Takdir Cinta Rania
...💔💔💔💔...
Gerimis di malam itu menjadi saksi akan kepedihan hatinya, akan kehampaan jiwanya, dan akan kegalauan batinnya. Siapa yang bisa menyangka kenekatan ini akhirnya berujung kepada malapetaka, keegoisan menghancurkan semuanya, kekerasan hati menjadi rajanya, iman didadapun menjadi sangat tipis tanpa bisa mencegah ini semua yang akhirnya terjadi juga.
Keheningan kembali menyelimuti hatinya, air mata tidak berhenti menetes beriringan dengan air hujan yang semakin deras. Penyesalan pun semakin dalam, tapi.. apa yang mau di kata? Semua telah terjadi. Semua telah terlambat. Jiwanya terasa kosong.
Semua kenangan terindah terbayang kembali di pelupuk matanya, awal permulaan cerita yang begitu membahagiakan, tapi… akhir cerita ini tak seindah awalnya. Malahan begitu menyakitkan. Begitu memilukan. Begini kah rasanya? Begitu menyakitkan baginya? Sanggupkah dia melewati ini semua?
Bersamaan dengan ini lah baru ia sadari bahwa ia telah salah. Salah besar. Salah dalam mencintai cinta dan cara mencintai cinta.
“Mi… sayang… mohon, jangan lah bersikap seperti ini. Hancur semuanya. Kenekatan umi, kegilaan umi ini, bukannya semakin sayang Abi. Aduh.. tolonglah bersabar sayang, beri abi waktu untuk mencari penyelesaian masalah ini, jangan desak abi, semakin didesak semakin pusing abi, tolong Mi, Abi mohon...” Ujar lelaki itu setengah memohon.
Wanita yang di panggil Umi itu adalah Rania Nazwa. Wanita yang sudah beberapa kali mencoba memaksa lelaki yang dicintainya itu untuk mengikuti apa yang dirinya mau. Rania menarik nafas panjang sebelum menanggapi perkataan lelaki kekar yang ada dihadapannya saat ini.
“Umi yang minta tolong sama abi.. mau sampai kapan Umi menunggu? Mau sampai kapan Umi bersabar? Semakin lama umi menunggu, semakin sakiiittt.. semakin periiihh…" ucapnya dengan nafas yang naik turun sedangkan air mata semakin deras mengalir dipipinya yang mulus.
"Maafin Abi Sayang, Abi yang salah... Abi yang lemah... Tapi, Abi mohon.. Beri Abi waktu lagi untuk mencari jalan keluar dari permasalahan kita ini...." Katanya.
"Mau berapa lama lagi Umi harus memberi waktu untuk Abi? Hampir 1 tahun Bi, Umi menahan rasa sakiit ini... Mau sampai kapan lagi? 2 Tahun, 3 tahun? Mau berapa lama lagi? sedangkan rasa sakiit ini semakin dalam... semakin kuat merasuk kedalam jiwa..." Ucap Rania seraya memegang dadanya yang mulai bergetar tak beraturan karena menahan kegundahan hati yang ia rasakan saat ini.
“Kalau begitu tinggalin saja abi, tinggalin..!! Karena untuk apa menjalani hubungan jika kita saling menyakiti satu sama yang lain. Tinggalin saja abi sayang…” Katanya dengan raut wajah yang sedih.
Rania terdiam untuk beberapa saat. Ia menatap mata sendu milik lelaki yang sudah singgah dihidupnya lebih kurang 4 tahunan itu. Rania kembali menggerakkan bibirnya dan berucap..
“Mana ada wanita yang mau diduain seperti ini Bi, mana ada.. Umi udah cukup sabar memberi Abi waktu untuk meninggalkan dia, tapi sampai detik ini abi masih belum juga meninggalkan dia, Abi masih mempertahankan dia, masih menjalani hubungan dengan dia. Mana ada orang yang mau diginikan Bi. Abi hanya bisa berkata-kata saja tanpa bisa membuktikan kata-kata Abi itu. Hanya bisa berjanji tapi tidak pernah untuk menepatinya...” Kata Rania seakan melampiaskan segala kegundahan hati yang ia tahan selama ini.
Gerimis pun berubah perlahan lahan menjadi hujan yang semakin deras membasahi bumi, malam semakin kelam, dingin dan basah. Cukup lama mereka terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing, membiarkan tubuh mereka basah kuyup diterpa air hujan.
“Maafin Abi Mi, Abi memang belum bisa. Belum bisa meninggalkan dia…” Ucapnya sambil menundukkan kepalanya, seakan tidak sanggup melihat sorot mata kekecewaan wanita yang ada dihadapannya itu.
“Jadi, kalau meninggalkan aku bisa, ha?” Tanya Rania yang kali ini dengan meninggikan nada suaranya.
Diam. Hening lagi. Yang ditanya hanya bisa menunduk lalu menggelengkan kepala.
“Jadi, apa maksudnya? Ngak bisa melepaskan dia tapi juga gak mau meninggalkan aku? Jadi maksud KAU itu APA HA??” ucapnya yang kali ini berteriak lebih kencang sehingga memecahkan keheningan di malam itu.
“Abi ngak tau sayang, abi ngak bisa meninggalkan dia karena sesuatu hal. Dan Abipun juga tidak sanggup jika harus meninggalkan kamu. Abi bingung... Makanya Abi mohon sama kamu supaya kamu memberi waktu dan ruang untuk Abi dalam mencari solusinya. Tapi, Kamu ngak bisa sedikit saja bersabar. Kamu selalu mendesak Abi. Dan yang lebih parahnya lagi kamu nekat, nekat berbuat suatu hal diluar kendali yang bisa saja mencelakai dirimu sendiri. Jadi, dari pada kamu semakin merasa tersakiti, Abi pasrah jika kamu harus pergi meninggalkan Abi. Abi tidak akan mencegahnya, Pergilah sayang... Tinggalkan saja Abi. Lelaki yang tidak berguna ini" Ucap lelaki itu dengan suara yang mulai melemah.
Rania menghela nafas panjang. Percuma. Bukan sekali dua kali dia mendesak lelaki yang didepannya ini. Sudah berkali-kali dan jawabannya tetap sama, dia tetap tidak bisa memilih. Inikah karma yang harus dia tanggung saat ini? Menerima kenyataan lelaki yang sangat ia cintai, yang dulunya sangat setia dan tidak pernah mengkhianatinya tapi karena kesalahannya, karena keegoisannya, karena kenekatannya, karena kegilaannya, lelaki yang ia sayangi itupun berubah, lebih memilih wanita yang memang sifatnya bertolak belakang dengan dirinya.
“Oke. Baiklah. Kalau begitu, aku yang pergi, biar aku yang mengalah. Jika memang ini jalan yang terbaik untuk kita, meskipun sakit yang akan aku terima... Biarlah... aku yang pergii....!!” Kata Rania akhirnya sambil menyeka air mata yang terus mengalir di pipinya. Begitu juga lelaki itu yang seperti menahan air mata yang sudah mengenang di pelupuk matanya yang merah.
Rania sungguh telah lelah, hampir 1 tahun sudah ia menjalani hubungan yang menyakiti seperti ini, dan sudah 1 tahun juga dia bertahan dan bersabar menunggu disaat lelaki yang dicintai itu kembali seutuhnya lagi dengan dirinya seperti 4 tahun yang lalu, saat mereka masih berseragam SMA. Tapi, kenyataan berkata lain. Tidak mudah lagi baginya untuk menggoyahkan pendirian lelaki itu.
Rania berlari meninggalkan lelaki itu. Tangisannya pun pecah. Ia terus berlari, berlari… tanpa tahu arah dan tujuan. Hingga sampai disatu titik, ia pun berhenti. Hujan masih turun dengan derasnya, ia melihat kebelakang. Kosong. Sepi. Satupun manusia tidak ada dibelakangnya. Lelaki itu pun tidak menyusulnya. Dadanya semakin sesak. Beginikah akhir cerita cinta dirinya? Apakah yang harus ia lakukan? Kembali kebelakang dan memohon lagi kepada lelaki itu? Dan tetap bertahan menjalani hubungan yang menyakitkan ini? Atau… pergi menjauh dari dia dan semua kenangan itu? Haruskah dia hijrah? Tapi, bagaimana caranya? Rania tidak tahu apa yang harus dilakukannya lagi. Ia merasa bingung,Jiwanya terasa hampa. Separuh hatinya seakan hilang dari dirinya. Mampukah dirinya bertahan tanpa lelaki itu?
...💞💞💞💞...
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mailiyana
Mksh sdh Mampir..
2023-03-02
1