Lengkara Senja & Semesta
"Kenapa seorang ****** sepertinya dengan tidak tahu malu menginjakan kakinya di rumah ini?!" Tekan orang tua Arkan dengan tatapan tidak suka.
Arkan yang melihat kehadiran Risa yang datang bersama Senja itu lantas menghampiri dengan amarah yang meledak - ledak dibalik matanya. Arkan dengan kasar mencekat pergelangan tangan Risa hingga berdarah akibat terkena kukunya. Risa sudah biasa mendapatkan perlakuan kasar seperti itu.
"Kenapa kamu berani mendatangi rumah orang tuaku? Apakah kamu berniat mempermalukanku?! Istri sahku datang, apakah kamu tidak punya urat malu untuk berhadapan dengannya?" Tanya Arkan dengan membentak tepat di depan wajah Risa.
"Aku datang karena mendengar bahwa akan diadakan kegiatan foto keluarga, apakah kami tidak berhak untuk ikut?" Jawab Risa dengan seadanya.
Arkan tertawa keras setelahnya, "bahkan kamu tidak pernah masuk dalam silsilah keluarga, jangan pernah berharap untuk menjadi bagian dari keluarga ini, sadarlah dengan derajatmu, yang sebatas selirku, kalau bukan karena anak ini, aku sudah membuang ****** sepertimu, kamu mengincar uangku? Akan aku berikan berapapun nominal yang kamu inginkan, asal pergi dari tempat ini sekarang juga."
"Setidaknya biarkan anakmu ikut melakukan foto keluarga, mau bagaimanapun dia anakmu, hal yang paling ingin ia lakukan adalah mengabadikan sesuatu yang masih bisa diabadikan." Mohon Risa menangkupkan kedua tangannya.
"Aku tidak pernah menganggap dia yang terlahir dari rahim wanita kotor sepertimu itu sebagai anakku, jadi bawa anak sialan ini bersamamu, dia hanya akan semakin mempermalukanku di depan Ayah dan Ibu!"
...----------------...
Senja mengigit tangan Arkan membuatnya semakin marah besar. Tangannya melayang hendak menampar Senja, namun Risa dengan cepat menamengi putrinya hingga ia yang terkena sasaran tamparan keras itu. Air mata Risa jatuh dengan begitu derasnya, kemudian menatap Arkan dengan penuh peringatan.
"JANGAN BERANI SENTUH ANAKKU!" Teriaknya dengan frustasi. Dengan cepat ia membawa putrinya pergi dari sana. la merasa bersalah karena telah menghancurkan harapan putrinya dan mempermalukannya.
...----------------...
"AKU HANYA INGIN KEADILAN UNTUK ANAKKU,
APAKAH KAMU TAHU JIKA ANAKMU MENDAPATKAN PERLAKUAN BURUK DISEKOLAHNYA?! AKU TIDAK MAU JIKA DIA MENDAPATKAN PERLAKUAN BURUK JUGA DIKELUARGAMU!" Risa sudah habis kesabaran.
"Jadi kamu menyalahkanku karena ia harus menerima takdir buruk seperti takdir hidupmu?" Tanya Arkan dengan tertawa.
Risa bangkit dengan susah payah, "aku akan membawanya pergi besok, aku akan berusaha memberikan kehidupan yang lebih baik untuknya."
...----------------...
Tepat pukul sebelas malam, Senja mendengar suara tangisan yang begitu khas ditelinganya. Ia memutuskan untuk mencari tahu asal suara itu, yang ternyata berasal dari Risa yang tengah meminum minuman keras.
Sekitar tiga botol telah dihabisinya sendiri. Risa menangis dengan histeris, terlihat sangat acak - acakan.
"Mama....," lirih Senja sambil menyentuh tangan Risa, namun langsung ditepis begitu saja.
"Sudah tahu sejak awal kehadiranmu itu tidak diharapkan, kenapa mama tetap mempertahankamu? Seharusnya mama setuju dengan keputusan untuk mengugurkanmu, tidak ada yang peduli berapa harga diri yang sudah mama pertaruhkan untuk bertahan sampai detik ini." Risa mengucapkan dengan tertawa.
Senja menggenggam tangan Risa dengan kedua matanya yang berkaca - kaca, "Maafin aku, ini semua karena Senja ya, Ma?"
Risa menoleh kemudian menangkup wajahnya dan menatapnya lekat, "putriku yang manis." Tepat setelah mengatakan itu Risa kembali menangis histeris hingga membuat Senja merasa takut.
"S-semua ini salah mama karena melahirkanmu."
...****************...
Sudah 30 menit Senja berdiri di lapangan, cuaca hari ini sangat panas. Membuat kulit Senja terasa terbakar. la berusaha menulikan telinganya saat orang-orang mengejeknya. la hanya diam, jika di ladeni maka akan menjadi masalah lebih besar.
Kakinya sudah terasa kesemutan. la berusaha tetap kuat, karena satu jam lagi akan bunyi bel menandakan waktunya pulang sekolah.
"YAHAHA, MAKANNYA JANGAN KEBANYAKAN BOLOS!"
"DIA BOLOS NGELAYANIN OM-OM KALI!"
"IYA, KAN DIA MURAHAN!"
Lagi, Senja menelan caci makian itu. Hampir setiap kelas sepertinya sedang jam kosong, tadi Senja sempat mendengar bahwa guru-guru sedang mengadakan rapat untuk ujian. Mereka tidak di perbolehkan pulang, karena ada sedikit kelas yang sedang belajar.
Mata Senja terkunci pada segerombolan laki-laki yang sepertinya hendak latihan basket tanpa ada pelatih. Dan salah satu dari mereka adalah Angkasa. Terlihat jelas oleh Senja bahwa Angkasa enggan menatapnya sama sekali, membuat Senja tersenyum getir. Benar-benar seperti orang yang tidak peduli lagi.
Senja berusaha mengabaikan para laki-laki itu yang sedang bermain basket. Namun ia tetap mendengar caci makian dari para murid untuknya, seperti tidak mengenal lelah.
Dugh!
Senja memegang keningnya saat di lempar dengan gulungan kertas oleh para murid, dan itu bertubi-tubi. Senja berusaha menutupi wajahnya agar terhindar dari timpukan itu.
Tapi mereka seperti tidak punya hati dan terus-menerus melempari Senja dengan sampah.
"HEH SAKIT BEGO!" Maki Senja pada orang-orang, namun malah membuat mereka semakin senang.
"ITU KAWAN LO JA! SAMA-SAMA SAMPAH!" Ujar salah satu dari mereka lalu di iringi oleh tawa.
Senja menoleh ke arah Angkasa yang tampak biasa saja seperti yang lain. Senja tersenyum pilu, sebegitu tidak pedulinya kah Angkasa pada Senja?
Dugh!
Senja terjatuh saat yang menghantamnya bukan sampah melainkan bola basket. Bola itu mengenai pipinya hingga terasa sangat sakit.
Namun anak basket itu malah tertawa di ikuti oleh yang lain, kecuali Angkasa yang hanya terdiam. Senja menunduk dalam duduknya, ia memegangi pipinya yang terasa sakit, mungkin sebentar lagi akan membengkak.
Tanpa terasa air matanya menetes. Tapi orang-orang seperti membutakan hal itu.
"Mereka sadar gak sih gue punya hati? Mereka sadar gak sih fisik gue sakit? Mereka sadar gak sih hati gue hancur?" Lirih Senja berbicara pada dirinya sendiri.
...****************...
Angkasa terdiam, matanya menatap lurus ke arah pantai yang di hiasi oleh senja. Otaknya terus berputar mengingat kenangannya saat bersama Senja, gadis yang ia cintai beberapa tahun ini.
"Selama ini kita salah, kita melangkah di jalan yang salah. Kamu bahagia, sedangkan aku?"
Tanpa sadar air mata Angkasa jatuh mengalir. Ia bisa menahan air matanya selama di hadapan Senja, tapi tidak dengan rasa sakitnya. Ia ikhlas, tapi ada rasa tidak rela dalam dirinya.
"Aku gagal, aku selalu gagal dalam menjaga kamu, aku yakin kamu akan lebih bahagia dari pada aku." Ucap Angkasa dengan segala penyesalan terhadap gadisnya.
..."biarkan semesta berjalan dengan semestinya'...
...ANGKASA CAKRAWALA & SENJA CENCAL AURORA...
...****************...
Gadis itu terdiam sejenak kembali memikirkan semua balasan dari pesan yang ia kirim, sebelum akhirnya kekehan pelan terdengar keluar dari mulutnya.
"Memang salah berharap sama manusia, Tuhan."
Di malam yang dingin itu, Lengkara berdiri sendirian di depan kafe yang sudah tutup di pinggir jalan. Matanya menatap kosong ke jalanan basah di hadapannya. Rintik hujan yang semakin deras membuat hawa di sekitanya semakin dingin.
Setengah jam ia di sana dan sama sekali tak ada yang menjemputnya, tubuh gadis itu mulai menggigil. Ia melirik jam tangan anti air di lengannya, sepuluh menit lagi waktu menunjukkan pukul 00.00. la menghela napas pelan, hembusan napas hangat bagai asap tipis keluar dari mulutnya.
Mata gadis itu kembali menelusuri jalanan mencari transportasi apa yang kira-kira bisa ia gunakan untuk pulang. Matanya memicing begitu melihat sebuah taksi datang dari kejauhan di seberang jalan.
Dengan segera gadis itu bergerak keluar sedikit dari tempat berteduhnya dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sebagai tanda bahwa ia ingin menaiki taksi itu. Lengkara menghela napas lega ketika taksi itu berhenti di seberang jalan. la tersenyum tipis dan menaikkan tudung hoodie-nya.
Ya, ia harus menyeberang.
Namun sebuah truk yang melaju dari arah sebaliknya mengalihkan perhatian gadis itu dari taksi.
Sepertinya seru.
Hujan yang deras memburamkan semua pandangan. Lengkara tanpa pikir langsung menyeberang, sebelum akhirnya sorot cahaya mengenai wajahnya, membuat gadis itu memicingkan matanya.
Di detik terakhir, gadis itu tersenyum tipis sebelum akhirnya semua menjadi gelap begitu saja. Pada akhirnya, sedari awal taksi yang berheti di seberang jalan itu memang tak pernah ada.
...----------------...
Lengkara menjadikan Aksara rumah untuk pulang, sebaliknya, laki-laki itu membuat Lengkara patah hingga pincang.
Sesederhana bahwa mereka adalah dua insan yang saling mencintai, namun putaran takdir yang melibati kehidupan mereka berakhir dengan yang namanya perpisahan.
...AKSARA IRAMATARA & LENGKARA PUTRI SAMUDRA...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments