Malam itu terasa dingin, merasuk ke kalbu, menusuk ke tulang. Jaket tebal yang membalut tubuhnya tidak mampu menjadi penghangat bagi tubuhnya. Tapi, ia masih tetap bertahan dengan satu tujuan, satu misi, satu harapan.
Jam telah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Waktu disaat umat manusia sedang lelap dalam tidur panjangnya, saat mereka sedang asyik merangkai mimpi indahnya. Tapi, tidak bagi dirinya. Malam ini semuanya harus terbalas, dendam yang bersemayam didadanya.
Langkah kakinya menelusuri gang kecil yang gelap itu. Tercium olehnya aroma sampah yang berada disisi kiri dan kanannya, membuat lambungnya semakin mual, ditambah lagi tak ada sedikitpun makanan yang singgah diperutnya, rasa sakit hati mengalahkan rasa laparnya.
“Malam ini semuanya harus terbalaskan.” Geramnya sambil mengepalkan erat kedua tangannya.
Namanya Raihan, ia berumur 22 tahun, berwajah lembut, dan bertubuh agak kekar. Tapi siapa sangka dibalik kelembutan wajahnya tersimpan keganasan dihatinya, hanya dia dan Allah yang tahu rencana jahat apa yang akan dia perbuat pada malam hari ini.
“Malam ini kau akan mati…” sekali lagi ia berujar, pelan tapi pasti.
Langkah kakinya berhenti disebuah rumah kecil. Matanya memandang tajam setiap bagian rumah itu, melihat sekeliling dan memastikan tidak ada orang yang melihatnya malam itu. Berharap misinya malam ini berhasil, berhasil dengan mudah dan tepat sasaran.
Perlahan-lahan ia mencoba memasuki rumah yang terkunci itu, tapi dengan keahlian khususnya ia mampu membuka pintu rumah itu tanpa kesulitan sedikitpun. Setelah didalam rumah, dengan ligat ia mencari-cari. Dimana mangsa yang akan ia terkam malam ini? Ia sungguh tidak sabar bertemu mengsanya itu.
“Maaaliinnggggg……………. Tooloooooong…….. ada maliiinnnggg…………..” teriakan suara seorang wanita sontak membuat Raihan kaget, sebuah sapu melayang di punggungnya, rasanya sakit sekali tepat mengenai tulang punggungnya.
“Brengsek…” Raihan merampas sapu tersebut dari tangan si wanita, rasanya ingin sekali ia membalas pukulan wanita tadi, yang telah merusak rencananya malam ini. Tapi, niat itu diurungnya ketika beberapa orang datang berbondong-bondong kerumah kecil itu. Teriakan wanita tadi mampu membangunkan warga yang memang rumah mereka saling berdempetan. Celaka lah dia. Dia harus segera kabur kalau tidak penjara akan menjadi tempat persinggahannya nantinya.
“Awas kamu..” Raihan mendorong tubuh wanita itu hingga tersungkur ke lantai, kepalanya sempat terbentur didinding, darah segar mengalir dari pelipis wanita itu.
Raihan berlari keluar. Berlawanan arah dari warga yang mulai mendekati rumah itu. Ketika mendapati Raihan hendak kabur, warga pun dengan antusias melajukan langkah bahkan ada yang langsung berlari mengejar Raihan. Raihan semakin mempercepat langkah kakinya, dia tidak boleh tertangkap, dia bukan mau mencuri dirumah itu, mau mencuri apa coba dirumah kecil yang tidak ada satupun barang berharga disana, niat dia ingin balas dendam, balas dendam dengan si pemilik rumah. Tapi malam ini dia gagal, gagal total.
“Aku harus bisa kabur, aku tidak boleh tertangkap!” Desisnya.
Warga semakin ramai mengejarnya, malam yang sepi itu mendadak menjadi ramai, gaduh karena semua orang terbangun. Rasanya kaki Raihan telah lelah berlari, tapi dia harus tetap berlari jika tidak ingin tetangkap. Tidak terbayang olehnya gimana akhirnya kalau ia tertangkap, pasti dia akan babak belur dihajar warga. Memikirkan kemungkinan itu semua membuat dia semakin memperkencang larinya. Menyelusuri malam yang kelam itu.
...***...
“Ya Ampuun.. Raihan, apa-apaan ini? Kenapa kau kotor sekali, bau lagi. Habis dari mana kau malam-malam begini?” Tio, temannya kaget mendapati Raihan masuk kekamarnya dengan kondisi yang kotor dan bau. Raihan diam, dia masih mengatur nafasnya yang belum normal. Untung saja ia bisa lolos dari kejaran warga meskipun ia sampai nekat masuk ke kali yang kotor dan sembunyi disana.
“Rencana ku gagal Yo” jawab Raihan singkat sambil melepaskan bajunya.
“Hahahaha… makanya Han, kalo mau punya rencana tu harus disiapkan sematang mungkin. Jangan main langsung-langsung aja, lagi pula kau kan ngak punya banyak pengalaman untuk melakukan itu.” ledek Tio.
“Aku ngak butuh banyak pengalaman untuk menghajar orang itu, pokoknya dalam waktu dekat ini dia akan habis ditanganku. Seperti ia menghabiskan kebahagiaan yang terpancar dari wajah adikku, Nayla” ucap Raihan dengan suara bergetar.
“Oya, ngomong-ngomong soal Nayla, gimana keadaannya saat ini? Dia masih dirumah sakit?” tanya Tio.
“Masih..Dia masih dirawat dirumah sakit Sakinah, rencananya besok pagi-pagi aku akan kesana. Udah 2 hari aku ngak ada menjenguknya, kasihan dia Yo. Masih tersirat kesedihan di wajahnya meskipun dia mencoba untuk menyembunyikannya dari aku, tapi aku tahu apa yang ia rasakan. Sakitnya dia, sakitnya aku juga. Karena kami kembar, kau tahu kan? biarpun raga kami dua tapi hati kami satu.” Jelas Raihan yang kali ini tak mampu menahan air mata yang pada akhirnya menetes jua dipipinya.
“Sabar ya Raihan, aku yakin adikmu Nayla wanita yang kuat, wanita yang tegar. Dia pasti akan segera sembuh dari sakitnya” hibur Tio
“Thanks ya Yo”
Pagi harinya Raihan dan Tio langsung menuju rumah sakit Sakinah yang terletak agak jauh dari rumah Tio. Mereka pergi dengan mengendarai motor milik Tio, maklum lah Raihan bukanlah laki-laki yang berlimpahan materi, dia tidak lagi menggantungkan biaya hidupnya kepada kedua orang tuanya termasuk juga biaya kuliahnya. Raihan kini masih kuliah semester akhir dan untuk membiayai kuliahnya dia rela bekerja, kerja apa saja yang penting halal. Pernah suatu ketika dia kerja sebagai kuli bangunan, pekerjaan kasar dan menantang matahari, dia cuman mampu bertahan 1 minggu setelah itu dia langsung jatuh sakit. Tapi, dia tidak menyerah begitu saja. Ada saja ide cemerlang di otaknya untuk menghasilkan uang dan dia tipe laki-laki yang mau mencoba hal-hal baru, karena prinsipnya ‘kemampuan akan sesuatu itu bisa bukan karena bakat tapi bisa karena mau mencoba dan mencoba yang akhirnya jadi biasa’
Raihan memiliki saudara kembar perempuan yang bernama Nayla. Nayla juga kuliah di universitas yang sama dengan Raihan, tapi beda jurusan. Nayla gadis yang periang, tapi itu dulu. Semenjak Nayla mengenal yang namanya cinta membuat semuanya berubah, Raihan sangat tahu akan hal itu, dia tahu bagaimana menderitanya Nayla karena cintanya yang gagal, karena cintanya yang putus, karena cintanya yang di nodai. Jika mengingat itu semua membuat Raihan marah besar. Cinta itu lah yang membuat Nayla kini terbaring lemah di rumah sakit. Lebih kurang 1 bulan ia dirumah sakit, awalnya dokter bilang ada pembengkakan dikepala Nayla yang membuat ia sering sakit kepala, tapi Raihan yakin diagnosa dokter itu ngak benar. Diagnosa yang sebenarnya adalah ada luka di hatinya. Batinnya yang sakit. Perasaannya yang hancur yang lagi-lagi karena cinta, cinta yang salah. Cinta yang belum pada tempatnya.
“Cinta itu tidak harus menyakitkan, karena ia suci tanpa noda. Sebenarnya, bukan cinta yang salah tapi keegoisan ingin memiliki itulah penyebabnya”
***
“Nay, ayo makan..” bujuk Raihan. Tapi, entah kenapa Nayla menolak saat sesuap nasi hendak masuk ke mulutnya.
“Ayolah Nayla sayang, biar cepat sembuh. Ya?” Raihan masih sabar membujuk saudara kembarnya itu.
“Nayla masih belum lapar. Nanti aja.” Jawab Nayla singkat dan kembali menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Pemandangan yang membuat hati Raihan menangis.
Beberapa saat kemudian, masuk seorang lelaki berbaju putih membawa mapan yang berisi obat-obatan dan suntikan untuk Nayla.
“Maaf ya, kita suntikan obatnya dulu ya. Obat ini untuk menghilanngi rasa nyeri di kepalanya” jelas perawat laki-laki itu dengan ramah.
“Cukup Mas. Saya ngak mau lagi disuntikkan obat apapun. Percuma. Ngak ada ngaruh sama sekali.” Nayla menolaknya dengan tegas.
“Tapi Mbak ini instruksi dari dokter, biar segera sembuh”
“Bukan obat suntikan itu yang bisa menyembuhkan luka di hati saya. Tapi kehadiran dia. Kembalinya dia…” Tangis Naylapun pecah membuat si perawat menjadi bingung, melihat kejadian itu, Raihan langsung menghibur Nayla, menyediakan bahunya sebagai tempat Nayla bersandar.
“Maaf ya. Nanti saja disuntikkan obatnya. Biarkan saudara saya tenang dulu” Raihan berujar.
“Oohh.. ya udah, ngak apa-apa. Nanti panggil saja saya diluar ya?”
Perawat tinggi dan berkulit putih itupun keluar ruangan. Di luar ruangan, ia tak langsung beranjak pergi. Ia mengintip dari kaca jendela, melihat kesedihan dan kegundahan yang dirasakan pasiennya tersebut. Ia sungguh merasa simpati bahkan empati mungkin, ingin rasanya ia menghibur wanita itu. Memberi kata-kata motivasi agar semangat untuk sembuh dan pergi dari segala macam penyakit yang dideritanya ini. Tapi, ia melihat ada yang beda. Ini bukan hanya penyakit biasa, seperti pasien-pasiennya yang lain. Ini penyakit cinta. Yup! Tepat sekali, wanita itu sedang mengalami patah hati yang super dahsyat sekali karena cinta. Begitu mengerikankah efek dari cinta itu?
“Haii.. Fitra, kamu sedang apa??” sapaan dari Risna membuat Fitra tersentak kaget, Sejak tadi Risna sedang memperhatikan Fitra rupanya.
“Kamu, bikin kaget saja” jawab Fitra.
“Eh, udah sarapan belum? Kita sarapan bareng yuk, aku bawa bontot ne dari rumah” ajak Risna.
“Ya. Boleh”
Fitra dan Risna berjalan menuju keluar ruangan, sebelumnya Fitra sempatkan lagi melihat saudara kembar itu. Air mata tak henti-hentinya menetes dari pipi wanita berwajah lembut itu. Rasa penasaran menyelimuti hatinya. Dia harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi pada wanita itu, dan bukan hanya sekedar mencari tahu dia juga harus terlibat untuk menyembuhkan luka hati wanita itu. Benar katanya bahwa ia tidak butuh obat, karena obat tidak menyembuhkannya, yang dia butuhkan adalah uluran kasih sayang dan cinta, tapi hanya bisa di lakukan oleh mereka yang mengerti akan kehancuran hatinya. Sofwatun Nayla. Nama yang bagus. Tapi Fitra lebih senang menyapanya dengan panggilan Sofwa.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments