Afifa kembali duduk diatas tempat tidur, pandangannya kembali tertuju ke arah Talita yang menggeliat menampakan wajah manisnya yang menggemaskan, ia tatap wajah anak itu lekat-lekat, dan entah mengapa, wajah itu mengingatkan dia pada wajah seseorang.
Afifa berfikir, "Hah...! Kenapa wajah Talita mirip dengan foto Kak Aji waktu kecil???"
Afifa mengucek matanya beberapa kali dengan tangannya untuk memastikan apa yang sedang dilihatnya.
"Ya ampun Fifa...." bergumam pelan sambil Menepuk jidatnya sendiri dengan tangan kanan, "Hahhhhh...apa aku serindu itu padamu Kak..., sampai melihat wajah anak ini mirip denganmu", tersenyum sendiri menertawakan fikirannya.
Afifa kembali berbaring, menarik kembali selimutnya sampai menutupi lehernya, untaian do'a terus terucap dari bibir manisnya, entah sudah berapa ribu ia mengulang asma Alloh, sampai akhirnya ia benar-benar terlelap dialam bawah sadarnya.
******
Rumah Sakit #
Hampir tengah malam, Fauzi masih terjaga didalam kamar pasien, Nadia duduk disamping ibunya, tangannya setia mengelus-elus pucuk kepala ibundanya yang sedang tertidur, sesekali buliran airmata terjatuh dipipinya.
"Sudah malam, tidurlah Mut!" Ucap Fauzi, menepuk pelan punggung ponakannya.
Nadia menggeleng.
"Mau sampai kapan kamu seperti itu? Ibumu sedang tertidur, bukan pingsan, ayo tidurlah disofa sana!" Fauzi menunjuk sofa dengan dagunya, berdiri disamping keponakannya sambil memasukan kedua tangannya kedalam saku celananya.
Nadia masih terdiam.
"Hei imut...! mau sakit juga seperti ibumu?" Fauzi meninggikan suaranya.
Mata Nadia mendelik mendengar Pamannya memanggilnya dengan sebutan yang tidak dia sukai itu, tapi mulutnya tetap tertutup, tak bicara, hanya raut wajah tak suka yang ia tampakan.
"heh...katanya gadis gaul, kok cengeng?" Ucapan Fauzi mampu menggelitik rongga mulut Nadia untuk bergerak.
"Paman...! Berhenti menggodaku, aku tidak ingin bicara", wajah Nadia ditekuk.
"Walah...anak bawel mogok bicara, mana bisa?" Goda Fauzi lagi.
"Pamaaaaan!" Nadia berteriak, tapi dengan sigap Fauzi menutup mulutnya.
"Ssssss.....! Jangan keras-keras, nanti ibumu terbangun."
"Hik...hik...hik..." tiba-tiba Nadia menangis.
"Lho...kok malah nangis?" Fauzi menundukan kepalanya memperhatikan wajah ponakannya yang tertunduk mengeluarkan air mata, "Hei...kamu jelek banget si kalau nangis".
Nadia sudah tidak menanggapi kejahilan Pamannya, dia terus saja menangis, bahkan lebih keras dari sebelumnya.
Fauzi tak tahan melihat keponakannya terus menangis, diapun mendekapnya dengan lembut dan mengelus kepalanya.
"Paman...., kalo Bunda pergi, nanti Nadia sama siapa? hik...hik...hik...", ucap Nadia dalam dekapan Pamannya.
"Jangan bicara seperti itu, ibumu pasti sembuh", Fauzi berusaha menenangkannya.
"Nadia tidak mau kembali ke Jakarta dan bersama laki-laki itu Paman", Ucap Nadia seakan meminta perlindungan.
"Kamu ini bicara apa Mut?, memangnya pamanmu ini sudah mati rasa apa? sampai tega membiarkanmu disana tanpa perlindungan?" Suara Fauzi agak meninggi, "Kamu jangan khawatir, kamu tidak sendiri, semua orang sayang padamu, bahkan kalau mau, kamu bisa tinggal disini bersama Paman, ataupun bersama Nenek".
Nadia melepaskan pelukannya, "Apa boleh Nadia tinggal bersama Paman dan Anti?" tanyanya penuh harap.
"Tentu saja, tapi kamu harus menyelesaikan dulu urusan kuliahmu di Jakarta, jadi nanti bisa masuk Universitas disini".
"Benarkah?" Mata Nadia berbinar memandang wajah pria yang sangat dihormatinya.
Fauzi mengangguk sambil tersenyum.
Senyum Nadia mengembang, matanya menyipit hampir terpejam karena terdorong pipi cabynya yang bulat karena tersenyum lebar.
"Sudah, tidur dulu sana!, Jangan sampai kamu ikut sakit juga", perintah Fauzi.
"Iya Paman" Melangkah menunju sofa dan membaringkan tubuhnya disana.
"Hahhhh...." Fauzi menarik nafas panjang, ada rasa lega karena melihat keponakannya kembali tersenyum.
Fauzi mendudukan dirinya dikursi pendek disamping sofa yang dijadikan tempat tidur keponakannya, sepertinya dia mulai terlelap fikirnya.
Tangan Fauzi merogoh benda pipih yang ada disaku celananya, menggeser layar kaca yang dipegangnya, nampak WP dirinya bersama istrinya saat berada di taman wisata Maribaya Resort.
Istrinya sedang bersandar didadanya sambil tersenyum menampakan dua titik manis dikedua pipinya.
Dia mengenang kembali masa indah ditempat itu, tempat dimana pertama kalinya dia bicara saling terbuka dengan istrinya, setelah beberapa bulan pernikahannya diselimuti kebisuan dan kerundungan yang membuat mereka sesungguhnya saling menyakiti.
"Kamu sudah tidur sayang?" Gumamnya, pandangannya tak lepas dari layar ponsel yang menyala menampakan wajah manis istrinya.
Rasa rindu itu muncul dihatinya, dimana saat malam seperti ini, biasanya dia selalu tertidur disampingnya sambil memeluknya.
"Ah, masa berpisah semalam saja sudah merindukannya si?" Senyuman tersungging dari bibirnya, seakan menertawakan hatinya sendiri.
Tangannya kembali memainkan ponselnya, membuka aplikasi galeri yang penuh dengan foto dirinya bersama istrinya dengan berbagai poseu dan berbagai lokasi, termasuk lokasi pavoritnya, yaitu kamarnya sendiri...😊.
Satu persatu ia pandangi, sesekali tersenyum mengingat kembali moment saat pengambilan gambar yang kadang-kadang lucu menurutnya, sampai tak terasa bibirnya sudah menempel dilayar ponsel yang menunjukan gambar istrinya. "aku mencintaimu sayang". gumamnya, diapun bersandar disandaran kursi sambil memeluk ponselnya, matanya mulai terpejam dan rasa kantukpun datang membuainya masuk ke alam mimpi.
*******
"Dreeet...dreeet..." Suara getar ponsel yang masih setia dipelukan Fauzi yang tertidur dalam posisi duduk.
Fauzi terbangun, dilihatnya jam dinding yang tergatung dikamar rumah sakit menunjukan pukul 4 pagi.
pandangannya kembali pada benda pipih dipangkuannya, dia menggrser layar, terdapat notif pesan dari istrinya, dia segera membukanya.
"sayang..."
"Sudah bangun ?😊"
"Ayo, segera ambil air wudhu dan tahajud"
"Aku mencintaimu 😙"
Isi dari pesan itu.
Fauzi segera membalas pesan dari istrinya.
"Ah sepagi ini kau sudah menggodaku" (Terkirim)
"Apa kau tau? aku tidak bisa tidur, karena semalaman merindukanmu" (Terkirim)
"Dreeet..."ponsel Fauzi bergetar lagi.
"Benarkah? kenapa aku biasa saja ya?🙊"
"Apa??? jadi kau sama sekali tidak merindukanku?" (Terkirim)
"Awas ya...aku lahap habis kamu nanti😡😡😡" (Terkirim)
"Owww 😲😲😲 takuuuut ..."
"Tuh kan menggodaku lagi" (Terkirim)
"Eh siapa yang menggoda, aku cuma membangunkanmu untuk tahajud yeeee😜"
"Huhhhhhh... 🤕🤕🤕" (Terkirim)
"Kok pake perban?"
"Pusing..." (Terkirim)
"kenapa?"
"Ingin melahapmu" (Terkirim)
"Hah????"
"Aku ambil air wudhu saja deh" (Terkirim)
"Lebih baik itu 😙"
"Aku kekamar mandi dulu. dan jangan mengirim emogi menggodaku lagi" (Terkirim)
"Hihi...🙊"
***********
Bersambung...❤❤❤😙😙😙⚘⚘⚘*...
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Readers semua, terimakasih masih setia dengan Afifa...
tetap "Like, Vote, bintang lima, serta komentarnya selalu Author tunggu"...😙😙😙
I LOVE YOU ALL...❤❤❤
By: @Rahma Khusnul#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
👍👍👍👍
2021-09-05
2
Firchim04
Hai author semangat😊
Salam dari "Dosenku Sahabatku" dan "Suamiku Adik Kelasku"
2020-09-22
1
ʀᴀᴀ
Jadi pengen godain, tapi belum punya hahahah nura nuraa
2020-09-15
3