Benih Cinta 13 Hari Di Stadion Qatar
...🌻Salam Cinta dari hati Penulis....
...Sebelum mulai membaca ... Mohon nilai karya ini, ya, Kakak yang baik. Mohon dukungannya, like, vote dll karena novel ini ikut serta dalam Lomba Pengkhianatan....
...TERIMAKASIH dan SELAMAT MEMBACA🌻...
🍁---------------🍁
"Dek, sebentar lagi Piala Dunia, tebak siapa yang menang?" Sean menyeruput es lilin rasa rujak.
"Mbape." Lena teringat situs resmi FIFA. Dia membuka hp untuk mengecek notifikasi, tetapi internet nya lemot. Es lilin yang masih utuh diseruputnya. Kemudian Lena tak sengaja menyemburkan kuah hingga mengenai wajah Sean. Lena kembali membaca layar ponsel dan memandangi latar rumah yang asri. "Qatar Qatar! Mbape aku datang. Allahu Akbar, Alhamdulillah."
8"Kalau nyembur ati-ati. Buset hidungku, pedes!" gerutu Sean. Sean makin penasaran, tetapi matanya terlanjur perih. Dia berlari tanpa alas kaki, melewati pelataran semen. Telapak kaki terasa terbakar hingga dia harus berjinjit, lalu membilas mata menggunakan air ledeng dengan tak sabar.
"Ibu! Bapak! Lena terbang ke Qatar!" Lena bolak-balik di tengah garis pintu. Dia gemetar dan berulangkali membaca surat elektronik.
"Lena bilang mau ke Qatar. Mau naik pesawat? mahal loh. Uang darimana, memang punya?" ujar ibu tetangga yang berambut keriting yang baru datang karena teriakan Lena. Dia tertawa dalam hati karena orang tua Lena hanya penjual keripik pisang.
"Bahaya lagi, anak gadis dilepas jauh-jauh. Ntar pulang-pulang-" Seorang ibu tetangga lain membuat gerakan di depan perut, yang artinya hamil. Namun, kata-katanya tidak dihiraukan penjual keripik, dan membuat kesal.
"Qatar?" Sujatmiko, ayah Lena yang baru keluar dari dalam rumah, langsung menerima ponsel yang diulurkan sang putri. Dia mengabaikan para tetangga yang julid. Sujatmiko bingung menatap layar ponsel karena tidak mengerti tulisan bahasa asing. Kemudian memandang khawatir pada mata Sean. "Sean, matamu merah sekali?"
"Mukaku disembur asinan, Ayah." Sean tidak melanjutkan kalimatnya, dia tertegun karena logo Favorit di ponsel milik sang adik. Dia mulai mencerna teriakan Lena tadi, lalu menatap adiknya. "Seriously ?"
Sean membaca surat Elektronik dengan seksama. "Buju gila. Lena jadi sukarelawan di Piala Dunia FIFA. Jadi, Lena masuk kloter pertama dari seluruh dunia yang akan berangkat ke Qatar. Wow!"
"Allahu Akbar, Alhamdulillah, Mashaallah!" Sujatmiko mengusap wajahnya dengan tak bisa berkata-kata.
"Sukarelawan!" teriak sang ibu yang baru datang, ikut histeris dan otaknya mulai berkelana. "Ke Qatar butuh uang, kan, Na? uangnya padahal bisa buat bapak umroh?" Sumarni mendapat tatapan cemberut dari sang putri. Jari-jari yang menghitam karena getah pisang, lalu menghapus air mata Lena. "Kamu mau berangkat ke Qatar?"
⚓
Dua minggu kemudian, surat keterangan baik dari polisi, paspor, visa dan tiket hotel untuk dua hari pertama telah siap.
"Ekhem!" Sean berdiri di garis pintu. Dia mengambil alih perhatian dan mendapat tatapan curiga dari adik dan Ibu. Sean duduk diantara mereka. Kaos putih kesayangan dan spidol yang disembunyikan dari balik punggung ditumpuk ke atas koper yang terbuka.
"Lena Paramita, titip." Sean memasang wajah termanis, lalu memeluk Lena. "Ayolah, Dik. Uangnya sebagian dari Kakak. Pokoknya kamu harus dapat tanda tangan. Messi, Mbape dan Ronaldo."
"Huh, iya-iya, Kaka. Kalau ketemu. Udah lepasin sesek tahu! Kakak bau kecut!" Dia merintih saat dagunya justru dicengkeram dan gigi Sean bergemertuk. "Abang, mah suka maksa. Baru L minjamin 25 aja!"
"Dek! itu tabungan Kakak. Uang lembur kakak! kepala jadi kaki- kaki jadi kepala. Kalau nggak terima, cepat balikin!"
"Kalau aku belum bisa balikin, potong warisan aja, ya." Lena langsung mundur ke belakang saat Sean akan memasukan kepala Lena, ke celah kaos dan perut Sean yang lengket. "Jijay! Ibu tolong!"
"Sudah, jangan banyak guyon. Periksa sudah semua apa belum? Jangan lupa bawa oleh-oleh untuk bapak." Ibu Sumarni dalam gerakan cepat menarik Sean agar tidak menganggu adiknya.
Sejujurnya, ada perasaan tidak rela untuk melepas kepergian Lena. Walaupun, sudah berusia 26 tahun, Lena tetap perempuan lemah dan banyak gaya dan takut bila itu akan menjadi masalah.
Lena menyeret koper keluar dari rumah dengan dipandangi kakak, ibu dan ayahnya. Ini pertengahan November. Dia menatap ke langit biru tanpa awan sambil berdoa semoga pulang-pulang menemukan KEJELASAN HUBUNGAN DENGAN KEKASIHNYA.
Seminggu kemudian...
Suhu di luar Stadion mencapai 29 derajat celcius. Lengan putih kemerah-merahan, terasa perih terbakar oleh matahari walaupun sudah dilapisi sunblock. Sekumpulan orang didepan yang memakai T-shirt merchandise belang-belang biru-putih, menghalangi pandangan. "Di mana dia?"
Saat Lena berlari, benturan keras tak terelakkan. Perut bidang kokoh dan berbau citruz menyatu dengan dadanya dimana tangan panas mencengkeram di bokong dan bahu mungil, membuat Lena gemetar. Pegangan kuat tangan besar itu berpindah dari bokong ke lengan mungil dan mendorongnya . Seragam Adidas milik Lena tersangkut di syal orang itu.
"Maaf, biar aku lepas." Lena mendongak sebentar untuk meminta ijin, lalu melepas pin-volunter dari syal bermotif merchandise Argentina. Aura kuat membuatnya tak fokus saat melepas pin, apalagi saat mau tak mau berpegangan pada perut bidang. Dia terdiam sejenak, dan kembali berusaha untuk mengeluarkan peniti yang tersangkut.
David melirik buliran keringat yang meluncur dari kening ke andeng-andeng di bagian pelipis. Poni yang basah mengumpul di sisi kening lain, begitu memikat. Sebenarnya David bisa melepas syal, tetapi melihat perempuan Asia dari dekat-dekat seperti ini, mampu menghipnotisnya.
David berlama-lama mengendus khas bunga Kenanga Indonesia. Dia tahu bau ini. Mamanya juga sangat suka bau bunga tropis ini. Saat wanita itu mengangkat dagu dan melirik ke arahnya. David terkesiap pada warna hazel yang begitu tajam, dan seolah dirinya tersedot ke dalamnya.
"Sudah terlepas pinnya." Lena memandang manusia tinggi menjulang. Dia sampai mundur tiga langkah untuk melihat lebih teliti pada mata biru yang sangat dingin dan rambut coklat ikal.
“Apa anda mau masuk stadium?” tanya Lena saat pria itu menatapnya, lalu melirik ke samping dimana ada dua orang berjas hitam yang baru datang. Lena masih terkesiap pada tinggi badan si turis karena posisi mata Lena setinggi dada kekar itu. Pria dipenuhi aura dominon, walau sangat tampan, tetapi misterius dan menakutkan.
“Ijinkan saya mengantarnya. Perkenalkan Saya Lena Paramita asal Indonesia." Lena mengangkat dua sudut bibir, tersenyum begitu tulus dari dalam jiwa. Visinya harus menebarkan kebahagiaan kepada semua penggemar.
Si Jakung mengayunkan kepala pada dua orang, yang mungkin pengawal. Pengawal yang lebih pendek, tetapi dari ototnya tampak mereka sangat kuat. Mereka lalu pergi begitu saja, ke arah berlawanan dari stadium.
Lena menggigit bibir bawah pada kepergian mereka dan memakluminya. Gadis itu menggedikan bahu. Calo tiket itu tak dapat ditangkapnya, niatnya dia mau nangkep biar dapat prestasi gitu. Mata Lena membeku dan bingung saat si Jakung menoleh ke belakang, lalu memandangnya selama 6 detik.
"Aku lupa!" Lena menghembuskan nafas kecewa karena jadi kehilangan si calo tiket. Dia masuk kembali ke bagian ticketing, mengabaikan tatapan pria penuh misteri itu. Lumayan juga bisa cuci mata dan menghibur hatinya yang bingung karena dighosting sang pacar.
⚓
Malam ini harusnya David bersenang-senang dengan teman-temannya. Setelah sore badannya tidak enak badan. Baru memasuki bar hotel, dia langsung mundur saat melihat sahabatnya memijat b0k0ng tunangannya. Rahang David mengeras, dia ingin menyusul lalu memukul Tara dan meminta penjelasan. Baru David akan melewati kerumunan dan matanya membeku saat Shinta menyentuh dagu Tara, lalu mencium dengan penuh semangat.
David, bagai lelaki bodoh yang hanya berdiri mengamati di suatu sudut saat dua pengkhianat itu kemudian duduk di sudut ruangan, saling mesra satu sama lain. Ketiga temannya menyambut dengan biasa saja. Mereka tertawa walaupun Tara menciumi pipi Shinta di depan mereka.
"Astaga." David mengepalkan tangan, dan menggebrak dinding di belakangnya. Walau dia paling tinggi disini, tetapi pencahayaan redup mungkin membuat mereka tak bisa melihatnya. Atau mereka terlalu mabuk. David mengikuti Tara yang membawa Shinta ke sudut gedung yang lebih gelap dan tidak ada orang.
Mata David terbakar dan hidungnya berkedut, dia mengintip saat Tara melepas gesper dan menurunkan resleting. ASTAGA! Shinta bahkan tampak buru-buru membantu untuk meloloskan celana inti wanita itu dan memegangi dress, lalu memekik di dalam kungkungan Tara. Dia menyaksikan sendiri perbuatan durjana mereka. Oh Betapa bersemangatnya mereka berdua, terengah-engah dan saling memagut seakan mereka lupa dimana mereka.
"J4lang!" des4h Tara makin menggeram.
"Lebih cepat,Tara! Kau terbaik!"
Perasaan David hancur tak berkeping saat Tara begitu bersemangat memegangi pinggang Shinta. David benar-benar merekam menggunakan mata dan telinga, bagaimana lalu Shinta dalam gendong Tara dan memanggil nama Tara. David berdecak, dia merasa jadi pecundang karena hanya bisa menangis dan bersembunyi di balik ruangan saat mereka lewat dan tertawa lepas.
"Kita bisa menghabiskan di sini lebih sering, sayang. Sejak malam pertama kita di sini, kamu makin membuatku bersemangat, itu tak pernah cukup dan akku semakin merindukanmu. Goyangan kamu di sini lebih hebat daripada di Italy," ucap Tara.
"Iya, tetapi kamu jangan sering menatapku di depan David. Dia pencemburu. Sangat tidak menyenangkan. Belum apa-apa dia sudah membatasiku, melarangku bertemu teman-teman di club. Memang siapa mau jalan dengan dia, badan terlalu tinggi seperti itu, huh!" suara Shinta.
"Tapi kamu senang, kan, saat bermain dibalik pintu kamarnya saat ulangtahun dia sebulan lalu. Dimana kamu lagi pura-pura ngambek, sementara dia dengan bodohnya menunggumu di depan pintu. Kau tahu saat itu milikmu terus menggigitku!"
"Das4r nakal. Jangan lagi-lagi! untung saat aku membuka pintu dan bertemu dengannya, dia tidak mengenali bau cairan kelelakianmu!"
David bernafas pendek dan cepat, mencengkeram handel pintu-vertikal, perkataan itu makin menginfeksi rasa perih di dada David. Bagaimana bisa Shinta mencuranginya, bahkan dihari ulang tahunnya, di kamarnya. Air mata David jatuh, mengapa bisa ada manusia sekejam itu.
Shinta adalah calon istrinya. Pernikahan akan diadakan tahun depan setelah kelulusan Shinta. Semua telah disiapkan dan betapa gembiranya keluarga David saat akhirnya David melamar Shinta tahun lalu. Apa dialah pria paling menyedihkan yang hanya bisa menangis, tapi bagaimana dengan perasaan tulusnya yang suci?
Setelah tiba di kamar, dia menatap ke kamar mewah bernuansa emas. Dia ingat betul saat berulang kali Shinta memaksa agar dia menggagahinya. Namun, dia tidak bisa. Dia terlalu menghormati Shinta. Dia tak mengijinkan Shinta, walau melihat miliknya, karena dia sangat malu. Kini dia justru senang tak memberi kep3rjakaanya pada perempuan pengkhianat.
Tubuhnya terhempas di kasur Super King, matanya menilisik langit kamar. Apa kurangnya dirinya. Apa salah dengan tinggi badan 193, apa itu benar-benar memalukan?
David menoleh ke kiri pada TOPI VOLUNTER. Saat wanita itu melepas Pin yang tersangkut di syalnya. Topi wanita jatuhdan David menangkapnya. Dia sampai lupa dengan topi itu dan membawanya. Sampai dia sadar dan berbalik memandangi wanita itu untuk memanggilnya, tetapi wanita itu terlanjur pergi.
SAMA wanita itu sempat memandanginya penuh keheranan dari bawah ke atas sakan-akan dia adalah Alien. Terkadang David bangga, tetapi kadang juga tatapan orang-orang begitu mengganggunya. Hanya karena perbedaan sedikit, terkadang mereka berbisik terang-terangan. Apa wanita itu sedang mengejeknya. Sepertinya, Iya.
David menarik ponsel dan menghubungi asistennya. Matanya terus memandangi topi mungil, sampai panggilan tersambung, lalu bangkit dan duduk di pinggir ranjang, dengan membungkuk.
"Axel, Kamu ingat perempuan yang menabrak ku tadi siang?" David memilin kepalanya. "Relawan dengan rambut di kelabang, yang matanya hazel dan tahi lalat di pelipis."
"Oh, saya ingat, Tuan. Kenapa?" jawab Axel dari balik telepon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Julitha Rumangun
k8lljljkllljjjjjljjljjjjjjjjjj8jjjljljjjjjjjjkljjjjjjjljum9k.9m9.m.999l.9.9.k.kk99k99.99k9l.9.9.m.999k.k9..9..9k9.999..99.l9999.9kl9l9
2023-05-26
0
Lina Pau
hadir bawa vote.
maaf nyicil bacanya 🥰
2023-03-27
2
UQies (IG: bulqies_uqies)
Pas lihat judulnya tentang Qatar langsung meluncur dong, eh ceritanya bagus, semangat kak
2023-03-16
3