I'M Not Barren

I'M Not Barren

1. Sebuah Pertanyaan

Keheningan terjadi di meja makan salah satu keluarga. Siapa lagi kalau bukan keluarga Kania. Namun, keheningan itu terpecahkan ketika mertuanya bersuara yang membuatnya tertegun diam seribu bahasa.

"Kapan kalian akan memberikan Mama cucu?" tanya wanita paruh baya dengan rambut di sanggul. Wanita itu begitu serius menatap silih berganti wajah anak dan menantunya.

Kania dan Vicky saling lirik, keduanya bingung harus berkata apa kalau sudah menyangkut soal anak. Sebab, sudah hampir 6 tahun menikah tak kunjung juga di berikan momongan. Lontaran pertanyaan yang di berikan Mama Sintia seakan menusuk relung hati seorang wanita berusia 30 tahun.

"Mama sudah ingin segera menggendong anak kalian. Mama juga malu sama teman-teman arisan Mama saat mereka membahas tentang cucu." Sintia sangat mendambakan seorang cucu. Terlebih wanita paruh baya itu menginginkan cucu laki-laki dan perempuan sekaligus, atau di sebut kembar. Dia begitu berharap bisa mendapatkan cucu laki-laki agar bisa mewarisi harta dari orangtuanya dan cucu perempuan agar bisa menemani dia shopping.

"Doakan kami semoga kita cepat di berikan momongan, Mah. Aku dan Mas Vicky pun sudah sangat menginginkan anak. Namun, Tuhan belum memberikan kepercayaan kepada kami." Hanya itu yang selalu Kania ucapkan. Istri mana yang tidak ingin diberikan momongan? Tapi, semuanya kembali kepada sang pencipta pemilik segalanya. Manusia hanya bisa berencana, tapi Tuhan yang mentakdirkan. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, tapi Tuhan yang menentukan.

Kania sendiri sudah melakukan pemeriksaan terhadap keadaan rahimnya. Dokter mengatakan, kalau rahim dia baik-baik saja, dan juga sehat. Tidak ada penyakit apapun yang membahayakan ataupun prediksi kemandulan, semuanya subur. Hanya saja, hanya dia seorang yang melakukan pemeriksaan. Sedangkan Suaminya belum melakukannya dengan alasan yakin sehat.

Segala macam pengobatan pun sudah Kania lakukan demi mendapatkan momongan. Tetapi, hasilnya belum terlihat.

"Yang di katakan Kania benar, Mah. Kami sudah melakukan berbagai macam cara agar Kania bisa hamil. Tapi, Tuhan belum mengizinkannya," sahut Vicky malas membahas ini.

"Halah, usaha saja terus tapi hasilnya nihil. Atau, Kania mandul sampai sulit untuk hamil?" Sergah Mama Sintia teramat tak sabar ingin mendapatkan cucu. Dia yang sejak awal tidak menyukai Kania selaku menuduhnya mandul, sering memperlakukannya seperti pembantu, dan kadang sering menyuruhnya jualan.

"Mah!" Vicky dan Kania sampai terlonjak kaget atas pemikiran Mamanya.

"Bisa jadi kan? Coba kalian pikirkan baik-baik, kalian menikah sudah 6 tahun. Namun, tak kunjung juga di berikan anak. Apalagi namanya kalau bukan MANDUL." Sintia berkata begitu saja tanpa memikirkan perasaan menantunya, dan juga tanpa mengetahui yang pasti apa penyebab Kania tidak bisa hamil.

"Mama tidak mau tahu, pokoknya kalian harus memberikan Mama keturunan sebagai pewaris kita dan Mama menginginkan cucu laki-laki. Kalau dalam waktu dekat Kania tidak hamil, kau harus menikah lagi dengan wanita pilihan Mama yang pastinya tidak mandul!" Lanjut Sintia penuh penekanan seraya memerintah tegas tanpa mau ada penolakan.

Deg ....

Kania yang ingin menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya terlonjak kaget sampai dia menyimpan kembali sendoknya di piring. Begitupun dengan Vicky yang juga sampai tersedak makanan saking terkejutnya.

Ukhuuk... Ukhuuk...

Kania menuangkan segelas air minum kemudian memberikannya ke Vicky. Vicky meneguk airnya hingga habis dan berkata, "kenapa Mama bicara seperti itu? Sampai kapanpun Vicky tidak akan menerima jodoh dari Mama! Meskipun Kania tidak bisa hamil anakku, kita bisa mengadopsi anak di panti asuhan," jawab Vicky keberatan.

Kania sudah menunduk meremas dress-nya. Jiwanya terguncang, hatinya sakit, pikirannya kemelut, perasaannya sedih. Sedih tidak bisa hamil, sedih atas lontaran pertanyaan yang membuatnya dawn, sedih karena belum bisa menjadi wanita yang sempurna.

"Vicky, Mama itu menginginkannya anak kandung kamu bukan anak adopsi! Makanya, kalau kamu tidak ingin menikah lagi, suruh istrimu hamil. Nikah lama kok belum juga hamil, pasti istrimu mandul." Mama Sintia memojokkan Kania dengan sebutan mandul seraya menatap tidak suka pada menantu pilihan anaknya.

Sungguh, hati Kania tersayat perih akan lontaran ucapan mertuanya. Dia berusaha sabar dan menahan rasa kesal saat mulut ingin menimpali setiap perkataan ibu kandungnya suami yang ia cintai.

"Aku tidak mandul, rahimku baik-baik saja," ucap Kania hanya bisa menjawab dalam hatinya. Dia tidak berani menentang apalagi membela diri sendiri mengenai masalah yang terjadi pada hidupnya. Apalagi Vicky yang memang jarang membelanya membuat Kania selalu diam tidak membantah.

Vicky menghelakan nafasnya secara kasar. Bahkan dirinya sampai tidak berselera makan. Dia berdiri dari duduknya mengecup pucuk kepala Kania. "Aku pamit dulu."

"Ck, di kasih tahu malah nyelonong pergi. Mama pastikan kau mendapatkan istri yang kaya, dan bisa mengandung anakmu. Bukan wanita miskin yang hanya bisa menyusahkan seperti Kania," ucap Sintia setelah anak dan menantunya pergi meninggalkan meja makan.

******

Kania ikut mengantarkan suaminya ke depan, dia menyalami tangan sang suami sebagai salah satu bakti terhadap suaminya. "Mas, apa kamu tidak ingin mengabulkan keinginan Mama?"

Vicky terlonjak kaget, "Apa yang kamu katakan? Aku tidak mungkin mengabulkan permintaan Mama secepat itu." Terlihat sekali dari raut wajah Vicky jika pria itu tidak bisa menerimanya dan enggan membahas masalah anak.

"Tapi kenapa, Mas? Bukankah kita sudah menikah enam tahun tetapi kamu ...," ucapan Kania seketika terhenti oleh perkataan suaminya.

"Cukup! Aku tidak ingin membahas ini lagi. Meskipun kita suami istri, aku tidak ingin memiliki anak dulu," ujar Vicky meninggi tidak menyukai arah pembicaraan Kania yang akan mengarah pada hal yang paling tidak ingin ia dengar.

Deg ....

Untuk sekian kalinya Vicky menolak. Padahal, dia sangat berharap bisa memiliki anak untuk memperkuat rumah tangganya. Entah kenapa, sang suami selalu menghindari pembicaraan tentang anak. Vicky akan marah kalau sudah membahasnya. Entah apa yang menyebabkan suaminya enggan memiliki anak dulu? Dan entah kenapa perlakuan suaminya begitu berbeda dari pertama kalinya mereka bertemu.

"Sudahlah, aku malas berdebat masalah ini. Aku pergi dulu," pamit Vicky melangkah menuju mobil kemudian melaju pergi. Pria berusia 35 tahun itu tak ingin membahasnya. Baginya, itu adalah hal yang paling tidak ingin di dengarkan dan tidak penting.

Kania menghelakan nafasnya, ia bingung dengan pemikiran suaminya selalu menunda kehamilan bahkan jarang menyentuhnya. "Kenapa seperti ini, Mas? Aku juga ingin punya anak. Tapi kamu malah menolak," ucapnya dalam hati bertanya-tanya tentang sikap sang suami yang selama ini selalu menghindar saat berbicara anak.

Anak, suatu harapan yang seringkali suami istri inginkan. Namun, tak banyak pula yang tidak menginginkan kehadiran buah hati dalam keluarganya. Padahal, adanya anak mampu memperlengkap pernikahan.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

apakah Vicky punya perempuan lain di luar....atau kah Vicky yang mandul..

2024-02-24

0

Hanyrosa93

Hanyrosa93

permisi izin mampir ya

2023-03-06

0

Nuna V🥰

Nuna V🥰

Fighting shaayyy😘

2023-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!