Chapter 01. Berharap Pada Hari Esok [ Revisi ]

"Maa, Senja berangkat dulu ya," pamit Senja kepada mamanya yang tengah terbaring pulas di sebuah sofa yang berada di ruang tamu, dengan banyaknya botol beer disana. Ya, mama Senja adalah seorang pemabuk, semenjak ia bercerai dengan Arkan, yaitu papa Senja.

Senja keluar dari rumah dan menuju pintu gerbang, ia sudah ditunggu oleh kekasihnya disana untuk berangkat sekolah bersama.

"Aksa, kamu dari tadi ya nunggu aku? Maaf ya lama," ucap Senja.

"Enggak kok, aku juga baru aja sampai disini, yaudah yuk, dari pada terlambat, nanti gerbang sekolah ditutup," jawab Angkasa.

Senja pun segera menaiki motor Angkasa yang sedikit tinggi itu, dan segera laki-laki itu melajukan kendaraannya. Rambut senja yang terurai, terkena angin sepoi-sepoi selama perjalanan menuju sekolah, wajahnya terlihat sangat cantik seperti biasanya. Senja tersenyum sambil memeluk kekasihnya, senyumnya begitu manis dengan lesung pipi di wajahnya.

"Sa, kamu inget gak, saat kita kelas sepuluh?" Tanya Senja.

"Hah? Inget apa?" Laki-laki itu bertanya balik.

"Ihhh, itu loh, saat kamu nembak aku,"

Mendengar ucapan Senja, Angkasa seketika tertawa, ia kembali mengingat moment-moment pertama kali bertemu dengan Senja, ia dulu begitu antusias mendekati gadis itu, entah kenapa Angkasa dulu menyukai Senja saat pertama kali melihatnya, padahal dulu Senja itu anaknya pendiam, jarang bersosialisasi, selalu murung, dan suka termenung. Ada rasa nyaman dan senang saat ia bersama Senja.

"Hahahaha, inget kok, saat itu aku konyol banget ya," Ucap Angkasa.

"Enggak kok, malahan bagiku saat itu lucu, aku gak pernah lupa dengan moment-moment itu, terima kasih ya, selalu ada untukku," Ucap Senja.

Senja kembali memeluk erat tubuh Angkasa, kalau tidak ada laki-laki itu dalam hidupnya, entah apa yang dia akan lakukan saat itu.

Orang tua Senja sudah bercerai, dan ia sekarang tinggal bersama mamanya yang sering mabuk-mabukkan, dan terkadang mamanya memukul Senja tanpa alasan yang jelas. Sedangkan papanya tinggal bersama istri barunya bersama anak tirinya. Senja pernah datang ke rumah papanya, ia berharap akan disambut oleh papanya, tapi nyatanya ia malah di usir secara kasar dan dihina-hina oleh papanya sendiri.

...----------------...

Sesampainya di sekolah SMA TINEGRA, Angkasa menurunkan Senja di depan pintu gerbang, dan ia kemudian memarkirkan kendaraannya di areal parkiran sekolah.

Senja berjalan di lorong koridor bersama Angkasa, dan tak jarang pula ada gadis-gadis yang menyapa Angkasa disana, namun laki-laki itu tak pernah menggubris mereka.

Senja sudah berada di depan kelasnya yaitu kelas Xll MIPA 1, dan ia hendak memasuki ruang kelas tersebut.

"Makasih ya, sudah anterin sampai kedepan kelas," Ucap Senja.

"Iya, kamu yang rajin ya belajar nya, jangan bengong terus," goda Angkasa, dan kemudian ia pamit untuk kembali ke kelasnya, dan Senja pun juga memasuki kelasnya.

Kelas Senja dan Angkasa berbeda, Senja kelas Xll MIPA 1 dan Angkasa kelas Xll IPS 2. Walaupun kelasnya berbeda, tapi Angkasa selalu datang ke kelas Senja, di saat istirahat atau pun saat bel pulang.

Senja pun duduk di bangkunya dan ia mulai menyiapkan buku mata pelajaran sekarang.

"Senjaaaa," Panggil Bulan, ia adalah sahabat Senja sejak Sekolah Menengah Pertama ( SMP ). Bulan selalu ingin bersama Senja, semenjak kejadian yang tak mengenakkan di masa putih biru.

Dulu Bulan sering di-bully oleh teman-temannya, karena papa Bulan adalah seorang kriminal, yang pernah membunuh seorang wanita.

Bulan sering kali di bully melalui perkataan dan juga tak segan-segan temannya melukai fisiknya. Bulan juga pernah di kurung di toilet sekolah, untung saja saat itu ada Senja yang membukakan pintu. Senja memang sering memperhatikan Bulan, ia selalu menyendiri dan kerap kali ia di bully. Namun, Senja saat itu tidak mau ikut campur. Sampai suatu ketika Senja melihat Bulan yang hampir dilempar dengan sebuah batu oleh siswa laki-laki, dan kemudian ia mendekap Bulan hingga kepala Senja yang terkena lemparan itu, dan hingga sekarang bekas luka jahitan di kepala Senja masih ada, walaupun sudah tertutup oleh rambut.

"Ihh, Senja, kok gue dikacangin sih," Ucap Bulan sekali lagi.

"Hmm, iya, apa?" Jawab Senja singkat.

"Tadi lo dianterin Aksa lagi ya? Cieeee yang bucin,"

"Apaasih Lan," ucap Senja malu-malu kucing.

"Tapi bener kan kata gue, Aksa tu orang nya perhatian, ganteng, baik lagi," tutur Bulan. Yang kemudian dibalas anggukan oleh Senja.

Tring-tring

Bel masuk pun berbunyi, semua siswa kelas Xll MIPA 1 mulai memasuki ruang kelas. Kelas yang tadinya sepi, sekarang mulai riuh akan kedatangan mereka.

"Anak-anak, harap tenang ya!" Ucap Bu Yasmin memasuki ruang kelas, dan mendadak kelas tersebut menjadi hening. Bu Yasmin selaku guru Biologi menerangkan dan memaparkan materinya di depan ruang kelas.

Sudah 3 jam mata pelajaran biologi berlangsung, akhirnya bel istirahat pun berbunyi, dan siswa-siswi disana kembali ribut, ingin rasanya cepat-cepat untuk pergi ke kantin.

"Baiklah anak-anak, sekian materi yang saya sampaikan, karena sudah bel istirahat berbunyi, silakan kalian istirahat dulu," ucap Bu Yasmin kemudian ia meninggalkan ruang kelas, dan diikuti oleh siswa-siswi disana.

"Senja, lo gak mau ke kantin? Lo nggak laper? Ayo ke kantin, nanti keburu rame di sana dan nasi gorengnya keburu habis," ajak Bulan.

"Iya sabar, Lo gak lihat gue lagi ngapain?" Jawab Senja yang sedang memasukan buku-bukunya kedalam tas.

Selesai memasukan buku-bukunya, Senja dan Bulan langsung menuju ke kantin. Dan ternyata benar, disana sudah ramai akan siswa-siswi yang tengah bergerombol.

"Tuh kan, sekarang jadi rame banget, kamu sih lama banget beres-beres bukunya," ucap Bulan.

"Semoga aja nasi gorengnya masih ada ya," harap Senja.

Ya, gadis itu belum sarapan tadi pagi, Senja langsung pergi menuju ke sekolah tanpa makan terlebih dahulu, karena dirumah jarang ada bahan-bahan makanan yang bisa di masak, mamanya pun semenjak bercerai jarang mengurus pekerjaan rumah, apalagi mengurus Senja, dan sejak saat itu Senja melakukan pekerjaan rumah sendirian. Dimulai dari menyapu, mengepel, cuci piring, hingga memasak untuk makan malam, Senja juga sering membersihkan muntah mamanya di saat mabuk, dan itupun sudah Senja lakukan semenjak SMP.

Senja melihat sekeliling untuk mencari tempat duduk, tidak mungkin kan dia makan sambil berdiri, sebelum itu dia harus mencari tempat duduk untuk dirinya dan Bulan terlebih dahulu, sedangkan Bulan, dia menerobos antrian dan membeli makanan untuk mereka.

"Senja, Senjaa, sini," panggil Angkasa seraya melambai-lambaikan tangannya.

Senja yang mendengar dan melihat Angkasa melambaikan tangannya, langsung menuju ke meja makan yang laki-laki itu tempati, Gadis itu pun duduk di samping Angkasa sembari menunggu pesanannya yang di bawa oleh sahabatnya.

"Kamu udah makan?" Tanya Angkasa.

"Belum, ini masih nunggu Bulan, dia lagi antri membeli nasi goreng," jawab Senja.

Setelah berbincang-bincang cukup lama, akhirnya Bulan keluar dari antrian dan membawa dua piring nasi goreng. Senja yang melihat Bulan sedang celingak-celinguk, langsung mengangkat tangannya dan melambaikannya. Bulan yang melihat Senja dan Angkasa serta teman-teman laki-laki itu, segera menghampiri Senja.

"Aksa ikut makan bareng kita juga Ja?" Tanya Bulan.

"Iya, tadi gue nggak dapat tempat duduk, tapi untung ada Aksa tadi yang mau bagi tempat duduknya," jawab Senja.

"Oh gitu, makasih ya Sa," ucap Bulan kepada Angkasa, dan kemudian dibalas anggukan oleh laki-laki itu.

Setelah mereka selesai makan, mereka pun pergi ke kasir yang berada di samping kantin untuk membayar apa yang mereka santap tadi, dan kemudian mereka berpisah kembali ke kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Pada pukul 16.30 Bel sekolah berbunyi, menandakan mereka semua diperbolehkan pulang. Angkasa pergi mengambil kendaraannya di parkiran dan kemudian menunggu Senja di depan pintu gerbang sekolah, setelah menunggu, Senja pun datang dan menaiki kendaraan Angkasa, laki-laki itu pun melajukan kendaraannya untuk mengantar gadis itu pulang.

...----------------...

"Makasih ya, Sa, udah mau nganterin aku pulang, kamu nggak mau mampir dulu?" Tawar Senja yang berada di depan pintu gerbang rumahnya.

"Nggak sayang, aku udah di tungguin sama mama dirumah, adikku katanya lagi nangis-nangis, rewel banget," ucap Angkasa.

"Si Akhas? Kok dia nangis?" Tanya Senja lagi.

"Nggak tau, katanya dia nyariin aku, yaudah aku pulang dulu ya, kamu hati-hati di rumah, kalau ada apa-apa telpon aku ya," jawab Angkasa.

"Iya, kamu juga hati-hati di jalan, jangan ngebut," ucap Senja. Kemudian Angaksa pulang meninggalkan gadis itu, dan Senja pun memasuki rumahnya.

Rumah yang begitu sepi disore hari tanpa ada siapapun kecuali Senja. Gadis itu pun menaiki tangga dan memasuki kamarnya untuk mengganti pakaian, setelah itu ia turun dan membersihkan botol-botol beer yang masih berserakan disana, kemudian ia memasak makan malam untuk dirinya dan juga mamanya yang sebentar lagi akan pulang dari kantornya.

Jam menunjukkan pukul 22.00 malam, tapi Risa, mama dari Senja tak kunjung pulang hingga makanan yang Senja buat menjadi dingin, tapi Senja tetap menunggu mamanya itu pulang, walaupun Senja tahu apa yang akan terjadi padanya.

Brak-brak

Suara gedoran pintu rumah Senja yang menandakan bahwa mamanya sudah pulang.

"SENJAA, BUKA PINTUNYAAA!!" Teriak Risa

"SENJAAAA!"

"Iya ma, sabar," jawab Senja dan kemudian membukakan pintu yang tidak terkunci itu.

Risa kemudian masuk menabrak bahu Senja hingga membuat gadis itu meringis, dengan langkah sempoyongan akibat mabuk Risa masuk kedalam rumah, ya, lagi-lagi dia mabuk, mata dan muka Risa memerah akibat alkohol yang wanita itu minum.

"Ma, mama minum dulu ya," Ucap Senja seraya menyodorkan air putih.

Tapi mamanya malah mengamuk dan menyiramkan air itu ke wajah Senja dan wanita itu tanpa aba-aba menarik rambut Senja dengan kencang.

"Kamu ambilkan mama beer di lemari pendingin ya, sekarang!" Ucap mamanya di depan wajah Senja hingga tercium mau beer dari mulut Risa.

"Awww, ma, sakit," ringis Senja.

"Kamu nggak dengar kata mama!"

"Dengar Ma, dengar, tapi beernya kan udah habis ma, mama sudah minum terlalu banyak kemarin," jawab Senja sambil menahan rasa sakit yang ia rasakan.

Mendengar tuturan dari Senja, Risa kemudian bangkit dari duduknya, wanita itu mengencangkan tarikan tanganya dari rambut Senja dan Risa mulai menarik-narik rambut Senja serta pukulan demi pukulan, tamparan demi tamparan di layangkan kepada putrinya itu.

"Awww, sakit maaa, berhenti, sakit maaa, hiks-hiks," mohon Senja kepada Risa, tapi Risa tidak menghiraukan perkataan anaknya dan malah melanjutkan pukulannya.

Setelah wanita itu puas, ia itu pun melepaskan tangannya dari rambut Senja, dan kemudian Risa kembali ke sebuah sofa dan merebahkan tubuhnya disana. Sedangkan Senja, ia kembali ke kamarnya dengan jalan yang terkulai lemah.

Senja merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia menahan rasa sakit di seluruh badannya, gadis itu memejamkan matanya dan berharap semoga hari esok menjadi lebih baik dari pada sekarang, itulah doa yang selalu dia pinta sebelum ia terlelap.

Terpopuler

Comments

Kyynetsuchan

Kyynetsuchan

"Susah" typo

2023-03-20

2

lihat semua
Episodes
1 PROLOG [ Revisi ]
2 Chapter 01. Berharap Pada Hari Esok [ Revisi ]
3 Chapter 02. Memory [ Revisi ]
4 Chapter 03. Kehangatan keluarga Angkasa [ Revisi ]
5 Chapter 04. Perasaan & Harapan [ Revisi ]
6 Chapter 05. Sang Hujan [ Revisi ]
7 Chapter 06. Sebelum Retakan
8 Chapter 07. Awal Retaknya Hubungan.
9 Chapter 08. Goresan Luka
10 Chapter 09. Kisah Kelam Risa & Kebenaran tentang Senja
11 Chapter 10. Jejak Darah
12 Chapter 11. Kunjungan Berakhir Pilu
13 Chapter 12. Kunjungan Berakhir Pilu ll
14 Chapter 13. Sunyi
15 Chapter 14. Hilangnya Kepercayaan
16 Chapter 15. Tuduhan
17 Chapter 16. Cacian kepada Insan tak Bersalah
18 Chapter 17. Diam Tak Merubah Apapun
19 Chapter 18. Hukuman dengan Ancaman
20 Chapter 19. Runtuh
21 Chapter 20. Lengkara Putri Samudra
22 Chapter 21. Biola Lengkara
23 Chapter 22. Muak
24 Chapter 23. Satu yang Terungkap
25 Chapter 24. Tuduhan Kembali
26 Chapter 25. Cacian bukanlah Perhatian
27 Chapter 26. Yang Terbaik dalam Memberi Luka
28 Chapter 27. Tunangan
29 Chapter 28. Pembawa Sial
30 Chapter 29. Antara Hidup dan Mati
31 Chapter 30. Maaf dan Terima Kasih
32 Chapter 31. Janji Terakhir
33 Chapter 32. 00.00
34 Chapter 33. Memungkinkan yang Tidak Mungkin
35 Chapter 34. Terungkap
36 Chapter 35. Terungkap ll
37 Chapter 36. Antara Senang dan Sedih
38 Chapter 37. Siuman
39 Chapter 38. Bernostalgia
40 Chapter 39. Jantung Hati
41 Chapter 40. Pelukan
42 Chapter 41. Selamat Ulang Tahun
43 Chapter 42. From All Pain
44 Chapter 43. Menuju Keabadian
45 Chapter 44. Kenangan yang Harus Dilupakan?
46 Chapter 45. Karma
47 Chapter 46. Detak Jantung
48 Chapter 47. Bunga Tidur
49 Chapter 48. Medali untuk Lengkara
50 Chapter 49. Pamitan Terakhir
51 Epilog [ END ]
Episodes

Updated 51 Episodes

1
PROLOG [ Revisi ]
2
Chapter 01. Berharap Pada Hari Esok [ Revisi ]
3
Chapter 02. Memory [ Revisi ]
4
Chapter 03. Kehangatan keluarga Angkasa [ Revisi ]
5
Chapter 04. Perasaan & Harapan [ Revisi ]
6
Chapter 05. Sang Hujan [ Revisi ]
7
Chapter 06. Sebelum Retakan
8
Chapter 07. Awal Retaknya Hubungan.
9
Chapter 08. Goresan Luka
10
Chapter 09. Kisah Kelam Risa & Kebenaran tentang Senja
11
Chapter 10. Jejak Darah
12
Chapter 11. Kunjungan Berakhir Pilu
13
Chapter 12. Kunjungan Berakhir Pilu ll
14
Chapter 13. Sunyi
15
Chapter 14. Hilangnya Kepercayaan
16
Chapter 15. Tuduhan
17
Chapter 16. Cacian kepada Insan tak Bersalah
18
Chapter 17. Diam Tak Merubah Apapun
19
Chapter 18. Hukuman dengan Ancaman
20
Chapter 19. Runtuh
21
Chapter 20. Lengkara Putri Samudra
22
Chapter 21. Biola Lengkara
23
Chapter 22. Muak
24
Chapter 23. Satu yang Terungkap
25
Chapter 24. Tuduhan Kembali
26
Chapter 25. Cacian bukanlah Perhatian
27
Chapter 26. Yang Terbaik dalam Memberi Luka
28
Chapter 27. Tunangan
29
Chapter 28. Pembawa Sial
30
Chapter 29. Antara Hidup dan Mati
31
Chapter 30. Maaf dan Terima Kasih
32
Chapter 31. Janji Terakhir
33
Chapter 32. 00.00
34
Chapter 33. Memungkinkan yang Tidak Mungkin
35
Chapter 34. Terungkap
36
Chapter 35. Terungkap ll
37
Chapter 36. Antara Senang dan Sedih
38
Chapter 37. Siuman
39
Chapter 38. Bernostalgia
40
Chapter 39. Jantung Hati
41
Chapter 40. Pelukan
42
Chapter 41. Selamat Ulang Tahun
43
Chapter 42. From All Pain
44
Chapter 43. Menuju Keabadian
45
Chapter 44. Kenangan yang Harus Dilupakan?
46
Chapter 45. Karma
47
Chapter 46. Detak Jantung
48
Chapter 47. Bunga Tidur
49
Chapter 48. Medali untuk Lengkara
50
Chapter 49. Pamitan Terakhir
51
Epilog [ END ]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!