Happy Reading...⚘⚘⚘
Sore menjelang maghrib, dua insan masih duduk bersama diatas peraduan, diselimuti kenyamanan dan kehangatan dari pelukan pasangan halalnya.
"Bruk...!"
"Bundaaaa...!"
Suara benturan keras disusul teriakan seseorang mengagetkan Fauzi dan Afifa yang masih didalam kamar.
Keduanya tersentak dan langsung bangkit, "Apa itu Kak?" tanya Afifa memandang cemas kearah suaminya.
Fauzi nampak kaget, "Sebentar!" Ucapnya sambil memegang tangan istrinya. "Kamu tenang, jangan panik", Dia segera turun dari tempat tidur dan berlari keluar kamar menuju sumber suara.
Afifa yang penasaran tak mampu menghentikan langkahnya mengikuti suaminya.
Kegaduhan bersumber dari dapur, Nampak semua orang berkerumun mengitari tubuh seorang perempuan yang tergeletak disamping kamar mandi belakang, seorang gadis menangis tersedu-sedu memeluk tubuh wanita itu.
Tubuh Mama nampak berguncang membelakangi arah kedatangan Afifa, dia menangis memegang tangan perempuan itu sambil sesekali memanggil namanya.
"Dewi..., bangun Nak, kamu kenapa?" Ucap Mama disela tangisnya.
Afifa menghampiri kerumunan itu, "Kak Dewi?" Gumam Afifa, "Kak Dewi kenapa?" Afifa segera menghampiri tubuh kakak iparnya yang sedang berusaha diangkat Fauzi dan Papa.
"Kita bawa ke Rumah Sakit sekarang", Kata Fauzi, matanya menatap semua orang yang hadir disana tanda meminta persetujuan. Semua orang mengangguk.
Afifa menghampiri Nadia yang sedang menangis dipelukan Mama, Kak Hanita turut menenangkan Nadia disampingnya. Begitupun dengan Umi dan Abi serta yang lainnya.
"Dek..., ambil kunci mobil! biar Kak Arman mengeluarkannya dari garasi", pinta Fauzi pada istrinya, "Sama tas dan ponsel juga".
Afifa yang hendak berjongkok menghampiri Nadia kembali berdiri, lalu segera masuk kekamarnya untuk mengambil kunci mobil, tas dan ponsel suaminya, tak lama ia kembali, "Ini Kak", ucapnya sambil menyerahkan kunci itu kepada kakak iparnya.
Arman mengangguk dan bergegas menuju garasi.
Lalu Afifa menghampiri suaminya untuk memberikan tas dan ponselnya, "Ini Kak," ucapnya.
Fauzi segera memasukan ponsel kedalam tas kecilnya, lalu mengalungkannya dileher.
"Kak Dewi kenapa Kak?" tanya Afifa penasaran.
"Entahlah, Mama bilang dia tiba-tiba pingsan saat mau masuk kamar mandi", Jelas Fauzi.
"Bukan kepeleset?" tanya Afifa lagi.
"Bukan, tidak ada yang basah ataupun licin disini"
Afifa terdiam, matanya berkeliling, barangkali saja ada sesuatu yang menjadi penyebab jatuhnya Kak Dewi, Namun dia tidak menemukan apapun.
Telinga Afifa mendengar suara Cici samar-samar menangis, nampak dipojokan Nisa sedang menenangkan Cici juga Talita yang ketakutan.
Nadia masih menangis diantara kerumunan orang yang berusaha menenangkannya, Afifa ingin sekali ikut menenangkan ponakannya, namun matanya kembali menatap anak-anak itu, mereka sama sekali tidak didampingi orang dewasa, padahal nampak jelas ada rasa takut dari wajah mereka.
Dia segera menghampiri anak-anak itu, lalu berjongkok dengan lutut sebagai tumpuannya berdiri, "Kalian tenang ya, tidak akan terjadi apa-apa, mungkin tante Dewi hanya kecapean", Ucapnya, seulas senyum tak lupa ia sunggingkan dari bibir manisnya, Kedua tangannya direntangkan untuk memeluk ketiganya.
"Wa Dewi akan bangun lagi kan anti?" Tanya Cici polos disela isakannya. Anak berumur 5 tahun itu menatap Afifa penuh tanya.
Afifa melepaskan pelukannya, lalu meraih tubuh Cici dan mendudukannya diatas pangkuannya. "Iya sayang, Makanya Cici jangan nangis, lebih baik kita berdo'a agar Wa Dewi cepet bangun lagi". jari Afifa mengusap sisa air mata yang masih tersisa di pipi anak itu.
"Bunda..., memangnya tante Dewi kenapa?" Tanya Talita.
Mata Afifa menatap Talita yang masih berdiri mematung dihadapannya. "Gak papa sayang, Paman Akan segera membawanya ke Rumah Sakit untuk diobati agar cepat sembuh", Afifa tersenyum, "Ayo Talita juga sini, peluk Bunda", Tangan Afifa merentang untuk beraih tubuh Talita.
Talita tersenyum dan menghambur kepelukan Afifa.
"Nisa kok diem aja?" Afifa melirik adiknya.
"Hehe...iya teh, Nisa gak papa kok", Ucap Nisa sambil tersenyum pada Kakaknya.
Talita sengaja dijemput oleh Afifa kerumah Wulan, karena akan ada acara selamatan 4 bulanan dirumahnya. semenjak pertemuan mereka, Afifa dan Talita semakin dekat, tak jarang setiap malam minggu Talita menginap di rumah Afifa, apalagi kalau Wulan sedang ada acara keluar kota, sepertinya Wulan lebih mempercayakan putrinya bersama Afifa dibanding bersama pegawainya Rina yang memang sering teledor menjaga putrinya.
"Tidid...tidid...!" Suara klakson mobil dari luar rumah.
"Itu mobilnya sudah siap Zi" Kata Papa pada putranya.
"Iya Pah..., biar Aji yang angkat Kak Dewi," Ucapnya, Fauzi tak merasa kesulitan mengangkatnya, karena memang tubuh Kak Dewi jauh lebih kurus dari sebelumnya.
"A...Aku, i...kut Paman", Ucapan Nadia terbata-bata karena tangisannya.
Fauzi mengangguk.
"Mama juga ikut", Ucap Mama sambil bergegas mengambil tas dan menuntun Nadia menuju pintu depan, "Nita dan Afifa tunggu dirumah, jaga anak-anak!" Pinta mamah kepada putri keduanya dan menantunya.
Mama kembali menoleh kebelakang, dilihatnya Umi dan Abi yang juga ikut cemas, "Umi dan Abi maaf ya, jadi ikut cemas, saya tinggal dulu", pamitnya kepada Umi dan Abi Afifa.
"Gak papa bu, silahkan", Ucap Umi dan Abi sambil mengangguk.
Semua orang mengantar ke teras rumah menatap mobil yang sudah siap membawa Dewi.
Fauzi kembali turun setelah menidurkan kakaknya didalam mobil, dia berlari menghampiri istrinya, "Dek..., aku pergi dulu ya, kamu jangan banyak fikiran dirumah, tenang saja, semuanya pasti baik-baik saja".
"Iya Kak," Afifa mengangguk dan meraih tangan suaminya, menyalaminya dan menciumnya.
"Talita baik-baik dirumah sama Bunda ya", pandangan Fauzi beralih pada Talita yang setia bergelayut dilengan Afifa, tangannya mengusap pucuk kepala anak itu, lalu tersenyum.
Talita hanya mengangguk.
Fauzi berpamitan pada umi dan Abi juga yang lainnya. lalu setengah berlari menuju mobil. Mobil itupun melesat meninggalkan kediaman Afifa menuju Rumah Sakit.
Afifa dan yang lainnya masih berdiri menatap mobil hitam itu diteras sampai tak terlihat lagi.
Tak lama adzan maghrib berkumandang, merekapun masuk rumah dan segera melaksanakan kewajibannya.
Setelah sholat maghrib Umi dan Abi berpamitan hendak pulang, karena malam ini Abi harus mengajar ngaji anak-anak di suraunya.
Dengan berat hati Afifa pun mengizinkan keluarganya pulang.
Setelah pekerjaan dirumah Afifa beres, Bi Yati juga berpamitan pulang ke Ruko toko.
Dirumah Afifa hanya tersisa Kak Hanita dan kedua putranya, juga Talita yang memang sudah berencana menginap dirumahnya.
Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, tapi belum juga ada kabar tentang Kak Dewi, Afifa duduk bersama Hanita di sofa, Anak-anak sedang tiduran didepan televisi menyaksikan acara paforitnya.
"Kok belum ada kabar ya Fa?" ucap Kak Hanita.
"Iya, Fifa telphon Kak Aji ya Kak". Jawab Afifa sambil mengambil ponselnya yang tergeletak dimeja.
Hanita mengangguk dan bersiap mendengarkan adik iparnya bicara lewat ponselnya.
Tak butuh waktu lama, panggilan tersambung.
"Assalamualaikum Dek..."
"Waalaikum Salam, Gimana keadaan Kak Dewi Kak?"
"Dia sudah siuman, tapi sekarang sedang diperiksa kembali memastikan penyakitnya, dokter bilang dari hasil rontennya ada kelainan dibagian paru, kita juga masih menunggu hasil lebnya besok".
"MasyaAlloh...semoga semuanya baik-baik saja"
"Aamiin..."
"Nadia gimana Kak? aku khawatir sama dia"
"Dia sedang ke mesjid sholat isya".
"Syukurlah, Kak Aji mau nginep di RS?"
"Kemungkinan iya, kasian Muthya sendiri, Mama sama Papa biar pulang dulu diantar Kak Arman".
"Iya Kak, hati-hati ya, jangan lupa kasih kabar kalau ada perkembangan ataupun sesuatu yang terjadi sama Kak Dewi".
"Iya sayang, kamu juga hati-hati dirumah, jaga diri dan calon anak kita, juga Talita".
"Iya Kak, Assalamualaikum".
"Waalaikum Salam".
Afifa menutup telphonnya, dia menatap Hanita, "Hasil rontennya menunjukan ada kelainan pada parunya Kak Dewi".
"Apa mungkin penyakitnya menular dari ayahnya Nadia ya Fa?" Hanita nampak berfikir.
"Apa ayah Nadia juga punya penyakit paru Kak?" Tanya Afifa yang memang belum pernah mengenal ayah Nadia.
"Iya, beliau meninggal karena penyakit itu", jelas Hanita.
"Oh...jadi begitu, berarti kemungkinan itu sangat besar Kak", ucap Afifa, " Semoga saja dokter bisa menyembuhkan Kak Dewi".
"Aamiin..., kasian Nadia, ayahnya sudah meninggal, sekarang ibunya sakit". Hanita nampak merenung.
"Apa suami Kak Dewi sudah diberi tahu?" tanya Afifa lagi.
"Mungkin sudah sama Nadia, Kakak juga gak tahu nomornya", Jelas Hanita lagi.
Akhirnya mereka berdua terdiam dalam fikirannya masing-masing, sampai anak-anak meminta untuk tidur karena malam sudah larut.
**********
Bersambung...❤⚘⚘⚘...
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Hai Readers... komentarnya aku tunggu lho.
Bukan apa-apa, memang itu yang bikin Author semangat menulis, meski cuma satu kata, boleh kritik ataupun saran...untuk menambah kwalitas novel ini...😊
Terimakasih...😊kalian sudah meninggalkan jejak disini😘😘😘
Like, Vote dan tekan bintang 5nya tetap kutunggu 😊
Love you All...❤❤❤⚘⚘⚘
By : @Rahma Khusnul#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
startlife
aku udah like nih, ternyata seru ceritanya. jangan lupa mampir yuk ke karya pertama ku "Si Cupu?!"
2021-06-28
2
Eka (Ira) Senja Comel
semangat bundaaaa
2020-11-23
1
💕icha mUngiL IcPutsta💕 😘
sEMaNgaT BuNda
2020-11-03
1