Selamatan 4 Bulanan...

Sore hari suasana rumah Afifa ramai dengan keluarga dan para tetangga yang datang atas undangan keluarga kecil yang tengah bahagia ini, mereka datang untuk berpartisipasi dalam acara selamatan 4 bulanan kehamilan Afifa.

Orang tua Afifa dan Fauzi berkumpul begitupun dengan Adik dan Kakak mereka, bahkan Kakak perempuan Fauzi yang berada di Jakarta dan Semarang pun ikut hadir beserta putra-putrinya karena memang masih suasana lebaran, jadi mereka sekalian pulang, kecuali suaminya Kak Dewi yang tidak datang.

Suami Kak Dewi memang tidak begitu dekat dengan keluarga Mama dan Papa, Afifa juga baru satu kali bertemu dengannya, yaitu pada saat Afifa berkunjung kerumah Kak Dewi di Jakarta untuk mencari keberadaan Wulan bersama Fauzi dulu, pada saat pernikahannya pun dia tidak datang.

Akhir-akhir ini Afifa baru tahu, kalau sebenarnya pernikahan Kak Dewi dengan Kak Yana Suaminya tidak direstui oleh Mama Papa, mungkin karena usia Kak Yana yang lebih muda dibanding Kak Dewi, juga karena sebelum menikah dengan Kak Dewi Kak Yana tidak punya pekerjaan tetap serta jauh dari Agama, itu menurut mereka.

Tapi entah mengapa Kak Dewi begitu kekeh untuk menikah dengannya, sampai berani menentang kehendak orang tuanya.

Setelah suaminya yang tidak lain adalah Ayah dari gadis bernama Muthya Nadia Putri, anak semata wayangnya meninggal karena sakit paru turunan dari keluarganya, Kak Dewi meneruskan usaha mebelnya di Jakarta, saat ditinggal suaminya usianya 35 tahun dan Nadia baru masuk kelas 1 SMP, usianya 13 tahun.

Dengan paras Dewi yang cantik, serta memiliki toko mebel di ibukota yang penghasilannya cukup lumayan tentunya banyak pria yang mendekatinya, sampai akhirnya hatinya terpaut dengan sosok pria bernama Mulyana, seorang pemuda berusia 30 tahun asli Jakarta, berasal dari keluarga biasa, namun karena rasa cintanya yang begitu dalam kepada pria itu, dia tidak mempermasalahkan asal-usulnya serta penghasilannya, toh dari usahanya sendiri dia mampu menghidupi keluarganya termasuk calon suaminya kelak.

Tiga tahun sepeninggal suaminya, Kak Dewi menikah lagi dengan Kak Yana, meski tanpa restu dari orangtuanya juga putri satu-satunya yang saat itu sudah beranjak remaja.

Nadia sekolah di salah satu SMU ternama di Jakarta, dengan otaknya yang cerdas membuat dia mudah saja diterima di sekolah manapun sesuai keinginannya, bahkan sejak SD sampai SMP dia selalu juara kelas.

Namun entah mengapa saat dia masuk SMU dan ibundanya menikah lagi dengan pria pilihannya, prestasinya anjlok, sering bolos, dan berkumpul dengan teman-teman gengnya.

Perilaku dan cara perpakaiannya berubah, Tak ubahnya seperti pakaian pria pada umumnya, rambutnya dipotong pendek dan sengaja di cat warna warni, sikapnya cuek tidak peduli dengan pandangan orang lain terhadapnya, bahkan dia tidak sungkan untuk mengucapkan kata-kata kotor di depan orang tuanya.

Mungkin itu adalah salah satu dari sikap protesnya, karena ibundanya terlalu sibuk bekerja dan perhatiannya beralih pada suami barunya. Kehidupannya yang berada dikota besar membuat ibundanya sulit mengendalikan dirinya, bisa lulus SMU saja ibunya sudah sangat bersyukur.

Diusianya yang sedang labil, selayaknya dia punya sosok panutan, namun sayang dia sama sekali tidak menemukan hal itu disosok ibundanya yang selalu sibuk, apalagi dari ayah tirinya yang sangat cuek padanya dan seolah ingin mengambil alih sepenuhnya perhatian ibunya.

Nadia benar-benar benci dengan ayah tirinya yang menurutnya hanya numpang makan saja dari penghasilan ibunya, dia benar-benar tidak bertanggung jawab untuk menghidupi keluarganya, ibunya harus bekerja keras sedang ayah tirinya hanya santai-santai saja, meski sesekali datang ke toko dia sama sekali tidak membantu, hanya lontang-lantung gak jelas menunjukan sifat malasnya.

Setelah Nadia lulus SMU, Dewi terpaksa menitipkan putrinya di rumah adik perempuannya Hanita di Semarang, dengan harapan sikap putrinya akan berubah, karena memang adiknya itu cukup tegas dalam mendidik anak-anaknya.

Nadia sempat kuliah disana, di sebuah perguruan tinggi pilihan tantenya, namun kelakuannya justru semakin tak terkendali.

Sampai akhirnya dia bertemu dengan Seniornya, meski tidak satu jurusan namun masih satu kampus dengannya, dia adalah seorang ketua Rohis dikampusnya.

Mereka sering bertemu sampai seniornya itu berhasil meluluhkan hatinya, sikapnya mulai berubah, karena nasehatnya, sampai ia mau mengenakan hijab, meskipun kadang-kadang ia lepas diwaktu tertentu karena belum terbiasa.

Nadia sempat menaruh hati padanya, namun sayang, perasaannya tidak ditanggapi oleh seniornya, dia justru hanya dianggap tidak lebih dari seorang adik baginya.

Setelah seniornya lulus, Nadia tidak bersemangat lagi tinggal disemarang, diapun kembali ke Jakarta dan melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta fakultas ekonomi.

Enam bulan yang lalu Pamannya Fauzi berkunjung kerumahnya bersama istrinya Afifa, Nadia sangat kagum dengan sosok Tante barunya yang sebenarnya usianya tidak jauh berbeda dengannya.

Sosok Afifa yang anggun serta tutur katanya yang lembut dan ramah, mampu menyejukan hatinya yang sedang merindukan sosok panutan dalam hidupnya.

Nadia sangat terpesona dengan tantenya itu. Seperti kali ini saat Nadia mendengar kabar akan berkunjung kerumah pamannya dia sangat bersemangat ingin segera bertemu dengan Afifa, akhirnya pas lebaran ini mereka pulang ke Bandung untuk bertemu Kakek dan Neneknya, sekaligus menghadiri acara empat bulanan kandungannya Afifa.

Dirumah Afifa, semua orang sibuk beberes setelah acara selamatan selesai.

“Eh...Anti mau kemana?" Ucap Nadia sedikit berlari menghampiri Afifa membuat rambut kucir kudanya yang berwarna bergerak loncat-loncat, "Bumil duduk manis aja disini, jangan ikutan beres-beres!” Perintah Nadia pada Afifa setelah para tamu undangan pulang. dia memang selalu memanggil tantenya itu dengan sebutan Anti (Aunty) lebih akrab katanya.

“Hmmm...jangan berlebihan Nad, anti kan baru hamil 4 bulan, masih bisa bergerak dengan leluasa,” Afifa tersenyum pada ponakannya.

“Eh...Justru itu masa rentan An, ayo duduk sini aja!” ucap Nadia sambil membimbing Afifa duduk disofa.

“Oke...oke... ponakan ku yang imut dan cerewet”, Ucap Afifa sambil mencubit pipi cabi ponakannya.

Meski sudah duduk dibangku kuliah semester 3 wajah Nadia memang masih terlihat imut, mungkin karena wajah dan matanya yang bulat membuat dia sering disebut babyface oleh teman-temannya, bahkan Fauzi selalu memanggilnya imut, selain karena wajahnya yang imut, juga karena nama depannya Muthya.

Fauzi sangat menyayangi ponakannya itu, dia adalah keponakan pertamanya, selain itu Nadia juga sudah tidak memiliki ayah, sebagai sodara laki-laki dari ibunya dia merasa bertanggung jawab atas Nadia.

Nisa tampak anteng bermain dengan Talita dan cici, sedangkan Dika asyik bermain gadget dengan Rizki. Kak dewi dan Kak Hanita sibuk membantu Bi Yati membereskan piring sisa makanan para tamu undangan, Mama dan Papa sedang berbincang diruang depan bersama Umi dan Abi,begitupun dengan Fauzi, dia terlibat perbincangan serius dengan kakak iparnya Amran, bertanya tentang keadaan Kak Yana yang tidak pulang saat ini.

Nadia masih berbiara dengan Afifa ,“Anti jangan khawatir, pokonya sebelum maghrib, rumah Anti sudah rapi, beres semuanya,” Nadia tersenyum lebar meyakinkan tantenya, jari jempol dan jari tengahnya memetik menimbulkan suara.

“Jadi kamu mau kerjakan semuanya ni?” tanya Afifa tak percaya.

“Bi Yati akan mengerjakan semuanya hehe...” Ucapnya cengengesan sambil mendudukan dirinya disamping Afifa.

“Eh, kirain kamu yang mau beres-beres”, Afifa tertawa melihat tingkah ponakannya.

Sejak Afifa hamil, Fauzi meminta Bi Yati untuk membantu Afifa dirumah, melakukan pekerjaan rumah tangganya yang dirasa cukup berat, Fauzi tidak mau istrinya kecapean karena bekerja, apalagi Afifa harus masih berangkat ke sekolah untuk mengajar, karena Afifa tidak mau cuti berlama-lama selagi ia masih kuat mengajar, dia akan melakukan tugasnya dengan senang hati.

“Hehe...aku belum berpengalaman An.., nanti deh aku belajar dari Anti kalau sudah mau nikah”, Nadia menyandarkan kepalanya ke bahu Afifa.

“Harusnya belajar dari sekarang lo Nad, siapa tau kamu nikah cepet kaya Anti,” Afifa mengelus punggung tangan ponakannya.

“Hmmm...kalau gitu, aku pindah aja deh kuliahnya disini” Jawab Nadia tiba-tiba serius.

“Ya...gak harus pindah juga dong Nad, belajar sama bunda kamu aja kan bisa”, jawab Afifa.

Nadia melipat wajahnya, nampak raut muka sedih diwajahnya, “Bunda terlalu sibuk”, ucapnya.

Afifa merasa heran dengan perubahan sikap ponakannya, wajah bulatnya yang tadi begitu ceria, tiba-tiba saja berubah murung.

“Nad...,” panggil Afifa lembut, tangannya kembali mengusap punggung tangan Nadia, “Bunda sibuk kerja kan demi kamu juga, untuk biaya kuliah kamu, kebutuhan kamu”.

“Bukan hanya sibuk kerja An, tapi ngurusin suami manjanya itu,” Ucap Nadia kesal, sambil menegakkan posisi duduknya.

“SubhanAlloh, jangan bilang gitu Nad, dia kan ayahmu juga, memang seharusnya kan seorang istri ngurusin suaminya,” Ucap Afifa lembut.

“Udah ah... jangan ngomongin dia, bikin bad mood aja,” Nadia masih cemberut, kembali menyenderkan kepalanya dipundak Afifa.

Afifa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

Fauzi datang menghampiri mereka, “Hei...anak nakal, ngapain manja-manja sama istriku?” ucap Fauzi sambil memelototi ponakannya.

Nadia mendongak, “He...inikan Antiku, ya kan An?” sambil mendelik, masih tetap dalam posisinya.

“Eh...minggir-minggir...! nanti anakku bisa terkontaminasi kenakalanmu”, Fauzi mengibas-ngibaskan tangannya.

“Apaan si Paman? ganggu aja, aku kan lagi pengen manja-manjaan sama Anti”. Nadia malah memeluk Afifa.

“Hus...hus geser sana!” Fauzi berusaha mendorong tubuh Nadia.

Nadia terpaksa menggeser duduknya, menepi ke sisi lain sofa panjang itu, wajahnya semakin ditekuk. “Ih...dasar pelit”, Ucapnya.

“Biarin”, ucapnya cuek sambil melingkarkan lengannya ke bahu Afifa.

Afifa hanya tersenyum melihat perdebatan antara Paman dan Ponakannya itu.

“Kamu capek ya sayang?” tanya Fauzi kemudian kepada istrinya.

“Enggak, aku baik-baik saja”, Afifa mendongak melihat ke arah Nadia yang masih cemberut. “Ponakan kita yang cantik itu gak ngizinin aku melakukan apapun”, ucapnya sambil tersenyum ke arah Nadia.

“Ho...begitu ya?” Fauzi menoleh sekilas pada ponakannya. “Tapi kamu harus hati-hati lo sayang, pasti dia ada maunya”.

“Hei...! Paman nyebelin deh, curigaan amat sama ponakan sendiri, bukannya terimakasih udah jagain istrinya”. Nadia memukul bahu pamannya karena tak terima dengan ucapannya.

“Ha ha ha...” Fauzi tergelak melihat tingkah Nadia yang kesal.

“Jangan gitu sayang, kasian Nadia tuh, wajah cantiknya jadi hilang karena ditekuk”, ucap Afifa pada suaminya, senyuman terukir dari bibirnya kembali memunculkan dua titik dikedua pipinya.

“Gak papa, udah biasa diamah, selalu cemberut” ledek Fauzi.

“Aaaaaa... Paman...!” Nadia mengepalkan telapak tangannya, lalu memukul bahu pamannya bertubi-tubi.

“Aw...aw...sakit Imuuuuuut...!” Fauzi berteriak, berbalik kearah Afifa, memeluknya dan pura-pura berlindung di tubuh mungil istrinya.

“Jangan panggil Imut! aku sudah dewasa...!” teriak Nadia semakin kesal.

Fauzi mendongak”, Ha ha...dewasa dari mananya? Badannya aja yang gede, otaknya masih kayak anak-anak”.

“Sayang, jangan keterlaluan ih”, Afifa menimpali.

“Anti..., lihatkan Paman ngeledekin aku terus”, Nadia mulai merengek.

Afifa hanya bisa menggeleng.

“Eh Imut, lagian ya, kalau seorang perempuan udah dewasa itu, harusnya tau mana yang benar dan mana yang salah, lha ini aurat aja gak ditutup di depan laki-laki yang bukan muhrim,” Fauzi mengibaskan rambut Nadia yang berkucir kuda berwarna pirang karena cat.

“Ih...,ini tu model rambut terbaru Paman, lagian aku kepanasan pake kerudung”, Nadia membela diri.

“Panas mana sama api neraka yang akan membakar rambut kamu? Dan ini lagi celana jeans ketat kamu, yang membentuk badan kamu, itu sama saja dengan tidak berpakaian Imuuuut”. Fauzi mengacak-acak rambut ponakannya.

Nadia terdiam, nampak bibirnya maju beberapa centi, “Jadi aku harus pake gamis kayak Aunty tiap hari gitu?”

“Ya gak begitu juga Nad, yang penting sopan jangan sampai memperlihatkan auratmu didepan pria lain yang bukan muhrim”, Afifa menimpali.

“Tapi celanaku juga panjang An”, Ucap Nadia sambil meraba celana jeans yang dikenakannya.

“Meskipun terbungkus dengan kain, kalau memperlihatkan lengkuk tubuhmu itu sama saja dengan aurat Nad”, jelas Afifa.

“Oh...begitu ya, terus gimana dengan nasib celana jeansku? Sayang banget kalo gak dipake”, Nadia nampak berfikir.

“Ah...kebanyakan mikir kamu, ayo sana mandi udah mau sore!” perintah Fauzi.

“Iya deh”, Nadia berdiri lalu berjalan menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi belakang, wajahnya masih terlihat berfikir.

Sepeninggal Nadia, Fauzi mengajak Afifa masuk ke kamarnya. “ Sayang, kamu pasti capek, ayo istirahat sebentar sambil nunggu maghrib”, dia mengulurkan tangannya ke arah istrinya.

Afifa mengangguk lalu meraih tangan suaminya, keduanya berjalan menuju kamarnya.

Afifa naik ke atas tempat tidur, meluruskan kakinya dan menyandarkan punggungnya. Fauzi ikut duduk disampingnya, membiarkan kepala istrinya bersandar dilengannya.

“Sayang...," panggil Fauzi.

“Ya?”

“Tak terasa ya, hampir setahun kita menikah, dan sebentar lagi, buah hati kita akan hadir ditengah-tengah kita, menambah keceriaan dirumah ini”, Fauzi mengusap perut Afifa yang masih rata namun mulai mengeras.

“ Iya,” Jawab Afifa singkat, senyuman terukir dibibirnya.

Fauzi mengangkat tangannya dan melingkarkannya kebahu istrinya, mencium kening Afifa dan memeluknya dengan erat.

Afifa memejamkan matanya, menikmati setiap detik kehangatan tubuh dan aroma khas dari suaminya.

*****

Bersambung...😊⚘⚘⚘...

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Hai Readers...😘

Jangan lupa boom like dan kasih Vote buat author ya...😉

dan tetap selalu kasih komentar, biar Author tambah semangat...

Love You All....❤❤❤⚘⚘⚘😘

By : @Rahma Khusnul#

Terpopuler

Comments

☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ

☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ

wah jangan² Nadia nanti berjodoh dengab Farid nich 🤔🤔🤔
#ngarep

2021-09-05

2

💖🇸🇩 KAMILA 🇸🇩 💖

💖🇸🇩 KAMILA 🇸🇩 💖

lanjut kk

2021-02-28

2

alifa Faturahman

alifa Faturahman

banyak hikmah yg bisa dipetik dri cerita kk author

2021-02-28

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Selamatan 4 Bulanan...
3 Penyakit Kak Dewi...
4 Siapa Talita?...
5 Rumah Sakit...
6 Rumah Sakit part 2...
7 Tamu Tengah Malam#
8 Tak Tahu Diri...
9 Terjatuh...
10 Kesedihan...
11 Hasil Pemeriksaan Dokter...
12 Ulang Tahun Talita...
13 Melahirkan...
14 Rasa Bersalah...
15 Kehilangan...
16 Farid POV...
17 Ikhlaskan...
18 Suami Idaman...
19 Pertemuan Kembali...
20 Kisah Nadia-Farid...
21 Ikhlas...Mudah Diucapkan, Sulit Dilakukan...
22 Kebenaran Harus Terungkap...
23 Mulai Terungkap...
24 Kejujuran part 1...
25 Bimbang...
26 Kejujuran part 2...
27 Kejujuran part 3...
28 Dukunganmu...
29 Kampus Nadia...
30 Rencana...
31 Posisiku ...
32 Anak Hanya Korban...
33 Takut Kehilanganmu...
34 Kalian Segalanya...
35 Cucu dari Rahimku...
36 Jujur...
37 Wanita Biasa...
38 Punya Nenek...
39 Rencana...
40 Kedatangan Wulan...
41 Tanggung Jawab...!
42 Ibarat Siti Fhatimah...
43 Lari dari Kenyataan
44 Cinta Orang Tua adalah Segalanya...
45 Apa Ada Jalan Lain?....
46 Bertahanlah Bersamaku...
47 Bagaimana Keputusannya?...
48 Fikirkan Fsikis Anak ...
49 Dia Tujuan Hidup Saya...
50 Kecelakaan...
51 Jangan Sia-Siakan Dia...
52 Kau Pantas Bahagia...
53 Rutinitas yang Mulai Terlupakan...
54 Salah Faham...
55 Akankah Berakhir disini?...
56 Tak Patut di Pertahankan...
57 Sanggupkah Hidup Tanpanya?...
58 Saat Ego Mengalahkan Rasa...
59 Rindu...
60 Kau Akan Menyesal...
61 Menangislah!...
62 Kecemburuan Menutup Mata Hati...
63 Jangan Ragukan Dia...
64 Mual...
65 Maaf ...
66 Kabar Gembira...
67 Kembali Ke Rumah...
68 Perjanjian...
69 Teman Fauzi...
70 Cemburu...
71 Hatiku Tetap Sama...
72 Jangan Tutup Hatimu...
73 Rencana Makan Siang...
74 Ada Apa dengan Nadia?
75 Tentang Rasa yang Kini Hadir...
76 Kekonyolan Nadia...
77 Rasa Penasaran...
78 Derama Ngidam Afifa...
79 Ayah Baru...
80 Satu Kesalahan...
81 Ungkapan Hati Thalita...
82 Calon Istri Mas...
83 Hanya Meraba Diri...
84 Wanita Sepertiku...
85 Kebenaran dari Johan
86 Acara Khitbah Nadia...
87 Acara Khitbah Nadia 2...
88 Keraguan Hati Nadia...
89 Kegelisahan Farid...
90 Perasaan Farid...
91 Pertemuan Dengan Keluarga Faqih...
92 Kebenaran Baru Untuk Fauzi...
93 Harapan Baru...
94 Persiapan Afifa...
95 Janji...
96 Bersyukur...
97 Resepsi Pernikahan Wulan...
98 Hangatkan Suasana...
99 Memupuk Rasa dalam Ibadah Panjang...
100 Bersyukur...
101 Masa Lalu...
102 Kebahagiaan Wulan...
103 Tasyakuran...
104 Ada Apa Denganmu...
105 Kejutan...
106 Persiapan...
107 Aqad dan Resepsi...
108 Tugas Utama Seorang Suami...
109 Menjelang Persalinan...
110 Melahirkan...
111 Part Khusus Hikmah Cerita SCA Pendapat Readers...
112 Selamat Datang Buah Hatiku...
113 Amanah dan Anugrah (The End)...
114 Ekstra Part...
115 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 115 Episodes

1
PROLOG
2
Selamatan 4 Bulanan...
3
Penyakit Kak Dewi...
4
Siapa Talita?...
5
Rumah Sakit...
6
Rumah Sakit part 2...
7
Tamu Tengah Malam#
8
Tak Tahu Diri...
9
Terjatuh...
10
Kesedihan...
11
Hasil Pemeriksaan Dokter...
12
Ulang Tahun Talita...
13
Melahirkan...
14
Rasa Bersalah...
15
Kehilangan...
16
Farid POV...
17
Ikhlaskan...
18
Suami Idaman...
19
Pertemuan Kembali...
20
Kisah Nadia-Farid...
21
Ikhlas...Mudah Diucapkan, Sulit Dilakukan...
22
Kebenaran Harus Terungkap...
23
Mulai Terungkap...
24
Kejujuran part 1...
25
Bimbang...
26
Kejujuran part 2...
27
Kejujuran part 3...
28
Dukunganmu...
29
Kampus Nadia...
30
Rencana...
31
Posisiku ...
32
Anak Hanya Korban...
33
Takut Kehilanganmu...
34
Kalian Segalanya...
35
Cucu dari Rahimku...
36
Jujur...
37
Wanita Biasa...
38
Punya Nenek...
39
Rencana...
40
Kedatangan Wulan...
41
Tanggung Jawab...!
42
Ibarat Siti Fhatimah...
43
Lari dari Kenyataan
44
Cinta Orang Tua adalah Segalanya...
45
Apa Ada Jalan Lain?....
46
Bertahanlah Bersamaku...
47
Bagaimana Keputusannya?...
48
Fikirkan Fsikis Anak ...
49
Dia Tujuan Hidup Saya...
50
Kecelakaan...
51
Jangan Sia-Siakan Dia...
52
Kau Pantas Bahagia...
53
Rutinitas yang Mulai Terlupakan...
54
Salah Faham...
55
Akankah Berakhir disini?...
56
Tak Patut di Pertahankan...
57
Sanggupkah Hidup Tanpanya?...
58
Saat Ego Mengalahkan Rasa...
59
Rindu...
60
Kau Akan Menyesal...
61
Menangislah!...
62
Kecemburuan Menutup Mata Hati...
63
Jangan Ragukan Dia...
64
Mual...
65
Maaf ...
66
Kabar Gembira...
67
Kembali Ke Rumah...
68
Perjanjian...
69
Teman Fauzi...
70
Cemburu...
71
Hatiku Tetap Sama...
72
Jangan Tutup Hatimu...
73
Rencana Makan Siang...
74
Ada Apa dengan Nadia?
75
Tentang Rasa yang Kini Hadir...
76
Kekonyolan Nadia...
77
Rasa Penasaran...
78
Derama Ngidam Afifa...
79
Ayah Baru...
80
Satu Kesalahan...
81
Ungkapan Hati Thalita...
82
Calon Istri Mas...
83
Hanya Meraba Diri...
84
Wanita Sepertiku...
85
Kebenaran dari Johan
86
Acara Khitbah Nadia...
87
Acara Khitbah Nadia 2...
88
Keraguan Hati Nadia...
89
Kegelisahan Farid...
90
Perasaan Farid...
91
Pertemuan Dengan Keluarga Faqih...
92
Kebenaran Baru Untuk Fauzi...
93
Harapan Baru...
94
Persiapan Afifa...
95
Janji...
96
Bersyukur...
97
Resepsi Pernikahan Wulan...
98
Hangatkan Suasana...
99
Memupuk Rasa dalam Ibadah Panjang...
100
Bersyukur...
101
Masa Lalu...
102
Kebahagiaan Wulan...
103
Tasyakuran...
104
Ada Apa Denganmu...
105
Kejutan...
106
Persiapan...
107
Aqad dan Resepsi...
108
Tugas Utama Seorang Suami...
109
Menjelang Persalinan...
110
Melahirkan...
111
Part Khusus Hikmah Cerita SCA Pendapat Readers...
112
Selamat Datang Buah Hatiku...
113
Amanah dan Anugrah (The End)...
114
Ekstra Part...
115
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!