2. Pertanyaan Tetangga

Rumah Vicky

Seperti biasanya, Kania akan mengantarkan pesanan makanan yang orang-orang pesan. Dia memiliki usaha katering kecil-kecilan. Dan selepas keluar mengajar sebagai guru honorer di salah satu paud, Kania ingin fokus pada usahanya ini.

Dia sudah menyiapkan dua plastik besar makanan dan siap di antarkan.

"Hei, kau jangan lupa bagi yang hasil jualannya pada Mama. Sekalian makanannya juga jangan luba tinggalkan untuk orang-orang arisan Mama."

"Iya, Mah. Tapi untuk uangnya belum dapat, Kania saja baru mau berangkat mengantarkan makanannya."

"Gak peduli, Mama minta hari ini juga. Buruan!" Sintia menengadahkan telapak tangannya meminta sejumlah uang pada Kania. Padahal, Vicky sudah memberikannya dan juga sudah memberi jatah bulanan untuk mamanya.

Kania menghelakan nafas, lalu ia mengambil dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang. Tapi, semuanya malah di rampas oleh Sintia.

"Mah jangan di ambil semuanya! Itu yang buat belanja bahan makanan."

"Diam kamu!" lalu Sintia melemparkan dompet milik Kania. "Sudah pergi sana!" Sintia mendorong pelan bahu Kania. Kania menunduk sedih dan ia terpaksa berangkat tanpa pegangan uang.

*****

"Jeng, kemana menantu mu yang cantik jelita itu? Sekarang jarang kelihatan di rumah, ya?" tanya salah satu ibu-ibu arisan. yang kebetulan mengadakan arisan di kediamannya Vicky.

"Menantuku sedang bekerja, pagi jadi guru paud dan siang jadi kasir di boutique. Dia begitu sibuk sampai jarang ada di rumah," balas Mama Sintia sembari tangannya mengambil kue kering yang ada di atas meja.

"Wah, hebat sekali menantumu bisa di dua tempat. Tapi boutique mana dia bekerja?"

"Boutique Atmadja."

"Wah, hebat sekali. Itu boutique terkenal di kota kita. Anakku saja yang kelulusan desainer terbaik tidak lolos saat melamar kerjaan di sana," ujar Dewi membanggakan Kania.

Mama Sintia yang mendengar pujian tentang menantunya tersenyum senang merasa bangga dan tidak memalukan. Kania memang wanita cerdas, sopan, baik, jujur, dan juga setia. Itulah mengapa Vicky putranya memilih Kania untuk menjadi istrinya. Meski ia tidak setuju karena Kania berasal dari kalangan biasa. Namun, sekarang dirinya juga sedikit tidak menyukai Kania dikarenakan tak kunjung hamil juga.

"Mekipun menantu jeng Sintia hebat dalam bekerja, percuma saja kalau tidak bisa memberikan keturunan. Bukankah Vicky dan Kania sudah menikah selama enam tahun?" kata Ratna yang kurang menyukai Kania karena Vicky lebih memilih Kania si wanita biasa. Ratna sudah mengincar putra Sintia untuk di jadikan menantunya. Tentunya melihat dari bibit bebet bobotnya.

Senyum yang tadi mengembang di bibir Mama Sintia kini pudar setelah mendengar ucapan Ratna.

"Jeng Ratna benar juga ya. Anakku saja sudah mau memiliki anak dua. Padahal baru menikah tiga tahun, lho," balas Reni membenarkan.

"Jeng Ratna, Jeng Reni, anak itu titipan dari Tuhan. Kita tidak bisa memprediksi kapan akan punya anak? Akan punya anak berapa? Semuanya rahasia Tuhan." Sergah Dewi lebih bijak dalam bicara karena menurutnya, semua ada ti tangan Tuhan. Manusia hanya berencana namun Tuhan yang menentukan.

"Jeng Dewi, kita tahu kalau semua memang ada di tangan Tuhan. Tapi apakah kita akan berdiam terus tanpa melakukan apapun untuk memimiliki anak? Jeng Sintia itu butuh pewaris. Umur Vicky pun sudah 33 dan sudah patas memiliki anak dua," ucap Ratna mengompori Sintia.

"Enam tahun bukan waktu yang lama. Enam tahun tidak memiliki anak juga harus di pertanyakan apakah wanitanya mandul atau prianya yang mandu?" timpal Reni semakin mengompori Mami Sintia.

"Anak saya pasti tidak mandul. Saya yakin kalau Kania yang mandul," balas Sintia mulai termakan omongan Ratna dan Reni.

"Makanya jeng, suruh menantumu periksa apakah rahimnya baik-baik saja atau bermasalah! Kita-kita saja sudah memiliki cucu, masa Jeng Sintia belum," ujar Reni semakin menambah bara api di hati Lusi ingin memiliki cucu.

"Punya cucu itu asik lho, Jeng. Bisa main bersama, bisa jalan-jalan bareng cucu, lelah bekerjapun terobati saat bertemu cucu," kata Ratna menimpali membuat otak Sintia tambah panas bagaikan tersiram air panas.

"Jeng Sintia tidak perlu memikirkan masalah cucu. Nanti, kalau Tuhan sudah mengizinkan pasti akan di berikan cucu," saran Dewi lebih bijak karena menurutnya, semua adalah kehendak Tuhan.

Sintia hanya diam memikirkan perkataan mereka-mereka yang ada benarnya juga. Semua memang ada di tangan Tuhan. Namun, Sintia tak dapat memungkiri jika dirinya menginginkan cucu. Dia juga berpikir kenapa di usia pernikahan enam tahun Kania tak kunjung hamil? Apakah mandul? Pikiran Sintia mulai bertanya-tanya.

*****

Di tengah pekerjaan menunggu bakery yang ia kelola, Devano tidak terlalu fokus. Pikirannya tertuju terus pada wanita itu, wanita yang ia sukai saat pertemuan pertama. Wanita yang mampu menarik hatinya setelah kepergian sang istri. Wanita yang kini berhasil mengusik pikirannya dan relung hati terdalamnya.

"Kurang ajar, pikiran ku terus tertuju padanya. Tidak bisa di biarkan ini mah, setiap saat ku terbayang wajah cantiknya yang bagaikan boneka hidup itu," ucap Devan memukul pegangan kursi yang ia duduki. Lalu ia melepaskan kacamata anti radiasi nya lalu membereskan semua berkas di atas meja kemudian melangkah keluar ruangan.

"Bos, kau mau kemana? Ini beberapa pelanggan yang ingin berbicara mengenai kue yang hendak di pesan buat acara nikahan nanti, Bos." ucap Vicky mencegah langkah Devan yang hendak keluar ruangan.

Vicky Prayoga, suami dari Kania itu bekerja di perusahaan milik Devan sebagai sekertaris Devan. Setiap pembeli yang masuk maupun pengeluaran, Vicky lah yang lebih dulu menanganinya dan setelahnya dilaporkan ke Devan. Devano memiliki toko kue Bakery CITARASA, usahanya sudah terkenal di kotanya dan memiliki banyak cabang di beberapa kota.

"Lain kali saja, ada hal yang jauh lebih penting dari ini. Ini masalah masa depan saya. Tapi, kau urus semuanya, nanti kalau audah selesai, kau kirimkan laporannya ke saya." Devano melanjutkan langkahnya yang sempat terhalang. Dia belum mengetahui jika wanita incarannya adalah istri dari sekertaris nya sendiri.

"Tapi, Bos."

Devan memberhentikan lagi langkahnya, ia membalikan badannya ke belakang ada hal yang harus Vicky kerjakan. "Vicky, besok aku minta kamu ke daerah Kuningan, pantau toko kue di sana dan aku ingin laporan secepatnya mengenai toko yang ada di daerah itu! Seperti biasanya, saya akan memberikan kamu bonus uang jajan sebesar 1 juta," ucap Devan sebelum melangkah lagi.

"Siap, Bos. Akan aku kerjakan sesuai yang kau perintahkan. Dan akan ku pastikan jika apa yang Anda perintahkan semuanya aman terkendali." Dengan semangat yang membara, Vicky menerima perintah atasannya dengan senang hati. Ada hal lain yang ingin ia temui selain pergi berkunjung ke toko-toko.

'Sayang, aku akan datang menemuimu di sana. Tunggu aku,' ucap Vicky dalam hati akan menemui seseorang. Entah siapa itu, Vicky tidaklah tahu.

"Aku percaya 'kan pada dirimu, Vicky." Devan pun kembali melanjutkan niatnya.

Di sepanjang jalan, Devan tersenyum membayangkan wajah cantik wanita yang ia taksir. Dan ia kembali terbayang pada kejadian beberapa hari yang lalu.

FLASHBACK.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

bermula lah kecurangan Vicky..

2024-02-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!