Mafia Kena Karma
"Dimanapun kamu berada. Aku berharap kamu akan baik-baik saja. Lihatlah, dia yang kau selamatkan telah lahir. Dia begitu ingin melihat dunia. Tidakkah kau pun sama?"
*
"Sampai kapanpun aku tidak akan jatuh cinta padamu!"
"Lily?"
Kelopak mata itu perlahan terbuka, menampilkan sepasang bola mata berwarna hitam, yang biasanya akan menampilkan tatapan tajam bak elang. Tapi kini, setelah koma selama sembilan bulan, hanya binar lemah yang terpancar dari manik mata tersebut.
Tak berapa lama sejak pria itu membuka mata, keributan mulai terjadi. Dokter dan para medis berhamburan masuk ke ruang steril yang semua alatnya kini mengeluarkan alarm waspada.
"Dia bangun."
Seru seorang dokter. "Panggilkan Dokter Ortega."
"Ortega? Lily?"
*
*
Kredit Pinterest.com
Sembilan bulan lalu.
Sebuah helikopter mendarat di helipad yang berada di rooftop sebuah gedung rumah sakit. Helikopter itu membawa seorang pasien dalam kondisi koma, dari bandara Cote d' Azur. Setelah dipindahkan dari pesawat yang membawanya dari bandara itu, 17 jam lalu.
"Tanda vitalnya stabil."
Lapor Andreas yang ikut dalam perjalanan tersebut. Di belakangnya mengekor Max, tangan kanan pria yang terbaring koma. Dengan cekatan, paramedis itu bekerja. Memindahkan tubuh pria itu ke kamar VIP yang sudah diubah menjadi ruang ICU khusus, karena mereka tidak tahu sampai kapan pria itu akan sadar.
Setelah pemasangan alat penopang hidup pria itu selesai, semua dokter yang berkompeten berkumpul untuk memeriksa keadaan pria tersebut. Dengan Andreas yang menjadi pengoper informasi.
"Padahal diagnosanya Encepalopathy*, kenapa dia sampai koma?" Gumam beberapa dokter.
"Kerusakan otak disebabkan kurangnya pasokan oksigen saat paru-paru berhenti bekerja. Kekurangan oksigen itu sampai ke batang otak, bagian otak yang bertanggung jawab pada kesadaran manusia. Karena itulah dia mengalami koma."
"Analisa dari Dokter Lyandra Daniela Ortega."
Gumam Andreas. Pria itu menatap seorang gadis cantik yang sejak tadi menatap pria yang terbaring koma itu tanpa berkedip.
*
*
Setahun kemudian.
Suara tembakan terdengar dari segala penjuru. Beberapa korban tumbang karena tidak sempat menyelamatkan diri. Di tengan desingan peluru yang memekakkan telinga, beberapa orang tampak waspada melindungi dua orang yang mulai menarik pistol dari pinggang masing-masing.
"Kau brengsek, Max!"
Maki seorang pria dengan wajah rupawan, namun terkesan dingin dan kejam.
"Ayolah, K. Kau tahu sendiri kalau keadaan di lapangan tidak bisa dipastikan."
Bela pria yang dipanggil Max tersebut. Awalnya K hanya dimintai tolong oleh seorang rekannya, sesama mafia untuk mengkonfirmasi keaslian senjata yang dikirim dari Hongkong. Senjata jenis Glock, Revolver, FN, Colt 1911 dan berbagai senjata laras panjang lainnya.
Namun ternyata di tengah transaksi itu ada pihak ketiga yang mengacau. Apalagi selain ingin mencuri hasil penyelundupan senjata tersebut. K mengumpat ketika sebutir peluru nyaris melukai telinganya.
"Aku akan membuat perhitungan denganmu begitu kita sampai rumah. Kau tahu kan aku sudah pensiun dari dunia itu.
Ancaman K membuat nyali Max ciut. Setelah bangun dari koma dan menjalani pemulihan, K benar-benar mengundurkan diri dari kelamnya dunia bawah. Dia hanya sesekali turun tangan jika ada masalah. Selebihnya dia adalah dirut di rumah sakit miliknya.
K bergerak cepat dengan keahlian menembak yang sudah tidak diragukan lagi. Pria itu menghujani lawannya dengan peluru yang dia lesakkan dari Glock hitam kesayanganya, sementara di pinggangnya masih ada si mungil Colt 1911. Satu tangan pria itu menggengam cadangan peluru yang bisa dia isikan dalam sekelip mata.
"Kalian membuatku muak!"
Teriak K, sesaat setelah lesatan peluru dari dua senjata laras pendek itu menghabisi hampir semua orang di sana. Tidak peduli lawan atau kawan semua tumbang diterjang timah panas dari moncong senjata milik K.
"Siapa yang menyuruh kalian?"
K menginjak telapak tangan seorang pria yang masih bergerak. Darah mengalir dari luka di paha kirinya. Luka karena peluru yang K tembakkan. Pria itu tidak menjawab, lebih tepatnya tidak mampu menjawab. Hanya ringisan lirih yang terdengar dari pria itu. K semakin menekan pijakannya, hingga darah mengalir dari telapak tangan pria itu. Tulangnya terasa remuk, pria itu melolong menahan sakit.
"K! Hentikan itu! Kau bisa membunuhnya."
"Memang dia sudah mati."
Jawab K santai. Pria itu berlalu, hingga dia menghentikan langkahnya. "Ayo pergi, dia datang."
Max bergerak, mengikuti langkah K, masuk ke sebuah mobil. Lantas melajukannya dari sana.
"Satu mobil meninggalkan TKP. Pengejaran di lakukan!"
"Ohh shhhitttt!!"
K mengumpat, pria itu melajukan mobil bak raja jalanan yang tengah berlomba. Jalanan itu pun menjadi arena lomba balap bagi K dan aparat kepolisian yang bertugas. Beberapa kali K berkelit, menghindar dari kejaran mobil polisi.
"K....pelan sedikit!"
K menyeringai mendengar perkataan Max. Bukannya mengerem, pria itu malah menaikkan kecepatan kuda besi tersebut. Hingga Max mendelik kesal dibuatnya. Sementara itu di TKP, seorang pria memakai jaket kulit tampak serius memeriksa tempat itu.
"Semua mati."
Pria itu menghela nafas. Meski semua mati, tapi yang mengherankan mereka tidak membawa barang bukti berupa beberapa koper berisi senjata api berbagai jenis beserta amunisinya.
Kredit Pinterest.com
"Mereka lolos!"
Pria itu memejamkan mata, sembari mengumpat. Berapa kali dia gagal menangkap otak dari semua kekacauan ini. Penyelundupan senjata api, perdagangan wanita dan yang sedang trend saat ini, pembunuhan random dengan tujuan diambil organ dalamnya lantas dijual ke pasar gelap.
"Sial!"
Pria itu mengumpat frustrasi, beberapa bawahannya hanya bisa menggeleng. Cukup tahu bagaimana stresnya sang atasan akhir-akhir ini. "Pak, lihatlah ini."
Pria dengan name tag Leonard Danilo itu mendekat ke arah anak buahnya. Sebuah tato berbentuk X terlihat di punggung tangan seorang korban.
"Hampir semua memiliki tato X, Pak." Leon, begitu dia biasa dipanggil mengerutkan dahinya.
Di tempat lain, K langsung membuang jaket kulitnya. Menyisakan kaos hitam ketat yang membalut tubuh atletisnya. Satu sentuhan dari jarinya membuat lima monitor muncul sekaligus di hadapannya. Meski hanya seperti hologram, tapi itu adalah monitor sungguhan.
"Command to The Eye, X searching."
"Suara dikenali. Sistem sedang bekerja."
Jawaban laksana robot terdengar, dan K berbalik menerima kaleng minum dari Max. Di belakang K, monitor itu mulai bekerja setelah logo dari klan Black Chimaera muncul.
"Yakin kalau ini mereka?"
K hanya terdiam, sebelah telinganya memantau tampilan layar hologram. "Berhenti! Tampilkan semua!"
Sistem mulai menjelaskan siapa sosok yang kini muncul di layar utama. K tampak tersenyum puas. Dia tahu benar sosok yang tengah sistem itu tampilkan. Dalam dunia gelap dia tahu, tapi saat ini pria itu menggunakan identitas lain yang K sendiri belum berhasil meretasnya.
"Aku tidak terlalu peduli kalau dia mengacaukan pasar Eropa. Tapi kalau dia mulai mengusikku. Maka aku akan menghadapinya."
Di satu sisi, seorang gadis terlihat sumringah ketika sang kekasih hati menjemputnya. Rasa lelah seakan lenyap seketika saat melihat senyum sang kekasih.
"Kak Rio tidak perlu repot kemari jika sibuk."
"Pekerjaanku sudah selesai. Jadi aku bisa menjemputmu."
Jawab Rio manis. Senyum Rio benar-benar membuat gadis itu bahagia. Tanpa gadis itu tahu siapa sebenarnya Rio.
****
*Encephalopathy adalah suatu istilah yang luas untuk setiap penyakit otak yang mengubah fungsi atau struktur otak. Penyebabnya antara lain tumor, infeksi dan stroke
Sumber google.com
Hai readers karya baru dari author nih, mohon dukungannya ya....
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Lyandra Wheeler
Dirut? direktur kah?
2023-03-02
1
Lyandra Wheeler
akuuuu😌 cita-cita jadi dokter akhirnya kesampaian walaupun dalam novel 🤣
2023-03-02
1
Damar Pawitra IG@anns_indri
panggilan nya kita sama bund 🤭🤭
2023-02-26
1