Malam hari, pada pukul 19.00 lewat lima menit, Angkasa akhirnya sampai di depan rumah Senja, segera laki-laki itu membukakan helm dari kepala gadisnya. Melihat langit yang bergemuruh awan pertanda akan turun hujan, Angkasa pamit kepada Senja untuk kembali pulang, diikuti oleh gadis itu yang mulai memasuki pintu gerbang rumahnya.
Sesampainya di depan pintu rumah utama, Senja berusaha membuka pintu tersebut, namun pintunya terkunci, Senja mencari-cari kunci itu di bawah pot-pot bunga tempat biasanya ia menaruh kunci, namun hasilnya nihil, gadis itu tetap tidak menemukan kuncinya.
Akhirnya Senja pasrah menunggu mamanya kembali pulang. Gadis itu menunggu dan menunggu, detik berganti detik, menit berganti menit, dan jam berganti jam, namun tetap tak terlihat kendaraan mamanya pulang. Dari hanya segerintik gerimis hingga menjadi hujan yang lebat. Senja yang saat itu hanya memakai seragam sekolah, terlihat menggigil kedinginan, gadis itu duduk meringkuk di pojok dinding luar rumahnya sembari memeluk kedua lututnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 21.25 malam, Senja semakin kedinginan, ia melihat hujan yang tak kunjung reda dan mamanya yang tak kunjung kembali.
Bzzzz-Bzzzz
Terdengar suara getaran dari dalam tas Senja, kemudian gadis itu merogoh kedalam tasnya dan mengambil benda pipih berbentuk persegi panjang. Senja membuka handphone tersebut dan melihat pesan singkat dari kekasihnya.
Aksa : Kamu udah tidur?
Senja : Belum, masih belum ngantuk
Aksa : Jangan bergadang ya, mamamu gak mukul atau marah ke kamu kan tadi?
Senja : Mama belum pulang
Setelah Angkasa membaca balasan pesan dari Senja, laki-laki itu segera menekan icon telepon dan menghubungi gadisnya. Senja yang melihat Angkasa menelponnya secara mendadak, segera ia langsung mengangkat telepon dari kekasihnya itu.
"Kamu dimana sekarang?" Tanya Angkasa.
"Di rumah, lagi nunggu mama," Jawab Senja lirih.
"Kamu kenapa? Kok suaramu begitu? Kamu masih diluar? Kok nggak masuk?" Tanya Angkasa berentet saat mendengar suara gemuruh petir di seberang panggilan sana.
"Nggak bisa, Sa, kuncinya nggak ada. Mama aja belum pulang sampai sekarang,"
"Aku jemput kamu sekarang ya," Lanjut laki-laki itu dan kemudian ia menutup teleponnya.
Tanpa menunggu persetujuan Senja, Angkasa langsung menyambar kunci motornya, kemudian laki-laki itu berlari menuruni anak tangga rumahnya. Sebelum Angkasa keluar dari pintu rumah, ia tiba-tiba dicekat oleh seorang wanita paruh baya.
"Mau kemana kamu nak? Hujan-hujan gini," Tanya Rifda selaku mamanya Angkasa.
"Aksa mau jemput Senja, mi. Kasihan dia diluar kedinginan sendirian," jelas laki-laki itu.
"Loh, mamanya nak Senja kemana?" Rifda bertanya lagi.
"Mamanya nggak tahu kemana, mi, sampai sekarang belum pulang-pulang juga,"
"Astagfirullah, yaudah sana, cepat kamu jemput nak Senja," ucap Rifda dengan nada khawatir.
Rifda memang sudah mengetahui hubungan anaknya dan juga Senja. Rifda awalnya tidak mengizinkan hubungan mereka berdua karena terhalang oleh tembok yang begitu tinggi, yaitu agama. Tapi setelah mendengar tuturan penjelasan dari anaknya, bagaimana hidup gadisnya itu. Rifda menjadi iba dan ia sudah menganggap Senja sebagai anaknya sendiri dan lama-kelamaan Senja dan Rifda menjadi sangat akrab.
"Aksa berangkat dulu ya, mi, assalamualaikum," salam Angkasa yang kemudian melenggang pergi.
"Waalaikumsalam," jawab Rifda, kemudian wanita paruh baya itu bergegas menyiapkan kamar tamu untuk ditempati oleh Senja.
Angkasa memakai sebuah mantel dan segera menerobos hujan yang begitu deras. Laki-laki itu melajukan motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Sesampainya dirumah Senja, Angkasa memarkirkan motornya dengan asal-asalan di depan pintu gerbang rumah gadis itu.
Melihat gadisnya yang meringkuk kedinginan dengan tubuh yang gemetar, Angkasa takut kalau penyakit asma dari gadisnya itu akan kambuh. Angkasa membuka pintu gerbang dan berlari menghampiri gadisnya itu.
"Sayang," Panggil Angkasa yang membuat Senja menoleh ke arahnya.
"Aksa, ihh kamu, kenapa coba kamu langsung matiin telponnya, nggak usah jemput aku gapapa, aku nunggu mama disini aja," ucap Senja.
Angkasa kemudian menyamakan tingginya di depan gadisnya itu, ia membelai-belai rambut Senja secara lembut.
"Mau sampai kapan kamu nunggu? Sampai besok pagi, hah? Ayo ikut aku pulang, umi udah nunggu kamu dirumah. Akhas juga udah kangen sama kamu, ayo," ajak Angkasa dan membantu Senja untuk berdiri.
"Nanti kalau mama datang gimana?" Ujar Senja dengan nada takut.
"Nggak apa-apa, nanti biar aku yang ngomong sama mama kamu ya, jadi kamu tenang aja," jawab Angkasa menenangkan Senja, dan di balas anggukan oleh gadis itu.
Angkasa memakaikan jas hujan cadangan kepada gadisnya itu, kemudian ia merangkul tubuh Senja keluar dari pintu gerbang dan pergi melajukan motornya ke rumah Angkasa.
Sesampainya di rumah Angkasa, laki-laki itu memasukan motornya kedalam bagasi dan melepaskan matelnya, setelah itu, mereka masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum mi," salam Angkasa.
"Waalaikumsalam, ehh nak Senjaa, sini nak," panggil Rifda, dan mengajak gadis itu untuk duduk di dekatnya di sebuah sofa.
"Malam umi, maaf ya mi, Senja datang malam-malam dan ngerepotin Umi," Ucap Senja sembari mencium punggung tangan Rifda.
"Kamu ngomong apa sih, sama sekali nggak ngerepotin kok, kamu udah umi anggap sebagai anak umi sendiri, jadi jangan sungkan-sungkan ya kalau kesini. Anggap aja ini rumah nak Senja, dan umi sama abi adalah orang tua Senja," jelas Rifda seraya mengelus-elus kepala Senja.
Mendengar tuturan Rifda, Senja tanpa sadar meneteskan air matanya. Melihat gadis itu menangis, Rifda kemudian memeluk Senja dan pelukan itu dibalas oleh gadis itu. Angkasa yang melihat umi dan kekasihnya sedang berpelukan hanya bisa tersenyum.
Senja merasakan hangatnya dekapan seorang ibu, sudah lama ia tidak merasakan perasaan hangat ini, ia tersenyum, syukur ia masih memiliki seseorang yang bisa menerimanya. Sebuah keluarga yang hangat yang bisa ia jadikan sandaran, walaupun itu bukan keluarga kandungnya, tapi kasih sayangnya seperti orang tua yang sebenarnya.
Saat tengah hanyut di dalam suasana, tiba-tiba ada suara seorang anak kecil yang memanggil nama Senja. Ya, dia adalah Akhas, adik dari Angkasa. Akhas sangat senang dengan kedatangan Senja, ia rindu dengan gadis itu, sudah lama gadis itu tidak mengunjunginya dan bermain dengannya.
"Kak Senjaaaa," panggil Akhas sambil berlari kecil menghampiri Senja.
Mendengar dan melihat bahwa Akhas menghampirinya, Senja kemudian melepaskan pelukannya dan menyerka air matanya.
"Akhass, jangan lari-lari gitu dong, nanti jatuh," ucap Senja sembari menggendong Akhas.
"Akhas kangen kak Senja, kak Senja kemana aja. Kok jarang kesini?" Tanya Akhas anak yang baru memasuki usia enam tahun itu.
"Kak Senja lagi sibuk sayang, makanya jarang kesini," jelas Senja.
Akhas langsung memeluk erat leher Senja saat anak kecil itu masih digendongannya, ia melepas kerinduan yang ada pada dirinya.
"Kak Senja, nanti main yuk," ajak Akhas.
"Adek, biarin Kak Senjanya mandi terus makan dulu ya. Sekarang udah malam, besok lagi kita mainnya," cegah Rifda.
"Yaahhh, tapi boleh gak malam ini Akhas tidur bareng kak Senja," pinta Akhas.
"Boleh sayang, nanti kita tidur bareng ya," jawab Senja.
Mendengar jawaban Senja, Akhas menjadi senang, ia kemudian dengan cepat-cepat mengantarkan Senja ke kamar tamu yang ada di lantai atas. Akhas menyuruh Senja untuk cepat membersihkan diri dan setelah itu makan malam.
Senja hanya tersenyum dan mengelus-elus kepala Akhas, gadis itu kemudian pergi ke kamar mandi.
Selesai membersihkan diri, Senja meminjam daster kepada Rifda, karena gadis itu tak membawa satu helai pakaian ganti. Saat ini Senja tengah memakai daster milik Rifda, kemudian gadis itu turun untuk makan malam bersama keluarga Angkasa.
"Nak Senja, sini makan bareng," ajak Umar, selaku abi dari Angkasa dan Akhas.
"Iya bi," jawab Senja.
Senja melihat keluarga Angkasa yang penuh dengan canda dan tawa. Rumah yang begitu ramai dan hangat, sangat jauh berbeda dengan rumahnya.
Makan malam yang begitu sangat berarti baginya, kehangatan yang keluarga Angkasa berikan kepadanya, sangat membekas dihati Senja.
Moment pertama Senja, merasakan kehangatan keluarga yang sudah lama hilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments