Di salah satu hotel terbesar berjarak 40 km dari stadion Lusail, duduk dengan tenang di sofa kamar, sosok dingin tak tersentuh. Dia melirik jam disela kerjanya dan mendapat laporan bahwa Lena baru saja naik bis setelah bertemu dengan Niko.
David kira seharusnya Lena yang datang padanya. Ini terbalik dan sangat salah karena dia telah melanggar aturannya sendiri. Itu tentang standar dan harga diri yang begitu dijunjung tinggi-tinggi.
Dan pelakunya satu: Lena gadis mini yang sudah membuat David lupa diri.
Tadi siang adalah kesalahan yang tak termaafkan. Bagaimana bisa aku tersenyum di depannya seperti orang bodoh. Membungkus makanan, dan terlalu menebarkan keramahan. Itu bukan aku yang sesungguhnya. Pasti Lena menggunakan sihir di sini.
Apa yang bisa diharapkan dari wanita seperti itu? aku bahkan bilang akan menjemputnya.
Tiba-tiba suara pintu kamar terbuka, disusul suara konstan dari sepatu hak bertemu lantai marmer, ini menjadi mengganggu baginya. Berisik makin mendekat dari arah belakang. David tak berniat menggubris, tetapi ini juga kesalahan karena pegawainya berani sekali memberikan kunci kamarnya pada Shinta. Pastilah Shinta yang memaksa pegawainya.
Aroma parfum pabrik yang tak natural dari tubuh Shinta ini kini begitu memuakkan hingga David mengerutkan hidung karena tak tahan. Perempuan itu menyingkirkan tablet milik David, ke atas meja, dan mendaratkan b0k0ng di pangkuan celana berkolor.
"Sayang, biarkan aku melemaskan seluruh otot-otot yang tegang ini," suara manis juga memanjakan telinga. Siapapun akan terlena tak terkecuali David.
Tangan mungil merajalela ke setiap inchi wajah tampan dan bermain sebentar di hidung mancung David yang nafasnya makin memburu.
" Sayangku, Leo .... " Shinta menyeringai karena David sampai terpejam. Namun, tidak seperti biasanya. Apa yang diduduki tidak langsung bereaksi. Bahkan belum.
Sudah lama sekali Shinta ingin digagahi oleh David. Dia sampai begitu kecewa karena terus ditolak dan memutuskan melepas keperawanannya pada Tara yang sikapnya itu lebih fleksibel. Tentu saja tidak ada yang berniat selingkuh. Namun, David itu terlalu pengatur dan Shinta bukan robot. Dia butuh sedikit hiburan dengan Tara.
"Leo .... Jika kita melakukannya, kita akan bisa berfikir lebih jernih."
David menjepit pinggang mungil dengan tangannya dan memindahkan ke sofa dengan cepat. "Ini terakhir kali untuk kamu seperti ini." David pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Shinta menggigit bibir bawah, tak enak rasanya jika dimarahi David. Sekalinya ngambek seperti ini. Tangan mungil merogoh ke dalam tas dan menarik botol andalan yang biasa dipakai untuk Tara. Dia langsung menyemprotkan parfum per4ngs4ng ke seluruh dada leher.
Di kamar mandi David terpaku karena wajah yang begitu menyedihkan di pantulan cermin. Dia keluar dari kamar mandi, pada saat yang sama Shinta langsung memeluknya. Wanita itu membuka tali jubah. Sungguh, tatapan memohon Shinta itu adalah kelemahannya.
"David, apa kita harus terus kaku seperti ini? Bukannya kita perlu memupuk kedekatan menjadi lebih int1m? lalu hubungan kita jadi lebih tahan dari segala gangguan luar. Apalagi menjelang hari pernikahan?"
"Kau tak perlu kemari lagi. Mari sepulang dari sini kita perlu konferensi pers. Pertunangan, pernikahan ini batal," kata David lugas.
Shinta membulatkan mata tak percaya. David sudah berubah drastis dalam waktu satu hari. Pasti karena gadis volunteer yang menjerumuskan David hingga tidak ada nada kelembutan lagi yang didengarnya.
Perempuan bercelana panjang putih dan kemeja putih mewah klimis, mendekati David yang menekan remote dan TV mati.
David dengan wajah datar duduk di kepala tempat tidur, lalu menyelimuti dirinya. Dia terpejam dan sikapnya begitu dingin. "Pergilah."
"Kenapa kamu marah, Sayang?" Shinta menaruh hati-hati tas LV di nakas. Dia menanggalkan kemeja hingga menampakan dua daging menggoda dari balik cup. "Sayang, bila kita memajukan pernikahan kita lebih awal-"
"Aku takkan berbicara dua kali padamu." David mengatur posisi dan kini terbaring miring, membelakangi Shinta yang tampaknya sudah melepas sepatu hak dan melempar ke sembarang arah hingga menimbulkan suara gaduh. Mungkin semua pakaian luar milik Shinta juga sudah terlepas.
Dulu tubuh sang kekasih itu luar biasa bak permata yang berkilau yang tak boleh tersentuh. Sekarang? menjijikan tak ubahnya seperti bangkai busuk hingga David tak mau ada di tempat yang sama dan takut terinfeksi. Dia tak Sudi walau melihatnya dari kejauhan.
Dua tangan David terkepal di depan perut yang tertutupi selimut. Kasur semakin bergoyang dan terasa pergerakan Shinta makin dekat. "Shinta, Berhenti." David dengan penuh penekanan dan berusaha untuk tenang, bahkan nafasnya begitu tertahan.
"Sekali saja kau berani menyentuh bagian tubuhku. Aku dengan penuh ketulusanku mempersembahkan bukti perselingkuhan kamu dengan Tara. Biarlah, ini jadi kado ulang tahun yang paling indah untuk Kakek. Kau tahu? Itu besok. Kau sudah melempar penghinaan besar pada keluarga kami, Shinta."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments