Kredit Pinterest.com
Meet K
Johannes Arka Kian Rivaldy, dunia bawah menyebutnya K. Pemimpin klan mafia Black Chimaera yang hampir dua tahun meninggalkan negara asal klan mafia tersebut. Sebelum mengalami koma selama sembilan bulan akibat menyelamatkan nyawa wanita yang dia cinta. K meminta Max, membawanya pulang ke kota ini. Kota di mana sang adik juga tinggal. K adalah kakak dari Andrea Kirana Sky.
"Kau membuat pihak kepolisian curiga."
Max berucap kesal. Akibat kekesalan K, pria itu menghabisi seluruh anggota mafia yang ada malam itu. Membuat kepolisian curiga plus kemarahan klan mafia lainnya. Sebab mereka kehilangan anggota juga barang mereka. Jelas mereka rugi besar. Tapi K diam saja saat Max menggerutu tidak karuan.
"Berikan saja mereka ganti rugi. Toh kita juga akan untung banyak."
Cengir K. "Kau sengaja kan membunuh mereka. Karena permintaan organ dalam di pasar gelap sedang tinggi."
"Hei bisnisku resmi ya. Ada tanda tangan dari keluarga yang diambli organ dalamnya. Mereka juga menerima uang dari penjualan organ itu. Mereka sejahtera tahu."
"Tapi itu palsu."
Potong Max cepat. K lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pria itu masih berkutat di depan The Eye, sistem peretas paling canggih yang diciptakan olehnya. Saking canggihnya banyak badan keamanan dunia merasa was-was dengan keberadaan sistem itu. Beberapa klan mafia bahkan organisasi gelap sudah berusaha mencuri ataupun meretas bahkan berniat menghancurkan sistem The Eye, tapi tak satupun yang berhasil.
Sementara itu, Leon seketika memijat pelan pelipisnya. Mayat-mayat yang kemarin mereka temukan di TKP pagi ini sudah tidak ada. Ada satu yang tertinggal. Tapi setelah diperiksa seluruh organ dalamnya semua bermasalah. Bisa dipastikan jika mayat yang lain akan diambil organ dalamnya.
"Ada yang mencurigakan. Mobil yang kemarin melarikan diri apa sudah bisa ditemukan?"
Seorang anggotanya melapor kalau nomor plat mobil itu ditemukan di jalanan di luar kota. Leon menggeram marah. Itu berarti satu kesempatan mereka kembali terlepas. Pria itu keluar dari ruangannya berjalan menuju ruangan lain. Memeriksa ponselnya lantas memghubungi seseorang.
*
*
Malam menjelang pagi dan adu tembak terdengar di sebuah pulau terpencil di pesisir pantai utara kota itu. Kembali desingan peluru menghiasi malam.
"Menyerah dan kami akan mengampuni kalian."
"Kami tidak sudi bekerjasa dengan kalian. Kalian perampok, penipu. Kami lebih baik bekerjasama dengan Black Chimaera......"
Pria itu ambruk dengan peluru menembus jantungnya tanpa bisa menyelesaikan kalimatnya. "Habisi semua yang membangkang." Perintah seorang pria dengan tato X di lengan bagian dalam.
Pria itu berjalan melewati tubuh yang sudah mati. Sembari menghisaap rokok di tangannya. Pria itu menatap kilau lampu yang berada di seberang sana. Ibu kota yang sangat ingin dia takhlukkan. Juga satu orang yang selalu menghalangi langkahnya. K, pemimpin klan Black Chimaera yang sangat dia benci. Karena K, sang paman meninggal. Orang yang sangat berjasa pada hidupnya.
"Aku akan menghabisimu secara perlahan. Mulai dari orang yang kau cinta."
*
*
Pagi menjelang, seorang wanita cantik tampak bersiap menuju ke ruang kerjanya. Lyandra Daniela Ortega, mengenakan blus berwarna pastel dipadu rok selutut berwarna coklat. Lengkap dengan jas dokter serta rambut diikat sebagian. Tampilan Lyli, begitu dia biasa dipanggil begitu manis. Setidaknya itu bagi satu orang yang tengah berjalan di belakangnya.
K tengah mengikuti langkah Lyli. Tidak tahu kenapa sejak dia bangun dan tahu kalau Lyli yang merawatnya, pria itu jadi terus menempel pada gadis itu.
"Pagi, Ly."
Sapa K manis. Dia adalah pribadi yang berbeda saat siang hari. Humble, ramah dan tengil. Mendengar sapaan yang familiar di telinganya, Lyli memutar matanya jengah. Sudah pasti itu dia, dugaannya benar. Ketika Lyli masuk lift, pria itu mengikutinya.
"Jangan aneh-aneh, Ian!"
Ketus Lyli pada K yang dia panggil Ian. Di lingkungan rumah sakit, K dipanggil Ian atau nama belakangnya Rivaldy.
"Ayolah Ly, itu kan sudah lama sekali. Masak iya masih inget aja."
Lyli melengos mendengar ucapan Ian. Ingatannya kembali ke masa SMA. Di mana waktu itu, dirinya ditolak mentah-mentah oleh sosok Ian. Bahkan pria itu dengan sombong bersumpah kalau dia tidak akan jatuh cinta pada Lyli meski dia wanita terakhir di dunia.
Lyli sakit hati waktu itu. Hingga membenci sosok Ian. Tapi rasa benci itu sesaat goyah ketika Lyli mendapati tubuh Ian terbujur koma dua tahun lalu. Sampai Lyli yang dokter spesialis syaraf itu bersedia merawat Ian. Meski dia benci pada Ian, demi alasan kemanusiaan, Lyli mengesampingkan perasaannya sendiri.
Alhasil sembilan bulan sejak kedatangan Ian, pria itu sadar dari komanya dan secara mengejutkan pulih dengan sempurna, sebuah keajaiban dalam dunia kedokteran kembali terjadi. Bahkan mungkin Lyli sedikit menyesali keputusannya merawat Ian, karena pria itu sekarang jadi mengejarnya. Tidak peduli walau Lyli punya kekasih.
"Tentu saja aku ingat. Aku gak amnesia ya."
Ketus Lyli, keluar dari lift karena dia sudah sampai di divisinya di lantai lima. Sedang Ian terus naik ke lantai 10 di mana ruangannya berada.
"Ck...ck...gini amat kena karma karena omongan sendiri."
Ian bergumam sendiri sembari masuk ke ruangannya. Di dalam sudah ada Max dan satu lagi asisten yang mengurusi urusan rumah sakit. Ian langsung menduduki kursi kebesarannya, memundurkannya, dan dia langsung masuk ke ruang rahasia bersama dua asistennya. Sistem The Eye mulai terhubung. Menampilkan berbagai kejadian dari seluruh dunia yang sedang ingin Ian ketahui. Melalui pemindaian sensor otak, The Eye mampu merespon apa yang otak Ian pikirkan. Bahkan sebelum pria itu memberi perintah. Kecuali untuk keadaan tertentu.
"Semua berjalan lancar. Pengiriman organ dalam kita sudah sesuai permintaan dan jadual."
Ian tersenyum. Semua seperti yang dia harapkan. Hingga tiba-tiba saja, ruangan itu berputar dan ketiganya kembali ke ruang kerja Ian. Bersamaan dengan pintu yang dibuka tanpa permisi.
"Apa yang kau lakukan?"
Lyli melempar satu dokumen dengan kasar ke depan Ian. Setelah itu Lyli memejamkan mata, berusaha menahan amarah yang berkecamuk di dadanya. Ian sendiri langsung meraih dokumen yang dihempaskan Lyli ke atas mejanya, lantas mulai membacanya. Sementara itu Max dan Riel, asisten Ian yang lain langsung undur diri.
"Kembalilah. Aku akan menyelesaikannya."
"Awas kalau kau sampai mencabut semua fasilitasnya. Dia prioritasku."
"Iya, Lyli sayang. Nanti aku urus."
Lyli mendelik mendengar ucapan Ian. Suara tawa terdengar ketika Lyli membanting pintu saat keluar dari sana.
"Mafia kena karma, lu!"
Ian menggaruk kepalanya mendengar perkataan Max. Malam menjelang, Ian baru saja kembali dari divisi Lyli setelah menyelesaikan masalah sang gebetan. Cielah... gebetan. Satu sudut bibir Ian tertarik, melihat senyum Lyli meski hanya sepintas. Tidak masalah, asalkan gadis itu senang. Terlebih yang dilaporkan Lyli memang menyalahi prosedur rumah sakit.
Mobil Ian baru saja melewati satu tikungan, ketika The Eye memberitahu satu mobil membuntuti. Senyum Ian merekah. Dia memang suka dengan aksi kebut-kebutan di jalan raya. Terlebih dengan anggota mafia lain. Satu hal yang dia suka, sebab aksinya tidak pernah terekam CCTV jalanan.
"Show time!"
Ucap Ian senang ketika The Eye memberitahu jalanan di depannya kosong. "Singkirkan mereka untukku."
Sistem langsung merespon, dan CCTV sepanjang jalan itu langsung error semua. Malam itu kembali menjadi malam yang menegangkan plus menyenangkan bagi seorang Ian aka K.
*****
Up lagi readers,
Ritual jempolnya ditunggu lo....
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Lyandra Wheeler
jadwal mak
2023-03-02
1
Lyandra Wheeler
😌🤞tapi sebenarnya aku menikmatinya dikejar K 🏃🏻
2023-03-02
1
Lyandra Wheeler
nahkan, @NAHCAELN⃟ʲᵃᵃ࿐ aku masih anak baik-baik, walaupun ku benci, aku tetap nolongin loh✨
2023-03-02
2