Keesokan paginya, pada hari sabtu, Senja terbangun di pukul lima pagi. Gadis itu segera keluar dari kamarnya dan siap membantu Rifda membuat sarapan. Mereka tengah asyik berbincang-bincang sembari menyiapkan sarapan di atas meja makan. Setelah selesai menyajikan makanannya di meja makan tersebut, Rifda menyuruh Senja untuk membangunkan Angkasa dan Akhas.
Senja kembali menaiki anak tangga dan pergi ke kamar kekasihnya, ia mengetuk pintu kamar laki-laki itu dan memanggil nama Angkasa secara halus. Setelah ketukan kelima, akhirnya Angkasa membukakan pintu kamarnya, yang di mana ia tengah memakai sebuah peci di kepalanya dan memakai sarung di bawahnya, serta baju gamis putih.
Ya, Angkasa baru saja selesai menunaikan shalat subuh.
"Emmm, kamu udah selesai sholat?" Tanya Senja kikuk.
"Udah, kenapa sayang?" Jawab Angkasa seraya tersenyum kepada gadisnya.
"Emmmm, sarapan gih, aku sama umi udah masak, nanti kalau udah selesai ganti baju, kamu langsung turun ya," ujar Senja.
"Iya sayang, yaudah aku ganti baju dulu ya," jawab laki-laki itu.
Setelah memberitahu Angkasa untuk segera sarapan bersama, kemudian Senja pergi ke kamarnya. Kamar tamu yang di mana di sana masih ada Akhas yang tengah tertidur pulas. Ya, sesuai keinginan anak kecil itu, Senja dan Akhas tidur di ranjang yang sama.
Senja tersenyum melihat anak kecil di hadapannya yang tengah melintasi alam mimpi. Entah apa yang di mimpikan Akhas, sampai-sampai ia mengigau dan tersenyum-senyum sendiri, melihat hal itu Senja tak tega untuk membangunkannya. Namun karena ini adalah perintah dari Rifda, maka ia harus membangunkan Akhas untuk pergi sarapan bersama. Senja duduk di sisi kasur, ia mengelus-elus lembut puncak kepala anak kecil itu.
"Khas, Akhas, bangun udah pagi," panggil Senja seraya menggoyang-goyangkan tubuh Akhas secara perlahan-lahan.
Akhas menguap lebar, ia membuka matanya dan melihat Senja tengah tersenyum di hadapannya.
"Pagi sayang, gimana tidurmu nyenyak ya?" Ucap Senja.
"Kak Senjaa, kak Senja tau nggak, Akhas mimpi kak Senja terbang sambil ketawa-ketawa, terus kak Senja ngelambain tangan ke Akhas, hehehe," Akhas cengengesan di depan Senja.
Mendengar hal itu, Senja tersenyum dan kembali mengelus-elus kepala Akhas, dan segera gadis itu menggendong anak itu untuk pergi ke kamar mandi dan membasuh mukanya.
Setelah selesai, Senja dan Akhas menuruni anak tangga dan segera bergabung dengan umi, abi dan kakaknya untuk sarapan bersama.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30, selain memasak, Senja juga membantu Rifda untuk mencuci piring yang kotor. Setelah itu Senja pamit kepada Rifda dan Umar untuk kembali ke rumahnya, gadis itu diantar oleh Angkasa menggunakan kendaraan yang selalu laki-laki itu bawa. Senja berharap semoga mamanya tidak marah dan melakukan kekerasan padanya lagi.
Sesampainya di rumah Senja, gadis itu pamit kepada Angkasa dan segera berlari masuk ke dalam rumah. Sebenarnya Angkasa ingin mengantarkan Senja masuk ke dalam rumahnya, namun Senja menolak secara tegas agar Angkasa langsung pulang saja, sudah beberapa kali Angkasa membujuk gadis itu, tapi tetap di tolak olehnya.
Senja sudah tiba di depan pintu rumahnya, gadis itu kemudian membuka pintu utama yang ternyata sudah tidak terkunci. Kemudian ia masuk dan melihat mamanya yang sedang menghubungi seseorang, dari ujung seberang sana terdengar suara seorang pria yang tengah bercanda gurau dengan Risa. Senja dengan berani mendekat ke arah mamanya.
"Maa," Panggil Senja yang membuat Risa kaget dan spontan menoleh ke arah gadis itu.
"Siapa itu, ma?" Tanya Senja.
Risa tidak menghiraukan pertanyaan anaknya, wanita itu kemudian mendekat ke arah Senja dan mengajak anaknya untuk duduk di sofa, wanita itu mengelus-elus kepala anaknya.
"Maafin, mama ya sayang, mama pernah mukulin kamu saat mama tidak dalam keadaan sadar," ucap Risa dan kemudian memeluk anaknya itu.
Senja yang sudah lama tidak merasakan dekapan mamanya tanpa aba-aba air mata gadis itu mencelos. Senja menangis di dekapan mamanya, tapi ada rasa aneh dan was-was yang selalu Senja rasakan, ada rasa yang mengganjal dalam dirinya, seperti ia harus lebih waspada dan bersiap hati untuk ke depannya.
Pada pukul 17.00 sore. Senja pergi ke halaman depan rumahnya, gadis itu tersenyum sembari menyiram tanaman yang ada di halaman itu. Ia senang karena mamanya telah berubah, sekarang mamanya tidak memukulinya lagi dan beer-beer yang ada di lemari pendingin sekarang sudah hilang sepenuhnya.
Senja bersenandung kecil, netranya menatap ke luar gerbang dan melihat anak kecil yang tengah bermain dengan riang di sana. Senyum cerah yang ada pada wajah gadis kecil tersebut mengingatkannya pada dirinya saat masih kecil dulu.
Senja dulu juga senang bermain dengan riang, saat itu Senja selalu di temani oleh papa dan mamanya, mengingat-ingat kenangannya yang dulu, membuat Senja kembali murung. Kemudian gadis itu menutup matanya dan menghela napas pelan.
Senja kembali membuka matanya dan melihat ke arah langit yang masih cerah dengan sinar matahari. Langit yang berwarna jingga dengan di hiasi oleh awan-awan yang beraneka bentuk, membuat Senja tersenyum dan mengangkat satu jari telunjuk ke atas langit. Gadis itu kemudian menuliskan sesuatu di sana dengan langit sebagai kertasnya dan angin sebagai tintanya. Walaupun tidak terlihat tapi itu adalah keinginan dari Senja.
Senja mengukir sebuah nama, netranya terus menerus menatap ke arah langit yang kian menggelap, dan gulita hampir menyelimuti cakrawala. Matahari tenggelam secara perlahan-lahan dan bulan sudah mulai muncul dengan bentuk dan sinarnya yang unik, membuat Senja kembali berharap bahwa apa yang ada dalam benak, pikiran dan perasaannya tidak benar-benar terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments