Kredit Pinterest.com
Meet Leonard Danilo Ortega
Leon menggebrak meja kerjanya. Lagi-lagi dia gagal mendapatkan targetnya. Padahal dia yakin kalau bisa menangkap pelaku dari semua kekacauan yang terjadi selama ini. Pria itu memijat pelan pelipisnya. Rasa pening seketika menghantam kepalanya.
"Datanglah ke jalan X dan kau akan menemukannya."
Satu pesan Leon terima sebelum dia melakukan pengejaran pada super car yang jelas menarik perhatiannya. Dan sebuah data yang sampai ke tangan Leon membuat pria itu mengerutkan dahinya.
"Lambo itu terdaftar atas nama Johannes Arka Kian Rivaldy. Tapi saat dikonfirmasi, mobil mewah itu berada di garasi rumahnya. Tidak keluar dari sana sama sekali."
Laporan CCTV juga tidak menangkap pergerakan mobil itu di seluruh jalanan ibukota pada waktu pengejaran itu terjadi. Leon menggelengkan kepalanya pelan. Lantas membaca profil Ian.
"Dirut rumah sakit...."
Gumam Leon lirih. Leon seketika menyadari sesuatu. Kemudian dia menghubungi seseorang melalui ponselnya. Lama tidak diangkat membuat Leon lumayan kesal. Pria itu memijat tengkuknya pelan. "Jangan stress, nanti Kakak darah tinggi lo." Satu pesan membuat Leon tersenyum. Pria itu lantas mengambil sebutir pil kecil dari botol di lacinya.
Sebaris perintah keluar dari bibir pria berwajah tampan tersebut. Dan anak buahnya langsung bergegas membubarkan diri.
"Kau bisa lolos kali ini. Tapi tidak lain waktu"
Satu laporan terbaru masuk ke meja Leon. Kalau mayat-mayat itu disinyalir sebagai anggota klan mafia yang tengah berseteru. Jadi bisa dikatakan jika Leon tengah berurusan dengan klan mafia saat ini. Penyelundupan senjata, perdagangan perempuan memang identik dengan mafia. Tapi penjualan organ dalam tubuh manusia, Leon sedikit ragu akan hal itu.
Sementara itu di tempat lain, seorang pria tampak menyeringai puas. Mendengar laporan dari anak buahnya. Meski dia sedikit kecewa karena polisi gagal menangkap targetnya. Tapi setidaknya dia semakin yakin dengan dugaannya. Pria itu menyesap minumannya sembari menikmati sentuhan seorang wanita cantik di sampingnya. Pikirannya melayang pada sang kekasih hati yang beberapa waktu mengiriminya pesan.
Seulas senyum terukir di wajah pria berparas oriental tersebut. Senyum yang membuat wajahnya terlihat semakin tampan. Tapi siapa sangka jika dibalik wajah tampannya itu tersembunyi jiwa psycho yang membuat orang lain akan terperangah tidak percaya.
Bagaimana tidak? Wajahnya yang bak malaikat itu ternyata berkata sebaliknya. Pria itu bagai iblis tidak berbelas kasih saat berhadapan dengan musuh atau orang yang dia benci.
Satu desisann nikmat keluar dari bibir pria itu saat jallang yang dia sewa mulai menyentuh aset pribadinya. Bayangan sang kekasih mulai memenuhi benaknya. Hingga ketika perempuan itu mulai melakukan tugasnya. Hanya satu nama yang terucap dari bibir pria itu.
"Lyli......."
Pria itu mulai mengerang saat dia merasa hampir mencapai puncakknya. Tapi waktu itu hampir terjadi, dia langsung menarik diri. Lantas mengganti posisinya. Hingga sang wanita yang berada di depannya. Sambil menghentakkan miliknya. Pria itu mengambil pisau tajam dari laci mejanya. Dan desaahhan penuh nikmat itu berubah menjadi jerit penuh kesakitan. Kala pisau itu menari di atas tubuh si wanita.
Kulit mulus itu seketika berubah menjadi lukisan dengan darah sebagai catnya.
"Diam!" Raung pria itu. Hebat, pria itu bisa menyiksa partnernya sekaligus bercinta dengannya. Hal itu terus berlangsung sampai kulit punggung wanita itu terkelupas seluruhnya. Pria itu mendesahhh penuh nikmat manakala pemandangan di hadapannya sudah berubah menjadi lautan darah. Sebuah kesenangan tersendiri bagi pria itu, saat melihat lawannya penuh luka.
Suara penyatuan itu semakin keras, seiring puncaknya yang kian dekat. Sementara si wanita sudah sekarat. Ringisan penuh kesakitan itu hampir tidak terdengar. Hingga ketika pelepasan itu datang, pria itu menggeram puas. Bersamaan dengan itu, satu tikaman mematikan menghunjam jantung si wanita.
Pria itu mencabut miliknya seiring dengan tubuh wanita itu yang ambruk ke lantai. Tewas, iming-iming bayaran tinggi dan rasa nikmat sesaat berakhir dengan kematian. Pria itu menatap dingin pada tubuh telanjjang wanita yang baru saja memberinya kenikmatan dunia. Pandangannya acuh dan tidak berbelas kasih sama sekali.
"Bereskan!"
Kata pria itu sembari berlalu ke kamar mandi. Melucuti pakaiannya hingga tubuh tinggi berotot itu terpampang nyata. Pria itu lantas mengguyur tubuhnya di bawah aliran shower untuk menghilangkan sisa peluh hasil nikmat dunia yang baru dia raih.
"Balaskan dendam Paman jika Paman tidak kembali hari ini."
Pria itu memukul dinding porselen mewah kamar mandi. Rasa itu semakin besar terasa. Dia harus membalaskan dendam sang Paman, karena hari itu, orang yang paling berjasa dalam hidupnya benar-benar tidak kembali. Dan satu nama muncul sebagai pembunuhnya.
Melilitkan handuk di bagian bawah tubuhnya. Pria itu keluar dari kamar mandi melalui pintu lain. Hingga dia tidak melihat lagi kubangan darah di kamarnya.
Satu berkas dia buka hingga terlihatlah beberapa data. Dari semua data itu, hanya dua nama yang bisa dia serang saat ini. Sebab satu nama akan sangat sulit untuk di dekati.
"Aku akan menyiksamu melalui dirinya."
Selembar foto menjadi target pria tersebut. Dengan sebilah pisau, pria itu menggores wajah wanita di foto. Hingga hancur berantakan. "Aku akan membuatmu merasakan apa itu hancur, K."
*
*
"Astaga Ly, pelan-pelan napa. Sakit tahu. Mau kujadikan pain killer lagi."
Wajah Lyli semakin bersungut-sungut. Pria di depannya benar-benar menguji tensi darahnya. Bagaimana tidak, sejak semalam Ian membuat stok kesabarannya yang biasanya unlimited, menjadi minus. Pria itu bertingkah melebihi anak kecil. Setelah drama main *****, dengan dalih pengganti anastesi dan painkiller. Pria itu kembali membuat tanduk iblis Lyli muncul.
"Aku gak bisa tidur di sini. Bantuin pindah ke kamarmu."
"Pindah ndiri ke kamar tamu!"
Ketus Lyli malam itu. Tapi pria itu diam, bergeming. Satu gerakan dan darah merembes kembali melalui perban yang baru saja Lyli pasang. "Bisa diam gak sih. Lukanya terbuka lagi."
Ian hanya diam. Menikmati wajah cantik Lyli dengan polesan make up tipis. Pria itu sedikit cengo ketika Lily tanpa segan merias diri di hadapannya. Ya, Ian tidur di kamar Lyli malam itu. Pencapaian terbaik Ian sejauh ini, selain berhasil melummat bibir seksi Lyli.
"Sudah diam saja di sini."
Tapi Ian mengulurkan tangannya. "Bantu berdiri." Rengek Ian. Lyli bergeming. "Aku mau duduk, pegel semalaman tidur gak ubah posisi."
Lyli mendengus kesal. Gadis itu berpikir, kenapa dia harus terjebak kembali dengan pria yang menurut Lyli, paling menyebalkan yang pernah ada di muka bumi. Mana sekarang Ian semakin seksi dan menggoda lagi. Lihat saja tubuh atletis pria yang kini berjalan mengekor di belakangnya. Sekali kedip, berapa banyak wanita yang akan mengantri untuk jadi kekasih Ian. Menyebalkan.
Tanpa Lyli tahu. Semua pikiran Lyli itu terbaca oleh Ian. Pria itu beberapa kali mengulum senyumnya. Melihat tingkah lucu Lyli. Lain di hati, lain di mulut. "Jangan mengomel terus, nanti berkerut lo mukanya." Lyli menghentakkan kakinya kesal mendengar ledekan Ian.
Bel berbunyi ketika keduanya sampai ke ruang makan. "Akan kubuka." Ian pikir itu Max yang mengantarkan pakaiannya. Tapi siapa sangka, sebuah kejutan menyambut Ian saat pria itu membuka pintu.
Seorang tamu yang membuat wajah ramah Ian berubah menjadi dingin. Wajah yang biasanya hanya dia tunjukkan pada musuhnya.
***
Up lagi readers,
Jangan lupa ritual jempolnya ya....
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Damar Pawitra IG@anns_indri
ini pacar e lily yo bund?
terus musuhe K
haduuuuh serem
2023-03-02
1
Damar Pawitra IG@anns_indri
woelah kelainan kie bund
ngeri ngeri
2023-03-02
1
Damar Pawitra IG@anns_indri
kakak e Lily po bund?
2023-03-02
1