David ambruk ke samping Lena dan keheningan mulai menguasai sampai ponsel Lena berdering dengan nada khusus pertanda itu Niko. Niat hati Lena ingin langsung mengambil ponselnya.
"Berhenti! Berani bergeser lagi, aku takkan mendengarkanmu lagi."
Lena membeku karena geraman barusan. Dia tidak mau berlama-lama di sini, walau David tengkurab, tetapi pria itu bisa mengalami perubahan emosi terlalu cepat.
"Aku harus kembali sekarang, timku sudah mencariku, itu mereka sampai telepon," ucap Lena memberanikan diri berbohong demi cepat pergi dari sini. "Tolong cepat, bawa aku ke Stadion, David." Lena memandangi langit kamar semoga ada keajaiban melarikan diri atau apa saja.
"Kau libur ke stadium hari ini."
"Tidak bisa, David."
"Jika kamu tak mau. Kamu harus siap aku jemput pukul 10.00 malam."
"Aku kan harus istirahat."
"Pindahkan barang mu ke sini, Len."
Lena memejamkan mata, dia mulai bergidik. "Kenapa dibawa ke sini?"
"Kau tinggal di sebelah denganku."
Lena melihat jam tangan saat panggilan dari Niko kembali berdering. "David, aku minta maaf tanpa berniat menyinggungmu. Aku sudah terlambat, jadi aku akan naik bis sekarang, ya?"
"Tanda tangan sekarang!"
Lena langsung bangkit, tanpa membaca dia sudah gemetar menandatangani lima lembar itu. Ponselnya berdering dan itu nada khusus dari Niko. Lena membalik kertasnya, dia ingin membaca, tetapi telepon dari Niko jauh lebih penting. "Aku selesai."
"Keluar!" Suara bentakan David seperti angin segar untuk Lena. Dia menarik jaket, ponsel, tas dan langsung berlari tanpa melihat ke David yang terakhir kali masih tengkurab. Pintu kamar tak terkunci, Lena langsung berlari dan ikut bis listrik khusus untuk acara Piala Dunia yang beruntungnya langsung berangkat.
Lena masih tidak percaya pada panggilan barusan. Dia mengirim pesan pada pacarnya.Tiga bulan kehilangan kontak, sempat membuatnya putus asa.
~Iko, kenapa nomer mu tidak pernah aktif? apa di pedalaman tidak ada sinyal, maaf baru jawab. Bisa aku telepon kamu?~
Lena memandang ke luar jendela pada gurun pasir. Dia ingin menghindari David yang tubuhnya seperti penjahat itu.
Apa aku harus melapor ke pihak management karena p3l3ceh4n yang dilakukan David. Tapi ini salahku kenapa aku mau menuruti dia dari awal. Sepertinya aku kena hipnotis, mungkin itu trik baru. Atau itu orang yang hanya pura-pura kaya. Tapi darimana dia tahu keluargaku. Tidak mungkin dari management?
Malam makin dingin, Para penonton mengeluhkan suhu stadion yang begitu rendah. Mereka bilang suhunya jauh lebih buruk dari pada suhu dari negara mereka di Eropa yang cenderung sejuk.
Stadion ini memiliki AC besar canggih. Setiap lubang udara terletak di bawah kursi penonton, untuk menyalurkan udara yang sudah dijernihkan ke stadion. Jadi orang yang memiliki riwayat alergi tidak akan terganggu.
Banyak penggemar menggigil. Bendera yang mereka bawa sampai digunakan untuk menutupi leher dan kepala, atau bahkan kaki. Saking tak kuatnya mereka juga sampai keluar dari stadion lebih awal disaat mendekati menit-menit terakhir pertandingan.
Penonton pun mulai berkurang, Lena menuju ke base camp, mengambil tas, lalu menuju pintu keluar bersama para penggemar yang masih banyak mengajukan pertanyaan padanya sambil jalan. Dengan senang hati Lena menjawab penuh keramahan.
Langkah Lena terhenti di luar stadion, dengan tak bisa berkata apa-apa .... Dia hanya bisa terus berlari, lalu semakin kencang. Mata hazel berkaca-kaca. Ini seperti mimpi saat seorang pria melambaikan tangan, apalagi itu pria penting di dalam hidupnya.
"Niko!" Lena berhenti di depan pacarnya yang tersenyum penuh kasih sayang. "Apa ini kejutan? Kau ke sini tak bilang!"
"Kau suka?" Niko menarik kedua tangan Lena, lalu dikecupi berulangkali. "Maaf ponselku hilang di proyek. Aku baru bisa mengurus nomernya seminggu lalu setelah tiba di kota, sayang. Kamu jangan marah, aku sayang kamu."
Lena mendengar dengan antusias, mulai mencerna satu-persatu karena ketakutannya selama ini salah. "Tapi, kenapa bisa kamu di sini, Iko? itu kamu habis nonton bola? udah pake merchandise. Kok aku nggak lihat kamu masuk?"
Niko menarik resleting jaketnya full ke atas untuk menutupi kaos merchandise. "Ini benar-benar dadakan. Kantorku ada training bisnis di sini, sayang. Jadi, aku hanya mengantikan temanku yang lagi sakit. Mereka mengirimku dan kupikir bagus juga, aku jadi bisa bertemu pacarku. ini kaos aku beli pas menunggu mu keluar."
Lena merem4s tangan Niko dengan senyuman yang tidak pernah pudar dari wajah lelahnya. Perlahan Niko menarik Lena ke pelukan. Lena terpejam dada Niko yang sangat hangat dan menenangkan. "Aku kangen, Niko."
"Aku juga, Lena. Tapi, aku menyesal karena tidak bisa berlama-lama, soalnya, kan aku ijin keluar sebentar demi bela-belain ke stadion untuk bisa bertemu denganmu. Besok aku ada meeting pagi, Len." Niko mengelus rambut sang kekasih, lalu mengecup pucuk rambut yang bau sedikit asam.
"Maksudmu?" Lena menggigit bibir bawah getir.
"Aku harus kembali sekarang. Besok aku kabari, begitu ada celah kita akan jalan-jalan kalau waktumu juga senggang, ya? Semangat dong, Sayang." Niko menunduk, lalu mengecup pipi Lena di kanan dan kiri membuat Lena kembali tersenyum penuh arti.
"Sayang, sudah malam, kamu juga harus istirahat. Naik bis itu saja ya, aku harus memastikan kamu aman, baru aku menyusul ke mobil temenku di sana, tuh." Niko menunjuk ke sisi kanan. "Aku nggak enak sama dia pasti sudah nunggu."
Lena mengecup pipi kanan Niko, lalu berlari ke bis. "Niko, telp aku, ya! Dahhhh."
Lambaian tangan Niko melepas kepergian bis di depannya. Niko terdiam dan tangannya terkepal saat ponsel di tasnya bergetar. Dia mengangkat telepon dari Marsha. "Halo, sayang. Iya, aku tadi habis dari toilet ketemu temen .... Ini aku di parkiran. Kamu ke sini saja, ya?"
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Cerita Aveeii
terima kasih sdh dibantu promo thor 🙏
2023-03-19
2