil dengan gezala normal seperti wanita lainnya, muntah-muntah dan sedikit makan, bahkan tak jarang muncul perasaan sangat menginginkan sesuatu yang sepele, mungkin itu hal yang wajar, tapi dia tidak ingin membebani suaminya dengan semua keinginannya, dia berfikir keinginan aneh yang timbul difikirannya itu hanya emosi nafsu sesaatnya saja.
Bukan hal yang aneh jika hal itu terjadi pada setiap wanita hamil pada trimester pertama, Afifa justru bersyukur, masa hamil mudanya tidak separah shofi sahabatnya yang tidak bisa makan nasi sama sekali, dia tidak menolak makanan apapun kecuali bakso, dia akan makan setiap masakan yang disajikan suaminya dengan senyuman, meskipun tidak banyak, bahkan Fauzi merasa heran karna istrinya tidak pernah meminta hal yang aneh menurutnya, sesekali Fauzi membelikan istrinya buah-buahan segar dan sedikit asam, Afifa memakannya dengan sumringah, tapi tidak pernah sekalipun memintanya.
Afifa Fathima Mumtaza...😊
Fauzi Rahman Ramadhan...😊
Bersambung....❤❤❤
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Love you All...⚘⚘⚘😘😘😘
By : @Rahma Khusnul#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Sivia
👍🏻
2024-02-08
1
Hijriah ju ju
suka..
lanjur
2021-03-10
1
Zakia aSih qini💱
maaf baru mampir kk author
2021-03-10
1