3. Pertemuan pertama

Hari itu, hari dimana Devan sedang mencari pengendara lain guna mempercepat perjalanan yang terjebak macet. Bukan alasan Devan rela meninggalkan kendaraan beroda empatnya, melainkan hanya untuk segera sampai di sekolah sang putri. Jika dia terlambat datang ke pentas seni yang diadakan oleh pihak sekolah sang putri, maka putrinya bakalan marah besar.

Devan berlarian menyusuri jalan seraya memperhatikan pergelangan tangannya. Jam terus berputar di saat dia di kejar waktu dan berharap sampai tepat waktu.

"Kalau aku tidak cepat sampai bisa-bisa Naina marah sama aku. Ini kan pentas dia, jadi aku sebagai ayahnya harus segera sampai ke sekolahnya," gumam Devan celingukan mencari kendaraan bermotor.

Matanya terus mencari ojeg tapi ia tak bisa menemukan satupun pengendara ojek online di sekitaran sana. Tapi Devan tidak pernah menyerah dan dia terus mencari hingga matanya menemukan satu pengendara motor kosong di bagian belakangnya. Motor merah dengan helm berwarna merah juga tengah berhenti di lampu merah.

Tanpa banyak tingkah dan tanpa banyak bicara, Devan menepuk-tepuk pundak orang itu.

"Bang, saya minta tolong antarkan saya ke sekolah PAUD Tuna Sakti sekarang juga! Ini penting sekali, Pak." Devan langsung menaiki motor itu tanpa izin terlebih dulu dari sang pemilik kendaraannya.

Orang itu menoleh ke belakang merasa heran karena ada orang asing yang tiba-tiba saja naik tanpa permisi, "Dia siapa main asal naik saja kendaraan ku?" batin orang itu mengerutkan keningnya tidak kenal pada pria tampan ke bule-bule'an itu.

"Bang buruan jalan! Anak saya sudah menunggu di sekolah. Ini sangat penting sekali buat saya."

"Oh, dia mau bertemu anaknya. Hmmm ... ayah yang sayang anak," balasnya dalam hati lagi.

Karena merasa kasihan, orang itu mengangguk dan menarik gas motor setelah lampu hijau menyala.

"Dari sini belok kanan!" ujar Devan memberikan instruksi kepada pengendara yang ia sangka anak muda ataupun pria dewasa. Dan lagi-lagi orang itu hanya mengangguk saja dan mengikuti perkataan Devan. Dan tibalah di depan sekolah.

Devan segera turun dari motor itu dan merogoh kocek saku celananya mengambil sesuatu. Di saat Devan sedang mencarinya, orang itu memarkirkan kendaraan beroda dua yang ia tumpangi di area parkir yang tersedia.

"Eh, tunggu sebentar!" Devan melangkah lebar mendekati pengendara itu, "Ini uang sebagai tanda terima kasih saya karena kau sudah membantu saya." Devan menyodorkan dua lembar uang berwarna merah kehadapan pengendara itu. Tetapi, orang itu malah diam melihat uangnya dan beralih menatap Devan.

Devan mengurutkan keningnya, Dia pikir jika orang itu tidak mau menerima karena merasa kurang. Maka dia kembali menambahkan beberapa lembar bawang merah dan memberikannya lagi, "Apa segini cukup?" ujar Devan menatap orang itu.

Orang yang masih ada di atas motor membuka helmnya dan itu diperhatikan oleh Devan. Seketika mata Devan terbelalak melotot sempurna saat melihat wajah di balik helm itu.

Ternyata seorang wanita, dan orang itu melepaskan helmnya lalu menggerakkan kepalanya hingga rambut itu tergerai begitu indah. Devan tak bergerak sedikitpun, ia menatap penuh pesona wajah wanita cantik yang bagaikan Barbie hidup itu.

Hidung mancung, mata bulat sedikit besar berwarna hazel kecoklat-coklatan, alis hitam tersusun rapi tanpa sulam, pipi tirus nan putih mulu, bibir tipis berwarna merah ceri bervolume terlihat begitu ****.

"Ciptaan Tuhan yang begitu sempurna dan nyata. Sempurna," gumam Devan penuh kekaguman bahkan dadanya berdebar-debar tak karuan hanya melihat wajah cantiknya.

"Jantungku berdetak kencang." Devano terus saja memperhatikan wanita yang ada di atas motor tanpa mengalihkan pandangannya. Untuk sesaat dia terpesona dengan kecantikan wanita itu. Tangan yang masih memegang beberapa uang merah masing menggantung di udara belum turun ke bawah.

"Maaf, pak. Saya bukan tukang ojek. Kebetulan saya memang mau kesini dan kebetulan juga mau menghadiri pentas seni keponakan saya," ucap wanita cantik bermata indah itu.

Namun, Devan belum sadar dari kepercayaannya. "Ya Tuhan, bolehkan aku mengagumi ciptaan tuhan yang paling cantik ini. Setelah sekian lama mendiang istriku tiada barulah saat ini aku mengagumi wanita lagi. Apa ini saat nya aku membuka hatiku dan mencari mama baru untuk Putri ku?" Devano masih betah dalam lamunannya sendiri dan masih belum sadar dari ketertarikannya pada wanita yang ada di hadapan dia.

"Pak, apa Anda mendengar saya?" wanita itu melambaikan tangannya ke hadapan wajah Devano. Berhubung Devan belum sadar juga dari lamunannya, maka wanita cantik itu menjentikkan jarinya hingga berbunyi. Barulah Devan tersadar dari pikirannya sendiri.

"Eh, hmmm ... ini uangnya," ujar Devan malu dengan wajah bersemu merah.

"Maaf, saya bukan tukang ojek. Lebih baik Anda menyimpannya lagi atau memberikannya kepada yang lebih membutuhkan," ujar wanita itu sambil turun dari motor gedenya.

Devan makin terpesona dan kagum menyaksikan seorang wanita yang mampu menggunakan motor gede. Dia di buat takjub oleh wanita itu.

"Hmmmm ... tapi saya naik motor Anda dan ini sebagai rasa terima kasih saya karena Anda sudah mengantarkan saya. Mohon di terima," balas Devan masih setia menyodorkan tangan yang memegang uang.

Wanita itu tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi dan gigi gingsul nya yang menambah kecantikan wanita itu.

"Aduh Gusti, Masyallah cantiknya mahluk ciptaan tuhan ini," gumam Devan dalam hati seraya memegang dadanya yang berdebar tak karuan.

"Papa buruan!" pekik seorang gadis cilik mengalihkan perhatian Devano. Pria tampan dengan kuping memakai anting satu itu menoleh dan tersenyum.

"Naina, iya sayang. Tunggu sebentar!"

"Papa sebentar lagi pentasnya dimulai." Naina gadis cantik berusia 5 tahun itu berlari mendekati Devano. Di belakangnya sang wanita paruh baya menyusul Naina.

Gadis manis yang mengenakan baju Putri itu menarik tangan Devano, "Papa ayo. Aku udah nunggu dari tadi tapi Papa lama banget masuknya. Ayo, Pah."

"Van, kamu lama sekali. Buruan masuk, bentar lagi Naina akan tampil," timpal wanita paruh baya itu.

"Iya, Mah. Tunggu sebentar saja." Devano menoleh ke tempat wanita yang mengantarkan, tetapi dia sudah tidak menemukan wanita itu.

"Kemana dia? Cepat sekali hilangnya. Padahal aku hanya ingin mengucapkan kata terima kasih padanya. Kalau perlu tahu namanya siapa," gumam Devano dalam hati celingukan kesana-kemari.

Wanita paruh baya itu mengerutkan keningnya dan ikut celingukan, "Kamu cari siapa, Van?"

"Hah, tidak, Mah. Tidak cari siapa-siapa. Ya sudah ayo, kita masuk sekarang juga."

"Iya, Papa buruan."

*****

Pentas seni anak Paud pun sedang berlangsung meriah, tetapi hati Devano malah gelisah ingin ketemu lagi dengan wanita itu. Pikirannya terus tertuju pada wanita cantik yang sudah berhasil mencuri hatinya hanya dalam pandangan pertama.

"Hadirin sekalian, tibalah saatnya kita mengumumkan pemenang lomba. Untuk lomba pentas seni drama putri dan pangeran di menangkan oleh kelompok ... Naina."

Tepuk tangan pun terdengar meriah. Dan Devano tersenyum kelompok putrinya menang.

"Untuk ibu Kania Dwi Ariyanti, di persilahkan maju ke depan memberikan hadiahnya!"

Dan semua mata pun tertuju pada sosok wanita yang sedang tersenyum melangkah maju ke atas panggung. Devano tertegun melihat siapa orang itu.

"Wanita itu ...!"

FLASHBACK END

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

Kania bakalan berjodoh dengan Devano....

2024-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!